A.
Pendahuluan
Dalam era globalilasasi dan era
milanial seperti sekarang ini, semua bisa didapatkan melalui jejaring sosial
dan internet hanya dalam satu genggaman saja. Bagaimana tidak wong menginginkan
sesuatu saja baik sandang pangan dan bahkan papan saja hanya dalam satu jentik
jemari saja sudah dapat diperoses dan terealisasi dalam hitungan hari bahkan
jam, dan detikpun sangat mudah, satu kedipan mata saja barang yang kita dan
anda inginkan sudah muncul dapat dengan mudah diperlihatkan visualnya di situs
internet.
Dunia telah memanjakan kita,
begitulah kira-kira pandangan setiap orang pada era sekarang ini, di era 90-an
hal ini tidak terbayangkan, beli cendol bisa dengan satu jemari langsung datang
kerumah, dahulu pembelian barang hanya dapat dilakukan dengan datang ketempat
penjualnya atau ke produsen barang tersebut, saat sekarang tidak perlu
berongkos-ongkos ria untuk menghabiskan
waktu mendatangi penjual, cukup dalam genggaman tangan saja barang datang
sesuai dengan keinginan kita, baik dalam negeri ataupun barang yang dari luar
negeri, cepat sekali bukan?
Era milenial adalah era percepatan
informasi yang bersifat mendunia, bahkan pada musim inilah segala sesuatu dapat
diakses dengan mudah oleh setiap orang, tentang kebaikan bahkan kejelekan siapa
saja dapat dengan mudah terpampang di media onlie, atau akun-akun media sosial
masing-masing orang, sebab hampir setiap transaksi atau untuk mendapatkan akses
atas informasi jika kita baru beli handphone harus menyertakan atau mendaftar
terlebih dahulu akun kita ke Google dan
disitulah mulai terbuka aurat atau identitas kita secara “paksa” yang
diharuskan, bahkan jika kita mualai mendownload semua aplikasipun secara tidak
sadar kita “ok” saja padahal aplikasi yang kita download di handphone kita akan
mengakses semua data dan bahkan foto-fota kita yang berada di handphone,
sadarkah kita? Bahwa aktifitas kita dari bangun tidur dan akan tidur kembali
diintip oleh aplikasi di hp kita? Sadarkah kita setiap langkah-langkah kita
dilihat secara langsung oleh aplikasi yang telah kita menyetujui untuk
mendownloadnya?.
Mungkin bagi sebagian orang akan
bangga, senang-senang saja dan bahkan ingin mendunia dengan firalnya tingkah
laku kita, ingin di like dan di share ke seluruh dunia tapi ingatlah bahwasanya
semua itu ada batasannya, bagaimana tidak sebuah aktifitas rutin bahkan yang
bersifat pribadi dengan bangganya kita mengaskseskan via sosmed masing-masing
orang, anak-naka kita, istri kita ketika mendaftarkan nomor hp harus
menyertakan KTP dan KK, sangat mudah untuk terlacak bukan? Semua aktifitas
keluarga kita dapat dengan mudah terbuka untuk umum dan apajadinya jika dalam
periode tertentu, untuk keperluan demi tegaknya hukum misalkan, kita dapat
dengan mudah “dipreteli” sampai habis tak tersisa kehidupan sehari-hari kita
terpotret degan gampang, baik buruknya kita dan keluarga dapat dengan mudah
diakses oleh orang, sebab setiap orang yang mengakses memeliki kepentingan yang
berbeda-beda baik memiliki maksud positif atau negatif, tapi sesungguhnya
seluruh aplikasi yang kita download via Play Store atau APPstore sesungguhnya
dia lah yang sudah mengaduk-aduk segala aktifitas harian setiap pengguna
Android dari waktu kewaktu bahkan sudah tahunan aplikasi-aplikasi playstore
telah merekam aktifitas pribadi kita, sadarkah kita tentang hal ini? Sudah berapa
tahunkah kita menggunakan android? Maka sebanyak tahun itulah aktifitas kita
telah terrekord sedemikian rapih, tinggal on dan search saja oleh Mbah Googe penguasa
server di alam maya dijagad ini, dapat dengan mudah disimpan didunia maya tanpa
batas, semua aktifitas baik dan buruk kita wah-wah...
Bisa dibayangkan bagaimana jika
misalnya, misalnya suatu negara ingin menyerang Indonesia jam berapa hari apa,
dapat dengan mudah dilihat rekord oleh Mbah Google, jam – jam berapa
orang-orang Indonesia sedang berleha-leha, bersantai ria, bersenda gurau ria,
ber malas-malasan, atau bahkan dapat dengan mudah terdeteksi sesungguhnya
Indonesia itu sedang apa? Orang-orang Indonesia itu sedang sibuk apa?
Masyarakat Indonesia itu sedang senang ngapaian? Kebiasaan-kebiasaan anak muda
Indonesia itu ngapain aja? Jam berapa, dimana, apa yang dilakukan? Bagi google
yang servernya tidak diIndonesia jika diminta oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab dapat dengan mudah mendesain apa dan cara apa untuk menghancurkan
Indonesia tercinta ini! Wow dahssyat sekali.
Bukankah kita pernah membaca atau
mendengar tentang treding topik sebuah peristiwa? atau kadang ada tagar yang
mendunia? bahkkan dengan tagar tersebut sesungguhnya dapat dilihat aktifitas
terbanyak di Indonesia itu ngapaian, ha ha ha makan dawet ayu Banjarnegara,
atau makan Mendoan.... Misalkan ini baru
tentang tagar, belum tentang IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS, dapat dengan mudah
terpantau via sosial media di negara yang kita cintai ini, tangan-tangan jahil
via android dibelahan dunia manapun dapat mengacaukan Indonesia, di ujung jarinya. Hmmm, luar biasa dunia
milenial ini positif dan negatifnya cukup mencengangkan.
B.
Merajut Ketaatan demi masa “depan”
Setelah
melihat potret sederhana milenial tersebut di atas, lalu apa dan bagaimana yang
harus kita lakukan sebagai orang yang memiliki agama ? atau minimal sudahkah
kita melakukan perlindungan pada keluarga kita masing-masing, baiklah mari kita
buka Kitab Suci kita, AL Quran di surat At-tahrim ayat 6 :
Wahai orang-orang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari Api Neraka” (terj. Qs. At-Tahrim ayat 6).
Ayat di atas berisi perintah Allah Ta’ala
kepada orang-orang beriman untuk melindungi diri dan keluarganya dari api
neraka. Ini penting menjadi perhatian setiap Muslim yang beriman. Sebab ukuran
kesuksesan dan kebahagiaan manusia di akhirat kelak adalah ketika dijauhkan
dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga. “Setiap jiwa akan merasakan
kematian, maka bangsiapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka dia telah beruntung”. (terj. Qs. Ali-Imran ayat 185).
Dengan apa dan bagaimana seorang menjaga
diri dan keluarganya dari Api Neraka?
Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah lakukanlah
ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka untuk
berdzikir kepada Allah. Maka dengannya Allah selamatkan kalian dari api
neraka”. Sementara Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa makna
“peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka
dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa ‘allimhum)”. Sedangkan Muqatil
dan Ad Dhahak berkata, makna peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”, adalah, “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan
mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah, hendaklah engkau menegakkan
perintah Allah teradap mereka, memerintahkan mereka dengan perintah Allah dan
membantu mereka dalam urusan tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari
mereka maka hendaklah engkau menghardik mereka”.( Tafsir Ibnu Katsir: 4/391
).
- Bekali Keluarga dengan Ilmu
Ilmu merupakan perkara yang sangat penting
dan dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan. Dengan ilmu
seseorang mengenali kebaikan dan dapat membedakannya dengan keburukan. Dengan
ilmu pula seorang Muslim dapat mengetahui tugas dan kewajibannya kepada Allah.
Dengan ilmu seorang mengetahui tujuan hidup dan keberadaanya di dunia yang fana
ini. Dengan ilmu juga seseorang mengelola dan menjalani hidupnya di dunia ini
dengan benar, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus
panduan dalam mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Bahkan nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menemupuh
jalan untuk mencari ilmu, maka dengan itu Allah mudahkan baginya jalan menuju
surga” (terj. HR. Muslim). Dimudahkan masuk surga mengandung makna
dijauhkan dari neraka.
Dalam Islam mencari ilmu hukumnya wajib,
sebagaimana diterangkan oleh banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Diantaranya sebuah hadits yang diriwatkan oleh Ibnu
Majah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Mencari ilmu hukumnya
fardhu (wajib) bagi setiap Muslim” (terj. HR.
Oleh karena itu dalam ajaran Islam
kewajiban seorang kepala keluarga dalam rangkan membimbing keluarganya
menggapai ridha Allah, selamat dari neraka adalah dengan mengajarkan ilmu
kepada mereka. Paling tidak seorang Muslim belajar Ilmu fardhu ‘ain dan
mengajarkannya kepada orang yang menjadi tanggung jawabnya, yakni anak dan
istrinya.
- Didik Mereka Menjadi Pribadi Yang Beradab
Seorang Ilmuwan Melayu Syed Naquib
al-Attas mengatakan, Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah
problem ilmu dan ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu
beliau menurut beliau, solusi mendasar bagi persoalan ummat Islam saat ini
adalah pendidikan berbasis adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib.
Ini penting mejadi perhatian, mengingat
pendidikan formal saat ini telah kehilangan ruh adab. Berbagai kasus kejahatan
yang melibatkan anak-anak muda dan pelajar merupakan salah bukti, lembaga
pendidikan formal hampir gagal menanmkan adab kepada para peserta didik. Oleh
karena itu dibutuhkan pendidikan berbasis adab yang bermula dari pendidikan
keluarga. Karena memang pada asalnya tanggung jawab utama dan pertama
pendidikan (ta’lim dan ta’dib) terhadap anak adalah pada orang tua.
Tentu saja yang dimaksud dengan adab di
sini bukan sekadar sopan santun dan tata krama terhadap sesam manusia. Tetapi
adab yang mencakup adab kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti
adab kepada orang tua, guru, kawan, dan sebagainya. Karena pada hakekatnya
makna adab dalam bahasa Islam adalah memberikan kepada yang berhak haknya.
Memuliakan yang harus dimuliakan dan tidak memuliakan yang tidak pantas
dimuliakan.
- Ajak Keluarga Melakukan Ketaatan
Upaya selanjutnya dalam rangka melindungi
diri dan keluarga dari apai neraka adalah senantiasa melakukan ketaan kepada
Allah dan meninggalkan maksiat dan menyuruh mereka untuk melakukan hal itu.
Karena makna, “peliharalah dirimu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan
kepada Allah dan tinggalkan maskiat kepada-Nya”, kata Ibnu Abbas dan “Engkau
memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat
kepada Allah”, kata Muqatil dan ad-Dhahak.
Ketaatan pertama yang harus menjadi
perhatian seorang Muslim dan mendidik keluarganya adalah tauhid dan shalat.
Sebab tauhid merupakan kebaikan yang paling baik. Karena kebaikan dan ibadah
yang dikerjakan seorang hamba harus tegak di atas tauhid. Tauhid merupakan
kunci syuga dan jalan keselamatan dari neraka. Bahkan tauhid merupakan tujuan
hidup manusia di dunia ini. Oleh karena itu seluruh nabi dan Rasul diutus oleh
Allah untuk mengajak manusia mentauhidkan Allah Ta’ala.
Sedangkan shalat merupakan tiang agama dan
rukun Islam yang kedua. Ia juga merupakan pembeda antara Muslim dan Kafir atau
Musyrik. Imam Ibn Katsir rahimahullah ketika menafsirkan, “Peliharah dirimu
dan keluargamu dari api neraka”, mengatakan, Termasuk bagian dari makna
ayat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkan anak
kalian melakukan shalat bila telah berusia, dan bila telah berusia sepuluh
tahun maka pukullah jika enggan melakukan shalat”. (Terj. HR. Ahmad, Abu
Daud, dan Tirmidziy).
Ayat dan hadits ini menegaskan pentingnya
peran orang tua dalam mendidik anaknya mendirikan shalat. Dalam ayat lain Allah
juga menegaskan, “Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan
bersabarlah dalam mengerjakannya”. (terj. Qs. Thaha:132). Para Nabi dan
Rasul Allah (termasuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan
orang-orang shaleh terdahulu telah mengamalkan ayat ini dengan
bersungguh-sungguh dalam menyuruh keluarga mereka melakukan shalat (Lih. Qs.
Maryam: 55, Luqman:17).
- Larang Keluargamu Melakukan Maksiat
Selain ilmu, adab, dan perintah melakukan
ketaatan, upaya melindungi dan membentengi diri dari api neraka hendaknya
dilakukan pula dengan melarang mereka dari berbuat maksiat. Hal ini juga
meruapkan bagian dari makna “qu anfusakum wa ahlikum nara”, sebagaimana
dikatakan oleh Muqatil dan Ad-Dhahak.
Maksiat pertama yang harus dihindarkan
dari keluarga kita adalah syirik. Sebab syirik merupakan dosa yang akan
menyebabkan pelakukan kekal dalam neraka. Orang yang melakukan kesyirikan dan
meninggal dunia dalam keadaan tidak bertaubat dari dosa syirik, maka dosanya
tidak diampuni (Qs.4:48) dan ia kekal dalam neraka, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya
orang yang berbua syirik maka Allah haramkan bagina surga dan tempatnya ialah
neraka. Tidak ada bagi orang-oranag dzalim itu penolong sedikitpun”. (terj.
Qs. Al-Maidah:72).
Saking besarnya bahaya dosa sirik ini Nabi
Ibrahim ‘alaihis sallam memohon secara khusus kepada Allah agar diri dan
anak keturunannya dihindarkan dari kesyirikan. “Dan ingatlah tatkala Ibrahim
berkata, wahai Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan
jauhkan aku serta anak keturunanku dari menyembah berhala”. (terj. Qs.
Ibrahim:35).
Selanjutnya maksiat yang harus dijauhkan
oleh seorang Muslim dari keluarganya adalah dosa-dosa besar seperti riba, zina,
khamr, judi, sihir, dan sebagainya. Lalu kemudian dosa-dosa kecil dan perilaku
tercela lainnya. Dan hendaknya seorang Muslim tidak meremehkan perbuatan dosa,
sekecil apapun dosa tersebut. Karena setiap dosa mengundang kemurkaan Allah
Ta’ala. Dosa kecil yang dilakukan terus-menerus dan disertai sikap
meremehkannya akan menjelma akan menjadi besar siksanya di sisi Allah.
- Bimbing Keluarga Untuk Selalu Ingat Kepada Allah dan Berdzikir Kepada-Nya
Diantara makna ayat, “jagalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka”, sebagaimana diatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma dengan melakukan ketaatan kepada Allah, meninggalkan maksiat, dan
menyuruh mereka untuk berdzikir kepada Allah. Beliau menyebutkan dzikir,
padahal dzikir merupakan bagian dari ketaatan terhadap perintah Allah (misal,
Qs. Al-Baqarah:152, Qs. Al-Ahzab:41, Qs. Al-A’raf: 205, dsb). Hal ini untuk
menekankan pentingnya ibadah dzikir dalam kehidupan seorang hamba. Sebab dzikir
merupakan sebab memperoleh ampunan (maghfirah) dan pahala yang besar (Qs.
33:35), sumber dan kunci ketenangan hati (Qs. 13:28)
Dalam banyak haditsnya Rassulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga menyebutkan fadhilah (keutamaan) dan kedudukan
dzikir. Diantaranya sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidziy dan
Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa
dzikir merupakan sebaik-baik amalan, paling suci di sisi Allah, mengangkat
derajat seorang hamba di sisi Allah, dan lebih baik dari menginfakkan emas, dan
perak, dan lebih baik dari bertemu dan berperang melawan musuh. Dalam hadits
lain Nabi mempermisalkan orang berdzikir seperti orang hidup dan orang yang
tidak berdzikir seperti orang mati.
Selain itu ibadah dzikir juga memiliki
banyak manfaat, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Imam Ibnu Qayyim
al-Jauziyah menyebutkan sampai enam puluh manfat dzikir dalam kaitabnya
al-wabilus Shayyib. Oleh karena itu sepantasnya seorang Muslim khususnya kepala
keluarga menganjurkan keluaganya; anak dan istrinya untuk memperbanyak dzikir
kepada Allah. Hal ini termasuk salah satu lamgkah seorang menghindarkan
keluaranya dari neraka.
Wallahu 'alam