Senin, 24 Juni 2019

DUNGO DINUNGO part II


A.   Pendahuluan

Dalam era globalilasasi dan era milanial seperti sekarang ini, semua bisa didapatkan melalui jejaring sosial dan internet hanya dalam satu genggaman saja. Bagaimana tidak wong menginginkan sesuatu saja baik sandang pangan dan bahkan papan saja hanya dalam satu jentik jemari saja sudah dapat diperoses dan terealisasi dalam hitungan hari bahkan jam, dan detikpun sangat mudah, satu kedipan mata saja barang yang kita dan anda inginkan sudah muncul dapat dengan mudah diperlihatkan visualnya di situs internet.
Dunia telah memanjakan kita, begitulah kira-kira pandangan setiap orang pada era sekarang ini, di era 90-an hal ini tidak terbayangkan, beli cendol bisa dengan satu jemari langsung datang kerumah, dahulu pembelian barang hanya dapat dilakukan dengan datang ketempat penjualnya atau ke produsen barang tersebut, saat sekarang tidak perlu berongkos-ongkos ria untuk  menghabiskan waktu mendatangi penjual, cukup dalam genggaman tangan saja barang datang sesuai dengan keinginan kita, baik dalam negeri ataupun barang yang dari luar negeri, cepat sekali bukan?
Era milenial adalah era percepatan informasi yang bersifat mendunia, bahkan pada musim inilah segala sesuatu dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang, tentang kebaikan bahkan kejelekan siapa saja dapat dengan mudah terpampang di media onlie, atau akun-akun media sosial masing-masing orang, sebab hampir setiap transaksi atau untuk mendapatkan akses atas informasi jika kita baru beli handphone harus menyertakan atau mendaftar terlebih dahulu akun kita ke Google dan disitulah mulai terbuka aurat atau identitas kita secara “paksa” yang diharuskan, bahkan jika kita mualai mendownload semua aplikasipun secara tidak sadar kita “ok” saja padahal aplikasi yang kita download di handphone kita akan mengakses semua data dan bahkan foto-fota kita yang berada di handphone, sadarkah kita? Bahwa aktifitas kita dari bangun tidur dan akan tidur kembali diintip oleh aplikasi di hp kita? Sadarkah kita setiap langkah-langkah kita dilihat secara langsung oleh aplikasi yang telah kita menyetujui untuk mendownloadnya?.
Mungkin bagi sebagian orang akan bangga, senang-senang saja dan bahkan ingin mendunia dengan firalnya tingkah laku kita, ingin di like dan di share ke seluruh dunia tapi ingatlah bahwasanya semua itu ada batasannya, bagaimana tidak sebuah aktifitas rutin bahkan yang bersifat pribadi dengan bangganya kita mengaskseskan via sosmed masing-masing orang, anak-naka kita, istri kita ketika mendaftarkan nomor hp harus menyertakan KTP dan KK, sangat mudah untuk terlacak bukan? Semua aktifitas keluarga kita dapat dengan mudah terbuka untuk umum dan apajadinya jika dalam periode tertentu, untuk keperluan demi tegaknya hukum misalkan, kita dapat dengan mudah “dipreteli” sampai habis tak tersisa kehidupan sehari-hari kita terpotret degan gampang, baik buruknya kita dan keluarga dapat dengan mudah diakses oleh orang, sebab setiap orang yang mengakses memeliki kepentingan yang berbeda-beda baik memiliki maksud positif atau negatif, tapi sesungguhnya seluruh aplikasi yang kita download via Play Store atau APPstore sesungguhnya dia lah yang sudah mengaduk-aduk segala aktifitas harian setiap pengguna Android dari waktu kewaktu bahkan sudah tahunan aplikasi-aplikasi playstore telah merekam aktifitas pribadi kita, sadarkah kita tentang hal ini? Sudah berapa tahunkah kita menggunakan android? Maka sebanyak tahun itulah aktifitas kita telah terrekord sedemikian rapih, tinggal on dan search saja oleh Mbah Googe penguasa server di alam maya dijagad ini, dapat dengan mudah disimpan didunia maya tanpa batas, semua aktifitas baik dan buruk kita  wah-wah...
Bisa dibayangkan bagaimana jika misalnya, misalnya suatu negara ingin menyerang Indonesia jam berapa hari apa, dapat dengan mudah dilihat rekord oleh Mbah Google, jam – jam berapa orang-orang Indonesia sedang berleha-leha, bersantai ria, bersenda gurau ria, ber malas-malasan, atau bahkan dapat dengan mudah terdeteksi sesungguhnya Indonesia itu sedang apa? Orang-orang Indonesia itu sedang sibuk apa? Masyarakat Indonesia itu sedang senang ngapaian? Kebiasaan-kebiasaan anak muda Indonesia itu ngapain aja? Jam berapa, dimana, apa yang dilakukan? Bagi google yang servernya tidak diIndonesia jika diminta oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat dengan mudah mendesain apa dan cara apa untuk menghancurkan Indonesia tercinta ini! Wow dahssyat sekali.
Bukankah kita pernah membaca atau mendengar tentang treding topik sebuah peristiwa? atau kadang ada tagar yang mendunia? bahkkan dengan tagar tersebut sesungguhnya dapat dilihat aktifitas terbanyak di Indonesia itu ngapaian, ha ha ha makan dawet ayu Banjarnegara, atau  makan Mendoan.... Misalkan ini baru tentang tagar, belum tentang IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS, dapat dengan mudah terpantau via sosial media di negara yang kita cintai ini, tangan-tangan jahil via android dibelahan dunia manapun dapat mengacaukan Indonesia,  di ujung jarinya. Hmmm, luar biasa dunia milenial ini positif dan negatifnya cukup mencengangkan.

B.        Merajut Ketaatan demi masa “depan”
Setelah melihat potret sederhana milenial tersebut di atas, lalu apa dan bagaimana yang harus kita lakukan sebagai orang yang memiliki agama ? atau minimal sudahkah kita melakukan perlindungan pada keluarga kita masing-masing, baiklah mari kita buka Kitab Suci kita, AL Quran di surat At-tahrim ayat 6 :

Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” (terj. Qs. At-Tahrim ayat 6).

Ayat di atas berisi perintah Allah Ta’ala kepada orang-orang beriman untuk melindungi diri dan keluarganya dari api neraka. Ini penting menjadi perhatian setiap Muslim yang beriman. Sebab ukuran kesuksesan dan kebahagiaan manusia di akhirat kelak adalah ketika dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. “Setiap jiwa akan merasakan kematian, maka bangsiapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka dia telah beruntung”. (terj. Qs. Ali-Imran ayat 185).

Dengan apa dan bagaimana seorang menjaga diri dan keluarganya dari Api Neraka?

Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah. Maka dengannya Allah selamatkan kalian dari api neraka”. Sementara Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa ‘allimhum)”. Sedangkan Muqatil dan Ad Dhahak berkata, makna peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah, “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah, hendaklah engkau menegakkan perintah Allah teradap mereka, memerintahkan mereka dengan perintah Allah dan membantu mereka dalam urusan tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari mereka maka hendaklah engkau menghardik mereka”.( Tafsir Ibnu Katsir: 4/391 ).

  1. Bekali Keluarga dengan Ilmu

Ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan. Dengan ilmu seseorang mengenali kebaikan dan dapat membedakannya dengan keburukan. Dengan ilmu pula seorang Muslim dapat mengetahui tugas dan kewajibannya kepada Allah. Dengan ilmu seorang mengetahui tujuan hidup dan keberadaanya di dunia yang fana ini. Dengan ilmu juga seseorang mengelola dan menjalani hidupnya di dunia ini dengan benar, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Bahkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menemupuh jalan untuk mencari ilmu, maka dengan itu Allah mudahkan baginya jalan menuju surga” (terj. HR. Muslim). Dimudahkan masuk surga mengandung makna dijauhkan dari neraka.

Dalam Islam mencari ilmu hukumnya wajib, sebagaimana diterangkan oleh banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya sebuah hadits yang diriwatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mencari ilmu hukumnya fardhu (wajib) bagi setiap Muslim” (terj. HR.

Oleh karena itu dalam ajaran Islam kewajiban seorang kepala keluarga dalam rangkan membimbing keluarganya menggapai ridha Allah, selamat dari neraka adalah dengan mengajarkan ilmu kepada mereka. Paling tidak seorang Muslim belajar Ilmu fardhu ‘ain dan mengajarkannya kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya, yakni anak dan istrinya.

  1. Didik Mereka Menjadi Pribadi Yang Beradab

Seorang Ilmuwan Melayu Syed Naquib al-Attas mengatakan, Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu beliau menurut beliau, solusi mendasar bagi persoalan ummat Islam saat ini adalah pendidikan berbasis adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib.

Ini penting mejadi perhatian, mengingat pendidikan formal saat ini telah kehilangan ruh adab. Berbagai kasus kejahatan yang melibatkan anak-anak muda dan pelajar merupakan salah bukti, lembaga pendidikan formal hampir gagal menanmkan adab kepada para peserta didik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan berbasis adab yang bermula dari pendidikan keluarga. Karena memang pada asalnya tanggung jawab utama dan pertama pendidikan (ta’lim dan ta’dib) terhadap anak adalah pada orang tua.

Tentu saja yang dimaksud dengan adab di sini bukan sekadar sopan santun dan tata krama terhadap sesam manusia. Tetapi adab yang mencakup adab kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti adab kepada orang tua, guru, kawan, dan sebagainya. Karena pada hakekatnya makna adab dalam bahasa Islam adalah memberikan kepada yang berhak haknya. Memuliakan yang harus dimuliakan dan tidak memuliakan yang tidak pantas dimuliakan.

  1. Ajak Keluarga Melakukan Ketaatan

Upaya selanjutnya dalam rangka melindungi diri dan keluarga dari apai neraka adalah senantiasa melakukan ketaan kepada Allah dan meninggalkan maksiat dan menyuruh mereka untuk melakukan hal itu. Karena makna, “peliharalah dirimu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maskiat kepada-Nya”, kata Ibnu Abbas dan “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah”, kata Muqatil dan ad-Dhahak.

Ketaatan pertama yang harus menjadi perhatian seorang Muslim dan mendidik keluarganya adalah tauhid dan shalat. Sebab tauhid merupakan kebaikan yang paling baik. Karena kebaikan dan ibadah yang dikerjakan seorang hamba harus tegak di atas tauhid. Tauhid merupakan kunci syuga dan jalan keselamatan dari neraka. Bahkan tauhid merupakan tujuan hidup manusia di dunia ini. Oleh karena itu seluruh nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk mengajak manusia mentauhidkan Allah Ta’ala.

Sedangkan shalat merupakan tiang agama dan rukun Islam yang kedua. Ia juga merupakan pembeda antara Muslim dan Kafir atau Musyrik. Imam Ibn Katsir rahimahullah ketika menafsirkan, “Peliharah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, mengatakan, Termasuk bagian dari makna ayat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkan anak kalian melakukan shalat bila telah berusia, dan bila telah berusia sepuluh tahun maka pukullah jika enggan melakukan shalat”. (Terj. HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy).

Ayat dan hadits ini menegaskan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anaknya mendirikan shalat. Dalam ayat lain Allah juga menegaskan, “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya”. (terj. Qs. Thaha:132). Para Nabi dan Rasul Allah (termasuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan orang-orang shaleh terdahulu telah mengamalkan ayat ini dengan bersungguh-sungguh dalam menyuruh keluarga mereka melakukan shalat (Lih. Qs. Maryam: 55, Luqman:17).

  1. Larang Keluargamu Melakukan Maksiat

Selain ilmu, adab, dan perintah melakukan ketaatan, upaya melindungi dan membentengi diri dari api neraka hendaknya dilakukan pula dengan melarang mereka dari berbuat maksiat. Hal ini juga meruapkan bagian dari makna “qu anfusakum wa ahlikum nara”, sebagaimana dikatakan oleh Muqatil dan Ad-Dhahak.

Maksiat pertama yang harus dihindarkan dari keluarga kita adalah syirik. Sebab syirik merupakan dosa yang akan menyebabkan pelakukan kekal dalam neraka. Orang yang melakukan kesyirikan dan meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari dosa syirik, maka dosanya tidak diampuni (Qs.4:48) dan ia kekal dalam neraka, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya orang yang berbua syirik maka Allah haramkan bagina surga dan tempatnya ialah neraka. Tidak ada bagi orang-oranag dzalim itu penolong sedikitpun”. (terj. Qs. Al-Maidah:72).

Saking besarnya bahaya dosa sirik ini Nabi Ibrahim ‘alaihis sallam memohon secara khusus kepada Allah agar diri dan anak keturunannya dihindarkan dari kesyirikan. “Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata, wahai Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkan aku serta anak keturunanku dari menyembah berhala”. (terj. Qs. Ibrahim:35).

Selanjutnya maksiat yang harus dijauhkan oleh seorang Muslim dari keluarganya adalah dosa-dosa besar seperti riba, zina, khamr, judi, sihir, dan sebagainya. Lalu kemudian dosa-dosa kecil dan perilaku tercela lainnya. Dan hendaknya seorang Muslim tidak meremehkan perbuatan dosa, sekecil apapun dosa tersebut. Karena setiap dosa mengundang kemurkaan Allah Ta’ala. Dosa kecil yang dilakukan terus-menerus dan disertai sikap meremehkannya akan menjelma akan menjadi besar siksanya di sisi Allah.

  1. Bimbing Keluarga Untuk Selalu Ingat Kepada Allah dan Berdzikir Kepada-Nya

Diantara makna ayat, “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, sebagaimana diatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan melakukan ketaatan kepada Allah, meninggalkan maksiat, dan menyuruh mereka untuk berdzikir kepada Allah. Beliau menyebutkan dzikir, padahal dzikir merupakan bagian dari ketaatan terhadap perintah Allah (misal, Qs. Al-Baqarah:152, Qs. Al-Ahzab:41, Qs. Al-A’raf: 205, dsb). Hal ini untuk menekankan pentingnya ibadah dzikir dalam kehidupan seorang hamba. Sebab dzikir merupakan sebab memperoleh ampunan (maghfirah) dan pahala yang besar (Qs. 33:35), sumber dan kunci ketenangan hati (Qs. 13:28)

Dalam banyak haditsnya Rassulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan fadhilah (keutamaan) dan kedudukan dzikir. Diantaranya sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidziy dan Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa dzikir merupakan sebaik-baik amalan, paling suci di sisi Allah, mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, dan lebih baik dari menginfakkan emas, dan perak, dan lebih baik dari bertemu dan berperang melawan musuh. Dalam hadits lain Nabi mempermisalkan orang berdzikir seperti orang hidup dan orang yang tidak berdzikir seperti orang mati.

Selain itu ibadah dzikir juga memiliki banyak manfaat, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyebutkan sampai enam puluh manfat dzikir dalam kaitabnya al-wabilus Shayyib. Oleh karena itu sepantasnya seorang Muslim khususnya kepala keluarga menganjurkan keluaganya; anak dan istrinya untuk memperbanyak dzikir kepada Allah. Hal ini termasuk salah satu lamgkah seorang menghindarkan keluaranya dari neraka.

Wallahu 'alam