Jumat, 30 September 2016

JEMUAHAN=JUMATAN=SHALAT JUMAT

Jum'atan atau shalat jum'at adalah kewajiban bagi setiap muslim. Sebagaimana Firman Allah :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ
Artinya :
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah.” (QS. Al Jum’ah: 9).
        Dilansir dari muslim.or.id, mayoritas pakar tafsir mengatakan, yang dimaksud ‘DZIKRULLAH’ (Mengingat Allah) di sini adalah shalat Jum’at. Sa’id bin Al Musayyib mengatakan bahwa yang dimaksud adalah mendengar nasehat (khutbah) pada hari Jum’at. (Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 8: 265)

Rasulullah SAW bersabda;

الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِى جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوِ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِىٌّ أَوْ مَرِيضٌ
Artinya :
“(Shalat) Jum’at adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim dalam jama’ah kecuali bagi empat orang: budak yang dimiliki, wanita, anak kecil dan orang yang sakit.” (HR. Abu Daud no. 1067. Kata Syaikh Al Albani, hadits ini shahih)
          Sepertinya tidak akan saya bahas tentang rukun dan syarat sahnya Sholat Jum'at serta tidak akan saya bahas pula tentang fadhilah yang diadapat pada hari Jumat, kenapa? Karena sudah setiap  kali saya , anda kita semua Muslim melakukan kewajiban tersebut. Benar bukan? 
          Kebanyakan kita datang ke Sholat Jumat itu hanya mau tidur ! wah aliran sesat nih kok tidur, ya iyalah coba  kalau kita sengaja tidur bersila di rumah, atau di kos kosan, sampai subuh pun saya yakin anda tidak pernah bisa tertidur.  Percaya apa tidak ? 
          Ketika hari Jumat menjelang, biasa ada celetukan di kantor atau di kampus ah Jumat lagi nih, ( sebetulnya dalam hati dia menyatakan enak bisa tidur jelang shalat Jumat hmmmm).
          Bagaimana tidak, datang shalat dalam kondisi badan mandi bersih, pokoknya segar sekali pakai parfum paris hilton menuju masjid terdekat dengan rumah atau terdekat dengan kantor kita, apalagi kalau kantoran pagi hari Jumat olah raga dahulu, hmmm datang di Masjid shalat sunah sebentar, duduk sila, ambil posisi, tidak sampai lima menit sudah diam tanpa gerakan alias tertidur, nikmat sekali walau tidur hanya paling lama 30 menit di Jumat, tapi rasanya bagai tidur 24 Jam. ho ho ho
            Tidak hanya itu saja, kotak amal lewat saja tidak tau mengarahkan kemana kotak ini di geser, nah. Bisa anda perhatikan tidak, ketika orang tertidur kotak amal digeser ke orang tsb, kemudian orang itu di colek, kemana selanjutnya kotak amal itu digeser menurut anda? karena orang tersebut reflek terbangun pegang kotak dia akan geser kemana? coba menurut anda? ke kiri ini jawaban saya. 
           Apakah anda percaya, nah jika anda tidak percaya maka buktikan saja hari Jumat yang akan datang anda jangan tidur ya, untuk membuktikannya. 



NB.
Jika ada 1000 muslim membaca tulisan ini, saya yakin Sholat Jumat yang akan datang dia pasti tidak tertidur ketika jelang sholat Jumat untuk membuktikan temuan saya. Percaya?

Kamis, 29 September 2016

Secangkir Teh

Secangkir teh hangat tanpa gula yang begitu akrab dengan pagi , ternyata bisa dipakai untuk menyemangati perjalanan hidup di pagi hari..  Dalam secangkir teh pahit, terkandung sejumlah filosofi yang sering luput dari perhatian penikmatnya;
  • TEH : isyaratkan kemurnian, alami, dan sebuah konsep hidup yang sangat jauh dari kamuflase, asli tanpa campur tangan manusia hanya ketetapan Illahi.
  • Rasa PAHIT : prototehnik hidup, ketika jiwa yang tak lagi suci terlempar dari singgasana surgawi menuju area perjuangan. ya ya….. hidup itu memang sebuah perjuangan, perjuangan yang hanya kita yang mengetahuinya kapan harus bergerak maju kapan harus istirahat dan kapan harus berhasil mencapai puncak, tentunya puncak segala puncak adalah Syurganya.
  • dinikmati ketika HANGAT : sebuah cara dalam menikmati  perjuangan. tidak panas, tidak pula dingin,  isyarat keseimbangan rasa. tidak perlu terlalu dalam, ketika mencandra sebuah rasa. mencoba menikmati proses hidup.Hal ini juga mencerminkan bahwa sesuatu yang bermakna ketenangan, ketentraman dan kehalusan budi, sehingga menjadi sebuah kenyamanan ketika sruputtt dikit, telan hangat menjalar dalam leher, dan terasa sampai ke perut, begitulah perjuangan, akan menjadi value nilai jika memang perjalan berjuang itu ada langkah awal sampai pada akhir tujuan , sebagai mana penikmatan teh dari sruputan bibir kita sampai pada menghangatkan seluruh badan.
  • diminum ketika PAGI dan jelang SORE hari : mayoritas manusia mampu menikmati aura pagi dan sore , aura penuh kesejukan, ketenangan, dan kenyamanan. lagi-lagi sebuah cara menikmati hidup, sore jelang akhir hari sebagai evaluasi perjalanann hidup sambil sedikit muthabaah harian apa yang telah terselesaiakan di pagi jelang tutup setiap hari. Begitulah hakeket sebuah perjalanan perjuangan bahwa pagi adalah masa semgangat di analogikan muda penuh semangat tanpa batas untuk meraih sebuah tujuan yang terukur, dan sore beranalogi jelang senja umur sudah mulait tua evaluasi diperlukan untuk lebih kepada sisi negatif segera diperbaiki sebelum dipanggil menghadapNya. Maka sebagai teman untuk sementara bersemangat pagi dan evaluasi sore adalah TEH hangat, apalagi yang menyadikan adalah Bidadari di dunia dan bakal bertemu kembali di Akherat.
  • Disajikan dengan CANGKIR : merupakan miniatur deskripsi sebuah prototeknik hidup. ya…..sebuah miniatur hidup yang mampu membawa kita untuk sekedar mengintip kolong langit, dengan segudang racikan konsep nyata, artinya tidak perlu berlebih lebihan ketika meuangkan teh, cukup sebesar cangkir tersebut karena kalau berlebihan maka akan tumpah, tidak mencerminkan sebuah kesederhanaan dalam hidup, bahwa berjuang perlu kecukupan ketelatenan, keseriusan, sesuai takaran kita masing-masing, tidaklah sama takaran saya, anda, dan kita semua, dan cangkir membuktikannya.
Detail pada bagian pucuk daun teh mengandung zat pembaharu. Ya…. disetiap tegukan, suguhkan anti oksidan yang mampu melakukan perbaikan pada setiap detail organ tubuh, pelan namun pasti. aromanya berikan ketenangan, tidak sedikit para ilmuan membawa aroma teh sebagai aromatherapy dengan berbagai media dan perlahan organ psikispun ikut membaik. sebuah kompilasi pembaharu fisik dan psikis yang sistematis..
Disetiap kelemahan, tersimpan kelebihan
Disetiap kesulitan, tersimpan kemudahan
Dan… 
Di balik kesederhanaan, tersimpan istimewa yang terpendam.
Sebagai penutup, Air,Teh dan Cangkir adalah sebuah gambaran kebersamaan dalam penikmatan setegukan , bagaimana jadinya kalau air tanpa cangkir? atau teh tanpa air ? atau cangkir yang tidak berisi?. Inilah hidup kawan, bahwa saling melengkapi saling bantu, untuk sebuah tujuan adalah keniscayaan, proses untuk bisa benar-benar menjadi value dalam kanteks perjuangan itu memang perlu pemahaman hakiki bahwa berjuang kita ini untuk siapa?   Wallahu 'Alam
Seri, dari Metro ku Genggam Dunia. 

Senin, 26 September 2016

Sejarah itu mengandung pelajaran.



Diposkan oleh Komunitas Sahabat FbPS DKI JAKARTA On 20.19
Berikut ini adalah salinan artikel yang kami copy dari facebook group "Prof. Sumitro Djojohadikusumo menjawab. Wawancara TEMPO 1999." Artikel aslinya sendiri dapat diunggah dari Majalah Tempo Interaktif.

*****


Orang lalu bertanya-tanya: inikah akhir kejayaan keluarga Djojohadikusumo? ''I've been through the worst. Dan ini bukan yang pertama kali," ujarnya tenang kepada wartawan TEMPO Setiyardi, Wicaksono, dan Hermien Y. Kleden, yang mewawancarainya pekan lalu. Percakapan berlangsung dua kali: di kantornya, di Jalan Kertanegara 4, Jakarta Pusat, dan di Hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Berikut ini petikannya.

Bagaimana hubungan Anda dengan Pak Harto sekarang?
Dua hari setelah Pak Harto jatuh, saya mencoba menghubunginya. Saya selalu melakukan itu bila ada kerabat atau kenalan yang sedang dilanda kesulitan.

Boleh tahu isi pembicaraan itu?
Kami tidak ketemu. Lewat ajudannya, saya mengatakan ingin bertemu. Biasanya saya mendapat jawaban dalam dua hari. Satu minggu kemudian, saya mendapat jawaban, ''Bapak masih sibuk." Dua minggu kemudian, saya telepon lagi. Tetap tidak ada tanggapan. Sejak itu, saya tidak pernah mau ketemu lagi.

Ada beban berbesan dengan Pak Harto?
Tahun-tahun pertama baik, tapi makin lama makin tidak baik. Tidak pernah ada bentrokan. Saya memang menjaga jarak. Jadi, hubungan itu biasa saja, jauh tidak, mesra juga tidak.

Melihat besan Anda dihujat sana-sini sekarang, apa yang Anda rasakan?
Tidak hanya sebagai besan, sebagai manusia tentu saya sedih. Masa, ada orang terus-terusan dihujat? Kesalahan Pak Harto adalah dia terlalu percaya kepada anak-anaknya dan terlalu percaya kepada cukongnya. Dia memang lemah terhadap anak-anak, lebih-lebih setelah kepergian Ibu Tien. Dan semua anaknya itu dendam kepada Bowo (Prabowo), kecuali Sigit yang agak netral.

Kabarnya, Anda pernah berucap, pernikahan Prabowo dengan Titiek Soeharto adalah ''kesalahan sejarah" terbesar dalam hidup Anda?
Oh, tidak. Paling-paling historical accident, kecelakaan sejarah. Tapi mau apa lagi? Saya tidak pernah campur tangan dengan kemauan anak-anak. Ini kan bukan sesuatu yang direncanakan. Saya tidak pernah berpikir menjadi besan Pak Harto. Hanya, kami memang memiliki latar belakang keluarga dan budaya yang sangat berbeda. Keluarga saya sangat modern, semua anak hasil pendidikan luar negeri, sementara Titiek kan dari sebuah keluarga yang sangat Jawa.

Anda menyesal?
Dari pihak saya tidak. Tapi mungkin dari istri saya. Tapi saya bilang kepadanya, ''Biar kita serahkan ke anak-anak."

Bagaimana sebetulnya hubungan Prabowo dengan Keluarga Cendana?
Hubungan Bowo dengan anak-anak (Pak Harto) tidak baik, selalu bentrok, meski tidak pernah sampai (tersiar) ke luar: bentrok dengan Tommy soal cengkeh, dengan Mamiek soal helikopter. Anak-anak ini kemudian mempengaruhi bapaknya sehingga Pak Harto akhirnya lebih percaya Sjafrie (Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin, bekas Panglima Daerah Militer Jakarta Raya dan mantan pengawal Soeharto) daripada Bowo. Yang paling akhir, Bowo dikhianati mertuanya sendiri. Sudahlah, saya tidak mau memperpanjang. Nanti dikira dendam.

Dikhianati bagaimana?
Sebenarnya ide untuk melepaskan Prabowo dari pasukannya itu berasal dari panglimanya, jadi dari Wiranto. Kita tahu, Wiranto dan Prabowo seperti ini (mengadu kedua kepalan tangan). Bowo bilang, ''Waduh, orang yang saya bela kok melepaskan saya dari pasukan begitu saja." Ia dilepaskan dari Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) dan ditempatkan di Bandung. Itu sangat mengecewakan Bowo.

Bukankah Prabowo juga dianggap berkhianat oleh Keluarga Cendana?
Pak Harto adalah Panglima Tertinggi (Pangti) ABRI. Jadi, kalau ada apa-apa, Bowo harus membela Pangti. Tapi, waktu itu, Bowo akhirnya mengatakan, bila rakyat menghendaki, Pak Harto akan turun, tapi harus konstitusional. Nah, itu yang dianggap sebagai pengkhianatan oleh Keluarga Cendana.

Banyak tuduhan terhadap Prabowo, dari penculikan hingga usaha kudeta. Mana yang Anda percayai?
Tidak ada yang saya percayai. Bahwa Bowo itu arogan, iya. Kesannya memang begitu. Bahwa dia temperamental, iya. Tentang penculikan, dia memang menculik sembilan orang itu. Tapi perintah penculikan itu kan dia dapat dari atasannya.

Siapa atasannya?
Ada tiga: Hartono, Feisal Tanjung, dan Pak Harto. Banyak jenderal yang tahu, tapi tidak berani berbicara. Nanti di pengadilan bisa dibuka asalkan pengadilannya benar-benar adil. Dari segi kemanusiaan, penculikan memang tidak bisa diterima. Tapi, dari sudut ketentaraan, ini adalah perintah. Saya sendiri sulit melihatnya dari sudut pandang mana.

Apa sikap keluarga setelah Prabowo disalahkan?
Dalam didikan saya, seseorang harus berani bertanggung jawab. Jangan salahkan bawahan. Tanggung jawab itu yang akhirnya diambil alih Prabowo. Di depan Dewan Kehormatan Militer, Bowo mengambil dokumen dari tasnya, lalu menunjukkan sembilan orang yang diculik, yang ketika itu sudah dilepaskan.

Presiden Habibie pernah mengatakan, saat pergantian kekuasaan, Mei 1998, Prabowo melakukan konsentrasi pasukan. Anda tahu apa yang terjadi?
Tentang hal itu, satu dari kedua orang ini mestinya berbohong: Wiranto atau Habibie. Saya tidak tahu pertimbang-an Habibie berbicara seperti itu. Hubungan saya dengan dia selalu baik. Habibie bahkan memberikan tasbihnya ke Prabowo. Mungkin cari popularitas, atau dipengaruhi Letjen Sintong Panjaitan (kini Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan atau Sesdalopbang), yang menceritakan hal itu. Ini masih tanda tanya.

Ada kabar, Prabowo sempat memaksakan niat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), bahkan Panglima ABRI.
Tidak benar itu. Saya tahu, ada banyak bawahan Bowo yang kecewa karena dia tidak merebut kekuasaan. Kan, waktu itu dia pegang senjata. Saya bilang kepadanya, ''Jangan! Percayalah kepada saya. Kalau ABRI pecah, negara ini akan pecah."

Seberapa jauh Prabowo mendengarkan Anda?
Keluarga kami sangat dekat. Dalam hal Bowo, misalnya, dia memang mengalami banyak cobaan. Dan kami mendukung semua upaya menegakkan keadilan. Kalau melanggar, memang harus dihukum. Saya katakan ke Bowo, ''Pada hari-hari yang gelap, jangan pernah berharap kepada orang yang pernah kamu tolong. Tapi akan selalu datang bantuan dari siapa saja." Eh... benar! Ada telepon dari Amman. Pangeran Abdullah—sekarang Raja Yordania—menelepon. Dia bilang, ''What can I do? You're my friend."

Bagaimana kondisi hubungan Prabowo dan menantu Anda, Titiek, saat ini?
Masih tetap ada. Yang sulit sebetulnya Titiek. Apakah dia mau setia kepada suaminya? Sementara, sebagai anak, kan dia juga masih setia kepada bapaknya? Anda tanya dong ke Titiek.

Anda pernah meminta Prabowo pulang?
Tidak pernah. Semua terserah Bowo. Dia tahu keadaan dalam negeri. Dia harus hidup. Dan untuk bisa hidup, dia harus mencari nafkah—yang sekarang kebetulan di luar negeri.

Bagaimana Anda melihat persoalan putra Anda yang lain, Hashim, yang bisnisnya ikut runtuh akhir-akhir ini?
Dalam keluarga kami, hanya dia yang berbakat menjadi pengusaha. Pribadinya juga menarik, ramah, terbuka terhadap semua bangsa. Dan dia pandai beberapa bahasa asing. Tentang bisnisnya, well, Hashim membuat kesalahan. Dia terlalu ekspansif dan gagal. Tapi setiap orang membuat kesalahan. Dan Hashim perlu belajar dari kesalahan itu.

Anda yakin Hashim bisa keluar dari kondisi buruk ini?
Yakin. Kondisi ini kan sebagian besar disebabkan oleh keadaan eksternal. Semua orang terkena kesulitan. Dalam bisnis semen Cibinong, sebenarnya dia tidak salah. Tapi, karena tidak ada yang membangun, jadi banyak kehilangan pembeli. Ini yang menyebabkan usahanya macet. Dia terlalu cepat dalam ekspansi. Hashim mengakui itu. Tapi saya tidak mau campur tangan secara intern.

Tampaknya Anda bangga betul kepada anak-anak?
Semua orang tua bangga kepada anak-anaknya. Dalam bahasa Jawa, ada istilah wiryo kencono: seorang anak, biar dia seperti sampah pun, tetap harus kita banggakan.

Dan mereka dididik dalam kebebasan. Prabowo masuk Akabri bahkan tanpa seizin Anda. Mariani, putri kedua, kawin dengan orang Prancis....
Saya meniru konsep pendidikan orang tua saya. Orang tua saya termasuk generasi yang berada pada masa peralihan, antara kehidupan modern yang lebih longgar dan kehidupan tradisional di mana ikatan keluarga masih sangat kuat, di perbatasan. Mereka hidup dalam dunia tradisional Jawa tapi menyiapkan anak-anak untuk bertempur dengan dunia modern yang sangat keras—di mana setiap orang harus mengambil tanggung jawab individual—sesuatu yang kemudian saya teruskan kepada anak-anak saya. Mereka harus bisa mengambil keputusan sendiri dan membayar konsekuensinya. Dengan suasana itu, saya tidak merasa sebagai kepala suku. Saya bukan godfather mereka. Ha-ha-ha....

Masih tentang keluarga. Menantu Anda, Soedradjad Djiwandono, diberhentikan dari jabatan Gubernur Bank Indonesia, Februari 1998. Apakah ada keputusan keluarga di balik peristiwa itu?
Ah, enggak. Saya cuma mengatakan, ''Sekarang kamu harus mengikuti hati nurani. Kalau naluri itu benar, tidak apa-apa. Kalau tidak, lebih baik mundur." Dia kan tidak sepakat dengan Presiden Soeharto soal CBS (currency board system). Juga sebelumnya ada beberapa soal lain.

Apakah ada kebiasaan rapat keluarga bila menghadapi soal-soal besar?
Tidak pernah. Sebab, saya percaya, semua anggota keluarga itu tidak sama. Sebagai keluarga, kami memang dekat dan kompak. Seperti sekarang, Hashim dan Prabowo dekat sekali. Kalau dihujat, kami bersatu. Setelah itu, tentu masing-masing harus mengembangkan keinginan dan kehidupannya sendiri.

Anda terpukul dengan semua cobaan pada keluarga?
Saya tidak merasa terpukul, walau orang bilang saya terpukul. Terpukul oleh apa? Oleh serpihan-serpihan ini?

Oleh semua soal beruntun di atas, soal Prabowo, Hashim, Soedradjad. Keluarga Djojohadikusumo seolah tengah mengalami keruntuhan akhir-akhir ini.
I've been through the worst. Dan ini bukan yang pertama kali. Pada 1957, selama 10 tahun saya menjadi buron di luar negeri, hidup berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain tanpa uang dan paspor. Saya pernah menjadi tukang mebel dan membuat lemari es besar sewaktu di Malaysia. Saya berkeliling dari satu negara ke negara lain dengan empat anak yang tengah tumbuh. What could be worse than that?

Itu berlangsung semasa Anda terlibat PRRI?
Begini, sebelum pindah ke PRRI, saya merasa hendak ditangkap. Apa-apaan ini? Saya bilang kepada istri, saya tidak mau ditangkap, karena merasa tidak bersalah. Akhirnya saya putuskan bergabung dengan PRRI. Dua hari sebelum berangkat, saya berbicara dengan Sutan Sjahrir. Saya bilang, ''Bung, saya mau hijrah dan bergabung dengan daerah." Sjahrir mengatakan, ''Oke, Cum. Tapi kok daerah seperti tersingkir sendiri. Ada Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Garuda. Usahakan semua itu agar bisa bersatu." Ceritera ini belum pernah saya buka. Anda yang pertama mendapatkannya.

Apa yang terjadi setelah itu?
Saya ke Palembang, terus ke Padang, Pekanbaru, Bengkalis. Dari sini, saya menyamar menjadi kelasi kapal menuju Singapura. Di sana, saya lari dari kapal, terus ke Saigon, Manila, terus ke Manado. Di situ, saya berbicara dengan semua pihak, kemudian dibentuk sebuah front nasional.

Anda tidak percaya dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga memutuskan ke PRRI?
Saya selalu percaya kepada Persatuan Indonesia. Sewaktu PRRI mau mendirikan Republik Persatuan Indonesia, mereka tidak mau memasukkan Pulau Jawa ke dalamnya. Saya menegaskan, ''Kalau begitu, saya tidak ikut karena negara kita satu." Mereka menolak, dan saya ke luar. Karena tak mungkin pulang ke Jakarta, saya pergi ke luar negeri, dan menjadi buron 10 tahun. Saya tidak mau kembali. Waktu itu, adalah orang-orang Partai Sosialis Indonesia (PSI) sendiri, kecuali Sjahrir, yang mendesak agar saya diadili. Saya bilang, justru mereka yang harus diadili.

Siapa saja mereka?
Saya tidak mau menyebut nama. Nanti bikin onar.

Perpecahan itu tentu menyakitkan?
Sakit, tapi saya tetap pada pendirian bahwa masyarakat berada pada posisi sentral. Negara yang harus mengabdi kepada rakyat, bukan sebaliknya. Tapi sudahlah, mereka di sana, saya di sini. Saya punya prinsip sendiri. Filosof Nietzsche mengatakan, ''Eagles do not catch mosquitos" (elang pantang menyambar nyamuk).

Apa alasan utama Anda ke PRRI?
Ada rupa-rupa pertimbangan, dari timbulnya kesadaran bahwa pusat selalu mengabaikan daerah—misalnya kontrol devisa, di mana selama ini devisa selalu dihabiskan di Jakarta—sampai friksi antara Bung Karno dan PSI serta makin dekatnya tokoh PKI D.N. Aidit dengan Bung Karno. Ini juga yang menimbulkan perlawanan daerah-daerah—sesuatu yang sedang berlangsung sekarang.

Siapa yang mau menangkap Anda?
D.N. Aidit dan PKI. Saya mendapat berita dari intelijen saya sendiri bahwa Politbiro PKI menganggap Sumitro sebagai salah satu musuh besarnya sehingga harus dimusnahkan.

Sakitkah peristiwa pelarian 10 tahun itu? Atau justru Anda bahagia karena jadi punya banyak pengalaman?
Bahagiakah orang yang menjadi buron, dimaki-maki, berpindah-pindah negara, tanpa paspor, uang, dan kewarganegaraan, tanpa bisa memastikan apa yang akan terjadi setelah itu?

Kembali ke soal PRRI. Bukahkah Bung Sjahrir kemudian mengirim Djoir Muhammad untuk membujuk Anda kembali?
Djoir tidak pernah bertemu dengan saya. Kemudian Sjahrir mengirim lagi orang lain, Djohan (Sjahrusa), ke Singapura. Tapi dia tidak bertemu dengan saya. Namun saya katakan, saya tidak mungkin kembali. Setiap kali saya masuk kabinet—entah Natsir, Wilopo—saya dibilang bukan wakil PSI. Kalau pas gagal, mereka bilang itu kesalahan saya. Kalau berhasil, mereka bilang, "Dia (Sumitro) orang kita." Bagaimana itu?

Benarkah PRRI mendapat suplai senjata dari Central Intelligence Agency (CIA) atau Dinas Rahasia Amerika?
Sebagian. Senjata yang lain dibeli di Phuket, Thailand, dan Taiwan. Saya tahu George Kahin (profesor dari Universitas Cornell) mengatakan saya orang CIA. Dia benar-benar ngawur. Banyak orang CIA justru benci saya. Memang benar ada kontak dengan CIA, intelijen Korea, Prancis. Ini kan gerakan bawah tanah.

Apakah CIA juga mendesain pola gerakan PRRI?
Tidak sejauh itu. Mereka hanya membantu. Yang mendesain orang-orang kita sendiri. Kelemahan PRRI adalah cenderung menganggap diri sebagai gerakan militer, sehingga lemah di politik. Kelemahan lain: terlalu banyak kepentingan daerah yang masuk.

Ada yang menilai Anda oportunis: melarikan diri di kala ada soal di Tanah Air, lalu kembali setelah rezim berganti dan berjaya di Orde Baru.
Well, saya rasa itu sikap pragmatis, bukan oportunistis. Secara prinsip, saya konsisten. Pada tingkat aplikasi, bisa berubah-ubah. Di situ letak pragmatismenya. Boleh saja kita menggunakan teori kapitalisme untuk sosialisme.

Bagaimana hubungan Anda dengan Bung Karno?
Baik. Sampai sekarang, saya tidak pernah menjelek-jelekkan Bung Karno, tidak satu kata pun, walau saya tahu Bung Karno menghujat saya. Bagi saya, dia ''Pemimpin yang Besar", bukan ''Pemimpin Besar". Dia jenius dalam politik, dan menyatukan negara ini. Dia luar biasa.

Lalu dengan Bung Sjahrir? Kan, Anda bergabung dengan PSI karena merasa cocok dengan pemikirannya?
Saya masuk PSI tahun 1950. Dan saya memang cocok dengan pemikiran Sjahrir tentang sosialisme humanitarian: negara adalah pelindung rakyat, bukan sebaliknya. Kemudian saya berpisah dengan PSI—tidak dengan Sjahrir—karena tidak tahan dengan kelompok-kelompok di sekitarnya yang merasa diri sebagai Sjahrir-Sjahrir kecil. Mereka terus-menerus omong tentang ideologi tanpa mewujudkan ideologi itu dalam real politics. Nah, setelah di PSI itu, saya ke PRRI.

Dan setelah ke PRRI—serta masa pelarian—Anda kembali ke Indonesia? Apakah Soeharto meminta Anda kembali?
Pada 1966, Soeharto mengirim Ali Moertopo mencari saya di luar negeri. Pak Harto butuh penasihat ekonomi karena Widjojo dan lain-lain masih muda-muda. Ali mencari kiri-kanan, tapi tidak berhasil. Sebagai buron, saya kan lebih mahir, ha-ha-ha.… Akhirnya, kami ketemu di Bangkok, November 1966, dipertemukan Sugeng Djarot, atase pertahanan kita di sana. Saya diminta kembali. Saya terima tawaran itu dan kembali pada Juli 1967.

Kapan Anda dipanggil ke istana?
Mei 1968. Kami berbasa-basi. Dia tanya, ''Pak Mitro asli mana?" Saya jawab, ''Dari Banyumas." Dia meminta saya membantu dalam kabinet, sebagai ahli. Dia juga mengatakan masih harus membicarakannya dengan rekan-rekannya di ABRI karena ada yang belum sreg: bekas pemberontak kok mau masuk kabinet.

Saya bilang kepada Pak Harto, ''Oke, sekarang toh saya sudah membantu juga dengan analisis ekonomi. Saya tidak perlu kedudukan." Waktu 8 Juni 1966 Pak Harto mengumumkan kabinet, ternyata saya menjadi Menteri Perdagangan. Keadaan ekonomi kita waktu itu amburadul. Seluruh ekspor hanya Rp 500 juta, inflasi 650 persen, dan cadangan devisa hanya Rp 20 juta.

Apa penyebab utama kegagalan rezim Orde Baru, menurut Anda?
Pelanggaran terhadap seluruh kaidah kerakyatan kita (suara Sumitro pelan dan bergetar). Kita mengatakan semua ini untuk rakyat, tapi tak pernah melibatkan mereka. Seperti pepatah Prancis, pour vous, sur vous, sans vous—untuk Anda, tentang Anda, (tapi) tanpa Anda. Kita mengatur ekonomi yang ditataniagakan. Padahal ekonomi itu simpel saja sebetulnya.

Sesimpel apa?
Sesimpel tenaga manusia, alam, modal, serta sains dan teknologi. Empat itu saja. Jangan diperas-peras. Cengkeh, tebu, cendana, jeruk, semua itu kegiatan rakyat. Eh, malah ditataniagakan. Nilai tambahnya bukan untuk rakyat. Yang terjadi selama puluhan tahun seperti ini: kekayaan alam dikuras, tenaga manusia diperas, modal ditanam seenaknya, dan teknologi salah arah.

Anda pernah berbicara dengan Pak Harto soal ini?
Sering, beberapa tahun lalu, tapi lagi-lagi seperti pepatah: always hear, but never listen—selalu mendengar, tapi tidak menyimak. Selama 10 tahun pertama, Pak Harto masih baik.

Sebagai salah satu arsitek ekonomi Orde Baru, apakah Anda kecewa dengan keadaan sekarang?
Arsiteknya itu Widjojo (Nitisastro) dengan Mafia Berkeley-nya. Saya dan Prof. Sadli hanya ''satria pendamping". Pada mulanya inflasi kita 700 persen per tahun. Itu bisa kita kuasai. Infrastuktur kita bangun. Sayang, kemudian tidak ada kontrol sosial. DPR tidak berfungsi. Dan keruntuhan itu pelan-pelan terjadi, jauh sebelum sekarang.

Anda masih percaya kepada desain Orde Baru setelah segala keruntuhan ini?
Desainnya tidak salah. Implementasinya yang melanggar, seperti soal pemerataan dan kestabilan. Desain ekonomi Orde Baru kan berpokok pada pertumbuhan, kestabilan, dan pemerataan. Selama 10 tahun pertama, semuanya oke, kemudian mulai rusak.

Pada 1975, Anda menulis buku Indonesia Towards Year 2000. Apakah bayangan Anda terbukti benar?
Saya tidak pernah meramalkan akan terjadi krisis moneter seperti sekarang. Namun, secara keseluruhan, trend-nya benar, lepas dari akurasi statistiknya. Saya katakan, misalnya, Pulau Jawa akan gawat—bukan dalam soal pangan, tapi soal air dan permukiman. Kondisi pengadaan pangan bahkan lebih baik dari perkiraan saya. Saya tidak pernah memperkirakan kita akan pernah berswasembada beras pada 1985.

Kamis, 22 September 2016

Putro Nuswantoro



        
          Tentunya tidak berlebihan ketika kita mencermati dan memahami sebuah budaya suatu daerah kemudian mengaguminya walaupun kita sendiri bukan dari bagian budaya mereka, sehingga kepemilikan sebuah budaya menjadi adi luhung jika setiap orang pun merasa mendapat manfaat secara lahiriah ataupun batiniah, alih-alih budaya sesungguhnya menjadi ciri khusus kultur suatu daerah atau bahkan suatu Bangsa dan Negara, ternyata masyarakatnya bahkan pemudanya sengaja dibuat untuk lebih suka pada budaya yang datangnya dari luar NKRI seperti membanjirnya bajakan film-film Mandarin, Korea, game pokemon go, dll masuk ke laptop-laptop kita bahkan sampai ratusan film tersebut, ironis bukan sementara tidak mengetahui bahkan tidak pernah tau asal usulnya malah dengan bangga memamerkan budaya asing tersebut melekat pada dirinya, dan ini sudah menggejala sampai orang tuanya pun mendiamkan saja bahwa anak-anaknya sudah luntur budaya leluhurnya sendiri, atau orang tuanya malah mencibir budaya sendiri sehingga anak-anaknya pun lebih parah lagi dengan berganti kostum seperti budaya yang kita tidak dikenal itu, miris bukan?
              
              Kekhawatiran itu sebetulnya sudah digambarkan dengan jelas dalam salah satu roman tetralogi buru seri ke-2 Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer, kalau kita tidak mempertahankan budaya Jawa yang adiluhung siapa lagi? Bahwa Jawa adalah Bumi, Eropa dan Dunia juga bumi, tetapi mereka bisa mempertahankan budayanya bahkan sampai intervensi ke Asia, kenapa kita Jawa tidak bisa menularkan budaya Jawa yang sangat luhur dan adiluhung ini?,” begitulah kira-kira makna tersirat dari Roman tersebut.
                Artinya bahwa jangan sampai putus hilang bahkan musnah budaya Jawa, dan ternyata sebagian  literatur kuno Jawa ada di Belanda, hebat bukan? Para pemimpin Jawa atau Raja-Raja Jawa tidak terfikirkan untuk mengkompilasi atau mengumpulkan literatur-literatur kuna untuk disimpan sebagai arsip kebudayaan Jawa Kuno dan dapat ditularkan kembali ke anak cucu kita, bagaimana mungkin kalau literatur itu adanya di Eropa sana? Kapan kita bisa baca-baca meluncur ke Belanda? Oleh sebab itu nguri-uri Budaya Jawa adiluhung ini adalah tugas kita sebagai insan Jawa yang bangga NKRI sebagai sebuah kesatuan Nusa Antara = Nuswantara.
               
           Maka coba kita dengarkan langgam Jawa dengan judul “ Putra Nuswantara” Ciptaan S. Dharmanto yang di lantunkan oleh Alm Manthou’s (Bapak Campur Sari Indonesia), :

Anakku sing bagus dhewe
mbesok pinter sekolahe
yen Wis biso nyambut gawe
kudhu mlaku sak mesthine
Cup menengo ngger anakku
ojo pinter nangis wae

Anakku sing bagus dhewe
mbesok pinter sekolahe
cup menengo ngger anakku
sing tansah tak domo-domo
Dadiyo satrio tomo
Labuh marang nuso bongso
Reff:
Enggal menengo anakku
welaso marang ibumu
didawuhi kudu nggugu
biso gawe mareming atiku

Adoh dununge bapakmu
ngayahi kewajiban luhur
yen wis rampung mesti kondur
nuswantoro subur makmur


      
          Sungguh hal yang wajar bahkan bukan berlebihan, ketika seorang Ayah yang bersuku Jawa dan sekaligus Bapak pada anak-anaknya mengharapkan dengan doa dalam sebait langgam/lagu bernuansa budaya Jawa, tentu ini bukan musrik atau pengharapan yang berlebihan sehingga mengkultuskan pada lagu tersebut itu tidak kesana, hanya memang budaya Jawa yang halus itu memiliki tata krama (aturan budi pekerti) unggah ungguh (aturan main) yang begitu mumpuni sehingga penuanggannya pun sangat welas asih tanpa pemaksaan melakukan pendidikan pada anak-anaknya agar kelak dikemudian hari anak-anak tersebut menjadi berguna bagi nusa dan bangsanya.
Anakku sing bagus dhewe
mbesok pinter sekolahe
yen Wis biso nyambut gawe
kudhu mlaku sak mesthine
Cup menengo ngger anakku
ojo pinter nangis wae

               
Bait pertama ini adalah sebuah optimisme yang ditanamkan pada ananda tanpa ada unsur memaksa tapi dibatasi pada sebuah kepastian yang memang harus ditempuhnya bermula dari kalimat “anakku sing bagus dhewe”  ungkapan ini sangat tajam berharap pada sang Khaliq yang artinya bahwa Anakku paling cakep bagus tidak ada yang menyamainya, wajar bukan? Ketika kita mempersepsikan anak adalah yang terbagus versi kita sebagai Bapaknya, karena langgam ini adalah yang dilantunkan oleh Bapak ketika anak menjelang dewasa menuju paripurna.
                “Mbesok pinter sekolahe”  semoga wahai anakku seketika sekarang sedang menempuh pendidikan sekolah atau kuliah menjadi anak yang pintar, bukan saja sebatas teori yang didapatkan tapi bagaimana mempraktekannya dengan humanis dimasyarakat kelak, sebuah harapan dengan penanaman idealisme pada sang anak, dan sekali lagi wajar bagi seorang Bapak, agar anak-anaknya menjadi orang terbaik kelak.
                “Yen wis biso nyambut gawe” ini adalah makna kelanjutan dari proses belajar, cepatlah diselesaikan kuliah, sekolahnya karena kesempatan untuk nyambut gawe = bekerja itu tidak akan berulang kembali, artinya kalau sudah lulus dan (Yen wis bisa nyambut gawe ) kalau sudah bisa bekerja, disini makna bekerja adalah sudah mandiri, mengurus sendiri, menentukan sendiri, memutuskan sendiri, harus kudhu mlaku sak mestine= berdasarkan aturan-aturan yang benar sumbernya yaitu aturan Illahiah, tidak boleh melenceng dari mlaku  sakmestine” aturan hukum yang ada baik aturan pemerintah maupun aturan Tuhannya.
                “cup menengo anakku, ojo pinter nangis wae” ini cukup penting bahwa berhentilah menangis anakku, jangan hanya pintar menangis terus, bukan berarti kita paksakan anakku untuk berprestasi, ini simbolisasi menangis adalah sebetulnya berkaiatan erat denga kesedihan, dan kesulitan dalam menjalankan kewajiban sebagai murid atau mahasiswa, maka ayah yang sudah mengalami asam garam akan memberikan solusi jika ada aduan tentang kesulitan-kesulitan tempat diskusi anak-anaknya, jangan menangis sebelum mengadu pada Bapakmu, artinya jangan cuman menangis tapi berhentilah menangis berhentilah untuk segera menyelesaikan kesulitan dengan berdiskusi bersama.
Anakku sing bagus dhewe
mbesok pinter sekolahe
cup menengo ngger anakku
sing tansah tak domo-domo
Dadiyo satrio tomo
Labuh marang nuso bongso

sing tansah tak domo-domo” yang selalu Bapak Ibumu harapkan, didoakan setiap hari berkali kali bagi anak-anaknya nanti setelah mengalami masa sekolah lulus dadio satrio utomo” jadilah pemimpin utama konsep kepemimpinan ini bukan pat gulipat tapi desertai dengan pengalaman, keahlian di tempat kuliah, dan praktek ketika sudah menjadi pegawai, ‘labuh marang nusa bongso”  berguna bagi Nusa dan Bangsa.

Sangat halus harapan bagi seorang ayah pada anak-anaknya bahwa ukuran keberhasilan menjadi satrio utomo itu sebetulnya adalah doa doa orang tua agar berbudi luhur menjadi panutan dalam kepeimimpinan berbangsa kelak. Inilah dasar utama dalam mengarungi belantara kehidupan artinya persiapan harus sudah dilakukan menjelang penyelesaian kuliah atau sekolah.

Reff:
Enggal menengo anakku
welaso marang ibumu
didawuhi kudu nggugu
biso gawe mareming atiku


“enggal menengo anakku”  cepatlah berhenti dalam kesedihan dan kesulitan anakku, segeralah selesaikan sekolah dan kuliahmu,  “welaso marang ibumu”  kasihanilah pada ibumu, tentu saja jika anak-anaknya  menyelesaikan kuliah maka Ayah dan terutama Ibu sangat berharap sekali, karena bagaimana rasanya Ibumu mengandung dahulu 9 bulan 10 hari, tidur kekiri susah kekanan susah, berjalan berat cepat lelah, ada harapan dengan selesainya kuliah sama halnya dengan kelegaan Ibumu melahirkanmu dengan selamat, ini merupakan psikologis seorang Ibu yang memang harus diketahui oleh anak-anaknya dan wejangan ini Bapakmulah yang menyampaikan “welaso marang ibumu” agar anak-anak menjadi faham, bagaimana seharusnya bersikap sebagai orang Jawa, bukan bersikap seperti sikap orang Luar Negeri ( Korea, Jepang dll ) yang mereka tidak pernah merasakan mengandungmu, “didawuhi kudu nggugu” ini adalah bahasa yang halus kromo inggil diberikan pada anak-anak, biasakan seorang Bapak berkromo inggil dalam Jawa, sebuah penghormatan agar anak-anaknya juga melakukan unggah ungguh sopan santun menghormati yang lebih tua, sopan pada yang muda, makna dari itu didawuhi kudu nggugu adalah ketika sebagai anak di nasehati harus melaksanakan nasehat tersebut harus faham, diberikan pengertian mestinya lebih faham dan ngerti, pada akhirnya akan membuat sang Ayah sang Bapak merasa lega, atas nasehat nasehat yang telah dilaksankan anak-anaknya= “bisa gawe mareme atiku” membuat hati Ayahmu marem tenang dan tentram.
Adoh dununge bapakmu
ngayahi kewajiban luhur
yen wis rampung mesti kondur
nuswantoro subur makmur
Nah luar biasa kenapa Bapak menginginkan agar nasehat-nasehat untuk kebaikan itu dilaksanakan? dan akan membuat hati Bapak menjadi terang dan tentram karena “adoh dununge bapakmu” = jauhnya tempat ayahmu mencari nafkah, “ngayahi kewajiban luhur” = sebgai kewajiban ayah mencari nafkah buat keluarganya sehingga agar setiap pekerjaan yang dilakukan ayahmu tidak terbagi hanya karena memikirkan perbuatan dan kelakuan yang tidak sesuai aturan anak-anaknya atau tidak menuruti nesehat ayahmu, konsentrasi ayahmu menjadi buyar dan hal ini akan terkait erat dengan psikologis Ibumu menjadi semakin lemah secara psikis, maka Bapakmu tidak menginginkan hal ini terjadi.
“ yen wis rampung mesti kondur” = kalau sudah selesai mencari nafkah ayah pasti pulang,  lagi lagi ini sebuah bahasa membahasakan halus buat anak-anaknya kromo inggil kondur, walau kata untuk anak sendiri sebagai bukti keluhuran Jawa tidak dimiliki oleh bangsa lain, sekaligus melatih anaknya agar berbuat begitu pada keturunannya kelak.
“ Nuswantara subur makmur “ bahwa kepulangan ayah dari tempat kerja mencari nafkah adalah cerminan  Indonesia atau dahulu terkenal dengan Nusa Antara = Nuswantara subur makmur, sekaligus memberikan pelajaran bahwa silahkan anak-anak setelah selesai menamatkan kuliah bertebaranlah ke seluruh Nusantara , karena subur makmur dan disanalah banyak peluang-peluan untuk berkarya. Wallau alam