Rabu, 27 Juli 2016

Aja Seneng Metani Alaning Liyan

        
      Presiden Republik Indonesia Joko Widodo baru saja melakukan resafle Kabinet Kerjanya, tentu saja ada harapan yang baru ketika perubahan atau bisa dikatan penggantian tapi bukan dimaknai pergiliran "kekuasaan" dalam sebuah pemerintahan, karena Presiden Joko Widodo memang sedang menjalankan amanat dari UUD 1945, Pasal 17 (1). Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara ; (2). Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden; (3). Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan; (4). Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.
         Maka dari itu proses pengantian pembantu-pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan menjadi hak prerogratif Bapak Presiden, sehingga keahlihan masing-masing menteri yang telah ditunjuk untuk membantunya, Presidenlah yang lebih mengetahui. 
         " Aja Seneng Metani Alaning Liyan"  dapat dan bisa dijadikan sandaran bahwa ketika seseorang sedang menjalankan tugasnya dan memang belum waktunya berakhir maka boleh-boleh saja mengganti orang-orang yang lebih pas untuk menduduki jabatan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, artinya bahwa evaluasi itu belum waktunya, baru bisa dilakukan evaluasi ya nanti 5 (lima) tahun yang akan datang terhadap kinerja seseorang, termasuk kinerja Presiden, dan yang lebih tau tentang perubahan pergerakan ekonomi, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya nilai tukar rupiah, inflasi pertahunnya dalam periode berjalan, tentu saja Presiden lebih tau sehingga untuk lebih meningkatkan kinerja secara keseluruhan beliau mengganti dengan orang baru para pembantunya.
      
Maka dari itu sebagai orang jawa penulis teringat akan sebuah pepatah atau budaya luhur jawa yaitu  " Aja Seneng Metani Alaning Liyan" , jangan senang mencari-cari kesalahan orang lain, dalam budaya luhur jawa Metani kata dasarnya Petan=Cari, dapat awalan Me- menjadi kata kerja METANI=Mencari tapi perlu kita fahami bersama bahwa kata-kata jawa Metani itu khusus digunakan untuk kegiatan mencari kutu, Petanan.
        Mencari kutu di rambut kepala adalah pekerjaan yang sulit dan susah sekali untuk menemukannya, bagaimana tidak kutu rambut yang begitu kecil dicari-cari pelan dengan menggunakan tangan menyibakan rambut berurutan, sebuah pekerjaan yang amat sangat susah, dalam kaedah budaya jawa itulah aja seneng metani alaning liyan maksudnya jangan mencari kesalahan orang lain seperti mencari kutu di rambut kepala yang kadang tidak menemukan kutu, atau malah tidak menemukan kesalahan orang tersebut hanya ingin melakukan perbuatan untuk merendahkan orang laian tapi tidak ditemukan akhirnya muncul fitnah dikalangan masyarakat.
        Tentunya maksud tersebut adalah jangan sampai terjadi perpecahan masyarakat hanya perkara yang tidak jelas, yang diperlukan adalah bagaimana kehidupan bermasyarakat itu tenang tentram damai, karena fitnah akan berujung pada perpecahan jika sudah terjadi perpecahan maka masyarakat menjadi tidak fokus pada tujuan utama dalam berdampingan antar warga antar bangsa bahkan akan menimbulakan kerugian besar bagi bangsa dan negara ini.
       Maka aja seneng metani alaning liyan sebuah  budaya jawa  diambil dari filosofi luhur budi pekerti agar kita semua menjadi manusia yang paripurna.


Wallahu Alam 

Jumat, 22 Juli 2016

Ajining Diri Gumantung Kedhaling Lathi

       Tiba-tiba ada kiriman dari seorang kawan lama via wa  sebuah foto seperti di samping, langsung saya buka weh lah dalah, dalem banget nih isinya dalam pikiran saya langsung berujar, pasti orang yang nempel di tempat usahanya ini orang jawa yang bener-bener faham dan tau betul apa yang di jadikan moto dalam menjalankan usaha bengkel motor tersebut.
      Kemudian kawan lama saya tersebut bilang, Pak ini semua apakah dari petuah Sunan Kali Jaga? wah saya   terperangah juga, soalnya saya sendiri orang jawa tengah bagian pinggiran maksudnya pinggiran laut selatan, Cilacap ha ha ha... jadi tidak dekat dengan Keraton Yogyakarta ataupun Solo.
Adalah perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang oleh banyak pihak disebut-sebut sebagai taktik adu domba Belanda melalui VOC untuk memecah Kerajaan Mataram, yang akhirnya melahirkan Yogyakarta dan Surakarta. Perjanjian Giyanti memecah Mataram, kerajaan terbesar di Jawa masa itu menjadi dua bagian yakni wilayah sebelah timur yang menjadi milik Paku Buwono dan wilayah sebelah barat yang menjadi bagian Pangeran Mangkubumi. Pada perkembangannya dua wilayah dengan dua pemimpin itu melahirkan Kasunanan Surakarta yang membangun Kraton baru di desa Sala dan Kasultanan Yogyakarta yang membangun Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Mataram Baru. Dari dua pusat kerajaan baru itulah perkembangan Kota Jogja dan Solo bermula.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/yogyakarta-dan-surakarta-si-kembar-yang-sangat-beda-rupa_55291d43f17e61d93a8b4596
      Adalah perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang oleh banyak pihak disebut-sebut sebagai taktik adu domba Penjajah Belanda melalui VOC untuk memecah Kerajaan Mataram, yang akhirnya melahirkan Yogyakarta dan Surakarta. 
      Perjanjian Giyanti memecah Mataram, kerajaan terbesar di Jawa masa itu menjadi dua bagian yakni wilayah sebelah timur yang menjadi milik Paku Buwono dan wilayah sebelah barat yang menjadi bagian Pangeran Mangkubumi. 
     Pada perkembangannya dua wilayah dengan dua pemimpin itu melahirkan Kasunanan Surakarta yang membangun Kraton baru di desa Sala dan Kasultanan Yogyakarta yang membangun Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Mataram Baru. Dari dua pusat kerajaan baru itulah perkembangan Kota Jogja dan Solo bermula, panjang ceritanya kapan-kapan kita bahas he he he
Adalah perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang oleh banyak pihak disebut-sebut sebagai taktik adu domba Belanda melalui VOC untuk memecah Kerajaan Mataram, yang akhirnya melahirkan Yogyakarta dan Surakarta. Perjanjian Giyanti memecah Mataram, kerajaan terbesar di Jawa masa itu menjadi dua bagian yakni wilayah sebelah timur yang menjadi milik Paku Buwono dan wilayah sebelah barat yang menjadi bagian Pangeran Mangkubumi. Pada perkembangannya dua wilayah dengan dua pemimpin itu melahirkan Kasunanan Surakarta yang membangun Kraton baru di desa Sala dan Kasultanan Yogyakarta yang membangun Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Mataram Baru. Dari dua pusat kerajaan baru itulah perkembangan Kota Jogja dan Solo bermula.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/yogyakarta-dan-surakarta-si-kembar-yang-sangat-beda-rupa_55291d43f17e61d93a8b4596
Adalah perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang oleh banyak pihak disebut-sebut sebagai taktik adu domba Belanda melalui VOC untuk memecah Kerajaan Mataram, yang akhirnya melahirkan Yogyakarta dan Surakarta. Perjanjian Giyanti memecah Mataram, kerajaan terbesar di Jawa masa itu menjadi dua bagian yakni wilayah sebelah timur yang menjadi milik Paku Buwono dan wilayah sebelah barat yang menjadi bagian Pangeran Mangkubumi. Pada perkembangannya dua wilayah dengan dua pemimpin itu melahirkan Kasunanan Surakarta yang membangun Kraton baru di desa Sala dan Kasultanan Yogyakarta yang membangun Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Mataram Baru. Dari dua pusat kerajaan baru itulah perkembangan Kota Jogja dan Solo bermula.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/yogyakarta-dan-surakarta-si-kembar-yang-sangat-beda-rupa_55291d43f17e61d93a8b4596

Adalah perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang oleh banyak pihak disebut-sebut sebagai taktik adu domba Belanda melalui VOC untuk memecah Kerajaan Mataram, yang akhirnya melahirkan Yogyakarta dan Surakarta. Perjanjian Giyanti memecah Mataram, kerajaan terbesar di Jawa masa itu menjadi dua bagian yakni wilayah sebelah timur yang menjadi milik Paku Buwono dan wilayah sebelah barat yang menjadi bagian Pangeran Mangkubumi. Pada perkembangannya dua wilayah dengan dua pemimpin itu melahirkan Kasunanan Surakarta yang membangun Kraton baru di desa Sala dan Kasultanan Yogyakarta yang membangun Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai Mataram Baru. Dari dua pusat kerajaan baru itulah perkembangan Kota Jogja dan Solo bermula.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/yogyakarta-dan-surakarta-si-kembar-yang-sangat-beda-rupa_55291d43f17e61d93a8b4596
     Nah ternyata kawan lama saya tersebut pernah membaca status di wa saya,  " Banda Kuwi Mung Titipan, Pangkat Kuwi Mung Sampiran...." dan diwaktu perpisahan beliau pindah tugas ke salah satu Provinsi di Sumatera, status wa saya tersebut dijadikan pengantar kesan dan pesannya.
     Akhirnya saya mengerutkan kening, soalnya permintaan khusus, Pak tolong artikan satu-satu semua yang di foto itu? siap ! dalam hati saya bilang  kalau  diartikan tanpa  analogi, khawatir kuwalat sama Kanjeng Sunan Kalijaga ha ha ha.
      Maka lengkapnya adalah " Ajining Diri Gumanthung Kedhaling Lathi, Ajining Raga Gumantung Saka Busana, Giri Lusi Janmo Tankeno Ingino ", nah lengkaplah petuah Jawa ini tentunya disarikan dari pemahamaman Illahiah dan ke Tauhidan leluhur sehingga muncul petuah yang sangat dahsyat dalam bermasyarakat.
         Tentunya bukan bermaksud menggurui atau merasa lebih pintar, saya sendiri baru beranjak belajar untuk faham tentang budaya Jawa, sekaligus belajar menetralisir bahwa sesungguhnya Jawa Itu bukan klenik, bahwa Jawa itu  bukan mistik, sesungguhnya Jawa itu Islami yang sengaja di distorsi oleh Penjajah Belanda untuk kepentingan de vide et impera penjajah, oleh sebab itu jiwa patriotisme saya pun terpanggil untuk menetralisirkan bahwa Jawa itu Islami, tanpa klenik tanpa mistik.
            Maka  Ajining Diri Gumanthung Kedhaling Lathi, Ajining Raga Gumantung Saka Busana, Giri Lusi Janmo Tankeno Ingino ini sesunggunya pengejawentahan atau sebuah praktek nyata dari penafsiran para Ulama Jawa dari Hadist Nabi Muhammad SAW yaitu :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

[رواه البخاري ومسلم]


Terjemah hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim).

     Maksud dari Ajining Diri Gumanthung Kedhaling Lathi,itu bermakna bahwa sesiapa yang berkata-kata berucap dengan nada baik dengan kalimat-kalimat sopan-santun, baik kepada yang lebih tua maupun kepada yang muda maka akan dihormati dan dihargai oleh orang sekitar, sebab lathi=Lidah ucapan bisa menimbulkan sakwasangka bisa menimbulkan fitnah bahkan bisa menimbulkan peperangan, sehingga Rasulallah Muhammad SAW dalam hadist diatas menyandingkan antara berimannya seseorang kepada Allah SWT dengan ucapan yang dikeluarkan oleh orang tersebut, fal ya qul Khoir = berkata benar  atau 'auliyashmut = atau diam, sehingga apa yang keluar dari lathi = lidah itu akan menyelamatkan kita semua dari bencana fitnah dan lain sebagainya.
       Karena lathi = lidah ini juga dapat menciptakan katentreman, ketengan dan guyup rukun gotong royong ikhlas dalam bekerja tanpa ada rasa paksaan atau tanpa ada rasa saling curiga antar sesama.   Akhirnya hidup ini pun menjadi indah, tentram damai , hati pun tenang saling menghargai sesama, yang tua ataupun yang lebih muda, semoga kita bisa menjalankannya. 

Wallahu Alam.
  


 Ajining Raga Gumantung Saka Busana, Giri Lusi Janmo Tankeno Ingin, nyusul ya Bro.

        

Jumat, 15 Juli 2016

BreXit antara British Exit dengan Brebes Exit

     Ini hari Jum'at bertepatan dengan 10 Syawal 1437 H dan 15 Juli 2016, seandainya kita ditanya terkait dengan kejadian di Inggris dan di Indonesia pada jelang Idul Fitri 1437/6 Juli 2016 tentu saja kita akan bersemangat menjawab bahwa macet mudik di Brebes Exit lebih seru dari pada British Exit betul bukan? 

     Nah ternyata salah satu kota penghasil "ngapak" itu malah lebih mendunia dari pada British Exit coba baca  http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/07/09/oa0s7u377-nama-brebes-exit-mendunia-dari-inggris-sampai-rusia 
tapi ini apakah sebuah pengalihan dari berita ini apa bukan ya : http://www.bbc.com/news/uk-politics-32810887
 Judule :The UK's EU referendum: All you need to know,
A referendum - a vote in which everyone (or nearly everyone) of voting age can take part - was held on Thursday 23 June, to decide whether the UK should leave or remain in the European Union.
Leave won by 52% to 48%.
The referendum turnout was 71.8%, with more than 30 million people voting. It was the highest turnout in a UK-wide vote since the 1992 general election.
     Secara ekonomi apakah menguntungkan bagi UK/Ingris jika keluar dai Uni Eropa? tanyalah pada Perdana Menterinya beliau bilang ,"
Mr Cameron has said he will be stepping down as PM by October! 
nah lo, beliau sendiri mengundurkan diri pada Oktober 2016, dikarenakan ketidak berhasilan membendung keinginan segelintir orang yang menginginkan keluar dari Uni Eropa, padahal sudah berpuluh tahun semenjak perang dunia II UK/Inggris gabung dengan Uni Eropa.
      Sepertinya masyarakat Inggris yang menginginkan exit dari Uni Eropa sama persis dengan Masyarakat Indonesia yang sedang Mudik Idul Fitri terjebak macet 20 Km, untuk bisa keluar ke pintu tol Brebes Timur, maka namanya pun sama Brexit ( British Exit ) dan Brexit (Brebes Exit).
     Bagaimana tidak kami berdelapan satu mobil berangkat dari Bogor hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 jam 14.00 WIB, sampai Cilacap Hari Minggu tanggal 3 Juli 2016 pukul 02.00 WIB dini hari, atau sudah masuk hari Senin 4 Juli 2016, dahsyat bukan? di tol Brebes itulah kami banyak bersabar walau pakai aplikasi wase, tapi tidak tau harus kemana? anak ke enam dan tujuh batal Shaum Ramadhannya, anak ke Tujuh sampai BAB di jalan tol pakai tisu basah, anak saya pertama kencing sampai turun ke bawah jalan tol.... luarbiasa perjuangan menggapai Syawal 1437 H ini... 

     Tentunya ini adalah buah perjalanan panjang untuk sebuah niat ikhlas tulus yang dimotori oleh Istri tercinta saat Ramadhan 1437 H, Mas kita kumpulkan keluarga Mas di Kebumen semua adik-adik hari ke dua setelah Lebaran, kita di Cilacap terlebih dahulu. 
         Bagai pepatah Jawa "Sapa Weruh Ing Panuju, Sasat Sugih Pager Wesi"   Sesiapa yang memiliki cita-ciat luhur, untuk menggapainya serasa ada yang menuntun/mengarahkan dengan mudah, atau siapa saja yang mengetahui akan tujuan hidupnya, seolah-olah banyak pagar besi melindunginya. 
        Walaupun Brebes Tolnya muacete luar biasa, panas luar biasa, sampai kehabisan bensin beli dua jligen yang isinya kata penjual 5 liter seharga 160.000 IDR, ya sudah gak papa itu rejekinya warga sekitar kata Istri. Hmmm...
       Maka menjadi indah bahwa sebuah perjalanan panjang untuk menggapai sebuah cita luhur dibarengi dengan keihklasan bersama tujuan mulia, Allah SWT akan memudahkan dan memberikan barakah serta keselamatan sampai tujuan serta menuntun kita bahwa kebersamaan persaudaraan perlu ada ke Ihklsan dan pengorbanan.
      Inilah Persaudaraan :


🍃Jika ada yang bertanya, adakah  kaitan antara *saudara* dan *kebahagiaan*.



🍃jawabannya mungkin akan mengagetkan:

*tidak ada kaitannya*.



🍃Saudara tidak akan membuat kita bahagia. *Yang membuat kita bahagia* adalah persaudaraan.



🍃Saudara adalah orang-orang yang terhubung dengan kita karena pertalian darah, *berdimensi fisik.*



🍃Sementara persaudaraan adalah orang-orang yang terhubung dengan kita karena pertalian hati, *berdimensi spiritual.*



👉Jika menilik sejarah, banyak kejahatan yang dilakukan oleh saudara kepada saudaranya sendiri.



👉Kisah pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia, antara *Qabil dan Habil*, dilakukan oleh saudara atas saudaranya sendiri.



👉Begitu pula dalam kisah konspirasi saudara-saudara Nabi Yusuf untuk melenyapkannya.



👉Jika dalam kasus Qabil dan Habil berlaku *kejahatan oleh saudara one-on-one*.



👉Dalam kisah Nabi Yusuf yang terjadi adalah *persekongkolan jahat berkelompok oleh sesama saudara lebih dari satu orang*.



👉Kisah-kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa saudara yang bertali secara darah *(fisik)* bisa menjadi musuh saat tidak ada pertalian hati *(spiritual).*



⭐⭐⭐⭐ *Ada 4 tipe manusia dalam konteks saudara dan persaudaraan* :



1. Saudara yang menunjukkan persaudaraan.

*Inilah surga.*



2. Bukan saudara namun menunjukkan persaudaraan.

*Ini adalah kebahagiaan (happiness)*



3. Bukan saudara dan tidak menunjukkan persaudaraan.

*Ini disebut ketidakbahagiaan (unhappiness)*



4. Saudara tapi tidak menunjukkan persaudaraan.

*Inilah neraka.*



🍁 _Jika ada orang yang bukan saudara dan dia tidak menunjukkan persaudaraan kepada kita, kita bisa dengan mudah menghindarinya._



🍁 _*Kita bisa memilih komunitas lain tanpa harus bertemu dengannya.*_



🍁  _Namun akan lebih berat bagi kita jika yang tidak menunjukkan persaudaraan itu adalah saudara kita sendiri._



🌿Disinilah kita perlu memaknai setiap kondisi yang kita hadapi agar tidak mengalihkan kita dari kebahagiaan.



🌿Kepada mereka yang tidak menunjukkan persaudaraan, kita bisa memaknainya sebagai cara Tuhan untuk menjadikan diri kita agar menjadi manusia yang lebih baik.



🌿Hilangnya rasa persaudaraan dari saudara kita tidak boleh menjadi penghalang bagi kita untuk merayakan setiap momentum dalam hidup kita.



🌿Lantas, apa yang dibutuhkan untuk memunculkan rasa persaudaraan khususnya antara sesama saudara ?



  _Kata kuncinya adalah *connectedness*, rasa terhubung satu sama lain, rasa bahwa kita adalah satu tubuh kesatuan dalam persatuan._



Disaat ada bagian dari tubuh kita yang sakit, *maka seluruh tubuh akan merasakannya*.



Demikian pula sebaliknya, saat bagian tubuh yang sakit itu pulih, *seluruh tubuh merasakan kesegaran.*....



🍀🍀🍀

*CONNECTEDNESS (_rasa keterhubungan_ )* - dalam bentuk apapun, termasuk sosmed, WA -adalah salah satu upaya untuk  menyatukan hati.



🔆 *Ada 2 ciri connectedness* :



🔅# Kita merasa senang jika saudara kita mendapatkan kebaikan, dan kita merasa sedih saat saudara kita mendapatkan keburukan.

*Inilah yang dianalogikan sebagai satu tubuh*.



🔅# Kita selalu berhubungan dengan saudara kita meski kita sedang tidak membutuhkannya, *silahturahmi*.



💠 *Semoga bisa jadi inspirasi agar bisa menjadi saudara yg baik dan menjaga persaudaraan....*







      

     Terima kasih Istriku, Jelang pernikahan  24 tahun kita berbagi cerita sejak tahun 1992 arungi samudra kehidupan, panjang cerita pertanda kita adalah sebuah bejana yang perlu kita isi bebarengan, bejana itu akan mengisi ketujuh bejana sebagai cikal bakal menguasai dunia. 

Wallahu Alam.




Jumat, 01 Juli 2016

Iwan Fals - Bung Hatta

Tekun, Teken, Tekan

      Jaren wong wis tua ya paling bisane mung ndongakna maring sak pada padane kabeh ben pada sehat wal afiat kabeh, kiye nggo sing pada esih urip
     Nek ora isa ketemu utawa ora pernah ketemu maning ya pirang mbara pirang mbara ndongakna sing wis pada mati mbok, ya mbuh kaya ngapa rupane ramane dhewek lah. Mumpung wulan kiye esih wulan Ramadhan 1437 H gari pirang dina maning kiye koh, syawalan.
        Mumpung esih urip ya bisane mung ndonga ya didongakna, wong mbiyen kawit bayi kloer ora ngerti wujude ramane, kaya ngapa koh, aja ngasi kebangeten banget marang wong tua ndongakna be ara gelem, ya mbuh apa mbiyen ramane dhewek apik apa ora, rajin ngibadah apa ora, gelem ngambah latar mesjid apa ora, sembahyang apa ora, dupe ora pernah nemuni ya aja ngasik nang dunya ora gelem ndongakna kuwe ya ora bener temen koh.
     Aja ngasik kuwalat maring wong tua, apa maning nek wis nduwe bojo ya wong tuane dadi nambah maning, rama biyunge bojone mbok ya wong tuane dhewek, aja ngasik anake di jaluk wong tuane di terlantarna ya kiye ora bener maning koh.
      Jajal dadi akeh kewajibane dhewek nek wis duwe bojo, yah arep kaya ngapa rama biyunge bojone dhewek ya tetep pada perlakuane maring rama biyunge dhewek mbok, dupeh rama biyunge ora teyeng ngaji ora sembahyang apa ya dijorna bae ora di dongakna, dijorna bae ora diemutna ya malah salah kuwe mbok.
       Sing durung ngerti ngibadah ya diajarna, sing wis paham ngibadah ya malah enak mbok, jan aja pelit nemen koh, apa ya sorga ngo dhewek tok apa? lah engko nek syurga nggo dhewek thok ya malah sepi nang kana dhewekan, mulane kuwe rama biyunge dhewek ya kudu diajak maring suarga mbok, ben nang kana rame ketemu maning, mung carane bedha bedha anatare karo sing ngerti ngibadah karo sing dhurung ngerti ngibadah, antarane sing wis sering ngambah latar mesjid karo sing ora pernah ngambah latar mesjid cara guli ngajak ya beda, ana rumuse ana pitudhuhi kanjeng Nabi Muhammad.
        Sing paling baku, aja ngasik enyong kabeh ngerti anjurane Kanjeng Nabi malah ora di praktekna, malah pelit praktekna, malah males praktekna, ya mubadir ilmune dhewek lah.
        Kiye wis jam pira kiye? apa wis saur apa ya? lah esih jam 1:20 tanggal 1 Juli 2016 bertepatan karo tanggal 26 Ramadhan 1437 H, ya ngonoh sing pada saur ya saur sit, sedurunge saur yuh lah pada donga dinonga maring sing esih pada urip, aja kelalen mumpung esih Ramadhan dongakna sing wis pada nang alam kubur, ben di jembarna kuburane, ben di ngapura dosa dosane, ben turune angler nang alam kubur, ya ayuh di dongakna, masak ora tekan ya tekan lah. Amin.
         Nah kuwe, bab tekun, teken tekan, apa ya enyong wis nulis nang kene apa ya? kaya wong wis pernah tapi mandan kelalen koh, maklum lah wis tua,ya njaluk ngapura.
         Jan tanda tandane wong wis tua kuwe, nek crite diulang ulang terus, wis crita di critakna maning ngasik ping pitulikurr critane kuwe kuwe bae, moga moga bae sing maca ora bosen, apa mboseni kiye koh. 
         Jaman mbiyen pas sekolah SD taun 1977 ngasik taun pira ya 1983 ketone loh, enyong ya mbayangna jan nek taun rongewu kuwe kaya ngapa yah? apa ya esih kayak enyong mbiyen sekolah nyeker ya? Klambine abang putih celana pendekan, klambi putihe ngasik warna coklat koh, lah wong nduwene mung siji thil koh.  he he he
          Sekolahe nang SD Impres XII Gobog ( siki ketone wis genti SDN Pira ya jan..), lah sing jeneng SD Impres (Intrusksi Presiden apa ya ), ya sekolahe apa anane, kelase nganggo dabag sing digawe sekang pring di belah, ya beda nemen karo jaman siki ya? jaman siki ana SD IT jaman mbiyen ya ora kepikir arep ana SD IT, ana ne ya SD I(mpres)....
        Tapi ya kuwe, nek Tekun, Teken ya mesti Tekan, mbuh kapan tekane tapi rumuse tekun ndisit, terus teken ( maksude teken kuwe serius ), aja ngasik pengin tekan kesusu, gemrungsung polahe, semrawut ora ngenah ya malah ora ngasik tekan. 
        Sing jenenge tekun kuwe penafsirane macem macem, tekun kuwe meh mirip karo sabar, sabar dadi wong ora duwe, sabar dadi wong kere, sabar dadi wong cilik, maksude tetep tekun aja ngasik minder dupe rika wong kere, wong ora dhuwe, apa maning mung jongos ,soale ana sing arep dituju ya kuwe kudu ngewula priyatin, lah wong mbiyen arep mangkat sekolah be alkhamdulillah ana sega ya lawuhe apa anane, golet lenga jlantah ( apa jal kiye, lenga sing bar nggo ngoreng iwak) golet lombok siji apa loro terus golet bawang putih wis diuleg lah, ya nggo sarapan ngasik seprena ya sehat sehat alkhamdulilah. Malah siki jerene para ahli mangan bawang putih nggo nambah stamina koh, nah ket mbiyen malah nyong ya malah sering mangan jlantah campur bawang putih lombok diuleg kiye jenenge SAMBEL TRENJENG.
       Sing dimaksud tekun ya kuwe, udu lawuhe sing dipikirna, tapi sing penting wetenge wareg sarapan ben esuk, nek masalah lawuh kuwe udu prinsip, tapi kepriwe carane ben saben dinane isa sarapan, ya kuwe dadi kreatif mbok! Kreatif ya kudu dilatih, apa ya memang kahanan sing nglatih dhewek, megurua marang kahanan megurua marang jaman nah ketone kaya kiye mbok, akhire dadi tekun, masalah hasile ora usah dipikir ndisit, soale masalah hasile kaya ngapa udu urasane menungsa, urusane menungsa mung kon nyambut gawe, usaha, kanti bener, nah hasile kuwe kuasane Gusti Alloh.
        Nah nek wis tekun kudu dibarenge karu teken, ilustrasine kayak kiye, rika ngerti mbok teken kuwe apa? nek wong wis tua mlakune susah ben jejeg mlakune nganggo teken kan? artine teken kuwe nggo jejeg ajeg aja kegoda marang sing ora jelas, dadi teken aja ngasik goyah, ajak ngasik mencong marang tujuan, di seriusi terus singkirna watu watu cilik apa gede ben tekene jejeg ajeg ora miring, nah jelaskan rika mbok?
        Mangkane nek wis teken, insha Allah sithik maning tekan, tekan nggone, tekan tujuane, tekan kekarepane, tapi aja dhisite karepane Gusti Allah, ben tekan ya kuwe tekun guli nyembah, tekun gule gawean, tekun guli sinau, teken aja ngasik ke goda, teken serius guli usaha nganggo cara cara sing bener sing becik, sing bagus, aja ngasik cara carane malah nglanggar aturane Gusti Allah! kuwe malah ora tekan tekan. 
     Nah mulane kuwe, tekun, teken, tekan jan jane ya mung kepriwe carene dhewek, carane rika nglakukna aja ngasik bertentangan karo titahe Nabi Muhmammad SAW apa maning nglanggar aturane Gusti Allah, mangkane mumpung esih Ramadhan yuh pada donga ben enyong, rika, anake enyong aneke rika, ya bojone dhewek kabeh juga ben pada tekun kabeh, ben pada teken kabeh, ya enggko mesti Tekan, nah tekane kuwe kapan, Gusti Allah sing lewih kuwasa.


Allahu 'Alam
Jelang akhir Ramadhan 1437 H
1 Juli 2016