Perubahan
organisasi merupakan upaya organisasi untuk beradaptasi secara signifikan
terhadap lingkungan, dengan menyesuaikan komponen penting di dalam organisasi.
Perubahan dilakukan untuk mempertahankan relevansi dan efisien organisasi,
serta meningkatkan daya saing, demi tercapainya masa depan organisasi yang jauh
lebih baik.
Perubahan
organisasi menjadi bagian esensial dari strategi organisasi untuk tetap kompetitif
di lingkungan yang dinamis. Perubahan organisasi dapat mencakup budaya
organisasi, proses internal, teknologi atau infrastruktur dasar, hierarki
organisasi, atau aspek penting lainnya.
Ketika organisasi menolak
melakukan perubahan dalam rangka mempertahankan relevansi, ada berbagai
konskuensi serius yang dapat mengancam kelangsungan hidup organisasi tersebut,
antara lain :
1. Stagnasi
dan Kehilangan Daya Saing
Organisasi cenderung stagnan karena tidak mampu mengikuti
perkembangan lingkungan dan teknologi. Hal ini mengakibatkan penurunan
produktivitas dan inovasi. Organisasi dapat kehilangan daya saing karena
pesaingnya lebih adaptif dan inovatif.
2. Penurunan
Moral dan Kinerja Pegawai
Pegawai mungkin merasa frustasi dan tidak terinspirasi
jika tidak melihat adanya peluang untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa perubahan,
organisasi berisiko menghadapi tingkat rotasi pegawai yang tinggi dan penurunan
kinerja secara keseluruhan.
3.
Ketidak mampuan merespons Lingkungan
Eksternal
Organisasi
akan kesulitan merespons perubahan lingkungan eksternal, seperti regulasi, dan
preferensi stakeholder, sehingga organsisasi tidak relevan lagi. Akibatnya,
organisasi bisa tersingkirkan oleh pesang baru yang lebih fleksibel dan
inovatif.
4.
Kesulitan Mengelola Krisis
Organisasi
yang tidak memiliki budaya perubahan cenderung gagal dalam menghadapi krisis,
karena tidak memiliki mekanisme yang fleksible untuk mengatasi situasi yang
tidak terduga. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan stakeholder terhadap
organisasi.
5.
Kerugian jangka Panjang
Organisasi
akan terus kehilangan relevansi, efisiensi, dan kemampuan kompetitif. Adaptasi
dan perubahan adalah proses berkelanjutan untuk keberhasilan jangka Panjang.
Jika tidak, organisasi akan sulit bertahan dan berkembang di masa depan.
Perubahan organisasi dapat bersifat
adaptif atau transformasional :
Perubahan Adaptif :
Perubahan kecil, bertahap,
berulang untuk mengembangkan produk, proses, alur kerja, dan strategi dari
waktu ke waktu.
Perubahan trnsformasional
Memiliki skala dan cakupan
yang lebih besar dan dramatis, terkait visi misi, strategi, struktur, kinerja
dan proses bisnis.
Seringkali “perubahan” di
dalam organisasi menjadi sangat mengerikan, dengan sumber daya yang terbuang sia-sia
dan sumber daya manusia yang kelelahan, ketakutan, atau frustasi. Untuk itu,
organisasi perlu mengelola perubahan tersebut (change management).
Change management adalah
proses memandu perubahan organisasi hingga terwujud, dimulai dari tahap awal
konsepsi dan persiapan, melalui implemetasi, dan akhirnya hingga penyelesaian. Change
management dilakukan secara sistematis dan berfokus pada orang.
Konsekuensi negatif ketika
gagal mengelola perubahan dengan baik.
Kotter menekankan pentingnya
kepemimpinan yang kuat dan strategi Change management yang efektif untuk
membawa organisasi manuju kesuksesan dalam menghadapi perubahan. Change
management memungkinkan organisasi meminimalisasi turunya produktivitas
selama terjadinya perubahan besar, sekaligus memitigasi kegagalan dalam
mengelola perubahan.
Bagaimana jika organisasi
tidak mengelola perubahan? Dalam bukunya Leading Change, John P. Kotter
menyampaikan beberapa konsekuensi negative yang dapat dialami oleh
organisasi yang gagal mengelola perubahan dengan baik :
Kelelahan dan Kegagalan
Organisasi cenderung lelah
dan gagal dalam mencapai tujuan strateginya,
konflik internal muncul dan focus pegawai hilang, sehingga masa depan
organisasi menjadi tidak pasti.
Ketidak mampuan beradaptasi.
Organisasi kehilangan keuanggulan
kompetitif sehingga tertinggal dari para pesaingnya.
Kehilangan Kepercayaan dan
Dukungan
Kepercayaan pegawai dan stakeholders
akan hilang, hingga mempengaruhi moral, motivasi, dan komitmen organisasi.
Perubahan yang mendesak
Organisasi terpaksa melakukan
perubahan mendesak sebagai respon terhadap krisis atau kondisi yang memburuk.
Hal ini dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang tergesa-gesa dan kinerja
yang buruk, sehingga akan memberikan dampak negative yang lebih besar.
Change management digunakan
sebab berdasarkan hasil riset dan pengalaman dari Prosci (2023) adalah :
§ Tanpa
change management pegawai merasa tidak siap dan tidak nyaman
dengan perubahan, proyek rentan gagal, hasil yang diinginkan tidak tercapai,
waktu penyelesaian proyek dapat menjadi molor, biaya membengkak, serta
penggunaan cara baru/produk hasil perubahan rendah.
§ Dengan
Change management pegawai merasa siap, sudah memiliki
kemampuan yang dibutuhkan dan didukung oleh organisasil. Selain itu kemungkinan
tujuan proyek tercapai lehing tinggi,kemungkinan proyek tepat waku lebih
tinggi, kemungkinan proyek tepat anggaran lebih tinggi, penggunaan cara
baru/produk hasil perubahan optimal (ROI tinggi/tepat guna). Selain itu
resistensi pegawai dapat diminimalisasi.
Tujuan Change management
Secara umum, Change
management bertujuan membantu organisasi mengelola perubahan dengan baik.
Selain itu, tujuan penerapan Change management di organisasi adalah :
1.
Defense Mechanisme
Change
management menjadi strategi pertahanan bagi organisasi
agar tidak terlambat dalam memantau dan merespon perkembangan bisnis dan
lingkungan,lalu menyesuaikannya dengan target organisasi, sehingga organisasi
dapat tetap bertahan dan bersaing.