Seluruh dunia bersuka ria.
Sembilan bulan sepuluh hari lalu.
Dirimu terus membisu.
Dalam ruang dan waktu.
Dekat dengan jantung ibumu.
Saat kau menggeliat
Ibumu seperti tersakiti dan berat.
Tangan ibumu membelai dengan lembut
Tidurmu pulas nafasmu tertambat.
Sembilan bulan sepuluh hari adalah waktu yang panjang.
Ibumu membawamu kemanapun pergi.
Perasaan pasti terpatri.
Dalam relung hatimu terpaut ibu.
Saat ibu gembira kaupun sama
Saat ibu lelah apakah kau merasakannya
Saat ibu sedi rasamu juga sedih.
Pautan hatimu dan Ibumu jadi satu.
Tangismu, sedih dan seakan berbalut rasa yang sahdu.
Tangan lembut ibu, bisikan lirih ibu,kau dengar.
Kau ingat kau rasakan, betapa ibu membuat makin menyatu.
Laparmu adalah lapar ibumu.
Hausmu adalah dahaga dari Ibu.
Sembilan bulan telah berlalu.
Kini sandal jepitmu terlihat lucu dan tanda kau makin besar.
Siap mengarungi dunia yang kasar.
Kau pasti mampu, di alam kandungan yang gelap.
Tanpa teman, membisu, sendiri kau mampu.
Apalagi dunia yang terang benderang.
Lankahmu pasti jitu, asal jangan lupa Ibumu.
Ibumu adalah ridho Tuhan.
Ibumu adalah nyawa sandaran.
Ibumu adalah semangat tanpa batas.
Ibumu adalah sambungan yang di atas.
Saat gelap di rahim, ibumu selalu menemani.
Saat itu kau selalu bersatu.
Maka disaat melihat dunia, jangan lupakan Ibumu.
Ibumu jimat yang tak pernah terkalahkan.
Berjalanlah walau baru pakai sandal jepit.
Songsong dunia dengan tulusnya Ibumu.
Mbah
221224
Balam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar