Jumat, 16 September 2016

Sepenggal Cerita dalam Perjalanan


         Seperti biasanya sebagai seorang abdi negara sejak tahun 1992 sampai dengan hari ini yang memang harus mengikuti perintah penugasan dimanapun berada harus tetap dijalankan dengan lapang dada dan penuh semangat walau umur sudah menjelang kepala lima.
          Kebetulan tempat ku kerja kurun waktu dua tahun delapan bulan ini bisa ditempuh dengan jalan darat dan laut kurang lebih tujuh jam perjalanan untuk sampai ke lokasi, dengan jalur “ngeteng” dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera, kok ada jalur bernama”ngeteng” ya, perasaan tidak pernah ada dalam sejarah transportasi Indonesia menyebut jalur ngeteng?.
            Memang betul, bahwa jalur ngeteng ini adalah istilah bagi kami yang harus menemui keluarga di Pulau Jawa  selama sepekan atau satu bulan bahkan mungkin tiga bulan meninggalkannya, coba saja anda lihat banyak dijumpai para abdi negara yang berseragam loreng biasa saya bertemu dan bercengkerama dengan mereka ketika berada di kapal penyeberangan Merak Bakauheni.
          Ternyata ngeteng adalah hiburan tersendiri ketika “dihantam” kepenatan bekerja sementara anak istri tidak berada disandingan hu hu hu sedih nian..., dan sesungguhnya! ngeteng ini adalah spirit untuk ngirit alias menghemat karena saya secara pribadi memiliki beberapa dapur, eh jangan negatif dulu ya, sebab anak pertama UNJ Jakarta, kedua UNSOED Purwokerto, ketiga UNTIRTA Banten, keempat STEI DEPOK, kelima UNSOED Purwokerto, ke enam dan tujuh  SDIT kelas tiga dan empat bersama Istri tercinta di Bogor, kemudian saya sendiri berada di salah satu kota yang berjarak 137,2 km dari Bakauheni, dua jam lima puluh menit dari pelabuhan tersebut lewat jalur timur Sumatera.
          Kalau tidak didasari kejujuran ketika menjadi abdi negara sejak 1992 sampai hari ini, entah akan jadi apa anak 7 tersebut, he he he inilah yang saya maksud dapurnya banyak.
          Tapi sesungguhnya tidak akan saya bahas ini, nanti lain waktu perlu bab khusus untuk pendalaman lebih lanjut.
          Bermula ketika harus berangkat kembali menuju pulau Sumatera, seperti biasa hari Minggu selepas Isa KRL Bogor turun Tanjung Barat, naiklah saya angkot nomor 19 warna merah menuju Kampung Rambutan, ada enam penumpang di dalam angkot tersebut tiga disamping pintu lelaki semua, dan saya dengan satu penemupang lain berhadapan dengan mereka bertiga, sementara ada satu orang penumpang di dekat sopir, tiba di salah satu Universitas swasta penumpang yang berada didekat pintu turun, ketika dia turun sekelebatan mata saya melihat sesuatu dibekas tempat duduk penumpang yang turun tadi, ternyata naik pula penumpang seorang bapak yang cukup berumur membawa dagangan seperti kacang, tahu, dll yang dibungkus dengan plastik berendengan, bertopi kelihatan kelelahan mungkin sudah seharian berkeliling menjajakan makanan kecil tersebut, dan dengan duduk ditempat yang terlihat sesuatu itu maka tertutuplah apa yang saya lihat secara tidak sengaja, memang saya agak ngantuk karena cukup capai atau memang kebiasaan ya kalau di perjalanan saya gunakan untuk istirahat alias ngantuk atau bahkan sengaja tidur kalau jarak jauh, jadi barang yang saya lihat tadi saya anggap ah mungkin mainan anak-anak yang jatuh terselip dibelakang jok penumpang agak menyumbul karena terbantu oleh bodi yang nonjol untuk ban mobil.
          Singkat cerita dua orang penumpang yang disamping pak tua tadi turun di Rumah Sakit Pasar Rebo, dan Bapak Tua turun di depan halte pasar rebo yang banyak berderet penjual buah-buahan dan banyak penumpang menunggu bis antar kota, sementara satu penumpang di depan turun di jalan baru sebelum terminal Kampung Rambutan, akhirnya tinggal saya sendiri menuju terminal Kampug Rambutan, baru saya sadar ternyata barang yang seperti mainan tersebut adalah HP dengan merk tertentu yang terkenal dengan Galaxy, maka saya ambillah ketika turun menjelang masuk terminal.
          Dua minggu sebelum menemukan HP tersebut, Sabtu sore menjelang buka puasa ramadhan biasa lah anak-anak yang pada kuliah pada datang Jakarta, Banten, Depok, kecuali dua anak yang kuliah di Purwokerto tidak pulang, biasa mereka minta uang jatah mingguan mantepkan?, disela-sela ngobrol di ruang tengah, karena rumahnya memang adanya ruang tengah gabungan ruang tamu dan ruang keluarga maka saya sebut saja ruang tengah-tangah ha ha ha... salah seorang anak saya nyeletuk,” Pak ini HP saya sudah dari kelas 2 SMA loh Pak, dan belinya pun pakai uang saya sendiri dari hasil bea siswa. Memang benar anak saya yang satu ini alumni SMAN 2 Favorit , dan di sekolah tersebut dia dikumpulkan dalam satu kelas anak-anak yang pintar di angkatannya, sekarang alhamdulillah sudah semester 3 dan sekali lagi dia dapat bea siswa 50 % untuk membayar UKT.  
          “Ya sudah nanti doakan saja Bapakmu dapat rejeki yang halal dan berkah, sekarang selama masih bisa dipakai, dipergunakan saja dahulu secara maksimal,” Kata saya. Kejadian ini semua adalah pada masa Ramadhan 1437 H, maka saya bilang ,” Bapakmu akan nambahin untuk ganti HP, tapi kamu usaha sendiri untuk meringankan beli HP.
          Nah diakhir Ramadhan anak saya ini ikut menjaga boat Zakat salah satu lembaga zakat nasional, maka saya hubungi semua kolega, teman-teman di seluruh nusantara he he.. bermula dari tidak tega saja pada anak saya ini, karena pagi-pagi berangkat ke suatu tempat di wilayah bisnis Sudirman Jakarta, kondisi puasa lagi untuk jaga boat zakat, ternyata rata-rata teman-teman saya sudah menjatahkan zakatnya pada tempat tertentu, ya sudah tawakal saja, manjada wajada kata ku dalam hati buat anak saya ini, ternyata lumayan dapat hasil tidak dari jaga boat saja   ada kegiatan sosial mengajar anak-anak SD diwilayah Cibinong dia ikut dapat honor juga, kumpul dikumpul cukuplah untuk menambahin beli HP baru dan dikasihkanlah ke Istri saya sampai ada rejeki tambahan dari Bapaknya.
          Kemudian kejadian menemukan HP tersebut dua pekan setelah lebaran sementara belum ada dana tambahan untuk mengganti HP baru, saya mendapatkan godaan menemukan HP Galaxy  diperjalanan menuju Kampung Rambutan, antara pemenuhan keinginan anak dengan kenyataan sesuatu yang sudah di depan mata persis apa yang diingini anak tetapi HP ini bukan milik kita ! Bro...
          Sesampai di Pelabuhan Merak dan di dalam kapal saya pun merenung, ada juga godaan, bisikan mahluk halus he he, sudah ambil saja HP tersebut, cabut kartunya, recovery ulang ke konter HP, paling bayar berapa, nah terus kasihkan ke anakmu bilang ini HP penggantinya, luar biasa bukan, dia atas kapal terapung menuju Bakauheni malam-malam menjelang pukul 23.00, antara ngantuk dan tidak tidur, breksek lu umpatan saya, kalau sama setan jangan sopan-sopan ya.
         Langsung saya WA istri, Mi cie cie Mamih kali, saya panggil istri saya Mi maksudnya Ibu,” saya nemu HP di angkot tadi sore, posisi off, bagaimana pendapat Mom, saya panggil istri saya sekenaknya. Apa jawab istri, saya langsung di semprot, nyamuk kali ya.... ,” Kenapa tidak di on kan dari tadi, itu pasti yang punya telpon semaleman ! , nah luar biasa pendamping yang kayak gini dijaman sosmed merajalela, jarang ada deh. Mohon doa yak biar langgeng 1992 saya nikah sampai hari ini, Aminin dong. He he.
          “Sudah cepat on kan, atau dicas di kapal, wa istriku berapi-api. Saya tidak capture obrolannya ya he he..
          “Besok saja kalau sudah sampai di tempat kerja saya cas, lagian kalau dikapal sekarang ini, cas bayar,’ kataku.
          “ Ya sudah,’ wa balasan istriku.

          Besok harinya saya cas HP tersebut, ternyata memang banyak sekali pesan masuk, wa, line, fb, sms, semua sosmed ada, dalam hati saya ini yang punya apa kerjaanya sosmedan mulu apa ya? Dan saya sendiri tidak bisa membukanya karena dikunci dengan pola menghubungkan sebuah titik titik.

        Telpon pun berdering, berkali kali, saya tidak angkat karena tidak ada muncul nama dalam layar HP tersebut hanya nomor saja, tidak kurang akal bagi saya maka seharian hampir mantengin HP tersebut nomor mana yang masuk dengan paling sering, baru saya angkat, ternyata suara perempuan di seberang sana,” Maaf Pak ini saya pemilik HP yang hilang dari hari Minggu sore, saya jawab sekaligus balik bertanya,” kalau memang ini HP anda silahkan kontak Bapak/Saudara atau siapa saja untuk menelpon kembali ke HP ini yang ketika muncul ada namanya tersimpan pada kontak HP anda, baru saya percaya dan akan saya kembalikan, begitu tegasnya kayak penyidik KPK. ha ha ha
          Sore hari baru muncul panggilan dengan nama Babe, nah baru saya angkat ,” Assalamualaikum, suara laki-laki dengan suara barito nada dalam dengan jelas ini pasti orang jawa, “saya orang tua dari anak saya yang kehilangan HP sedang kuliah di Keparawatan salah satu perguruan tinggi di Jakarta dan sedang Praktek di Rumah Sakit di Pasar Rebo.
          Hmm karena nada Jawa maka saya ajak langsung pakai Bahasa Jawa Kromo Inggil, akhirnya nyambung lah, walau saya dari Jawa Ngapak he he tapi jangan salah mau kromo inggil atau ngapak bleketaket ya bisa loh.
          Ternyata beliau tinggal di Kalianda, Lampung Selatan sambil masih pakai bahasa jawa kromo inggil, Mas Njenengan mampir saja ke Kalianda, sekalian pulang ke Bogor pas hari Jumat sore, tak jadikan Saudara. Bagaimana? Ya, ya  terima kasih terima kasih,” denggan bahasa Jawa Kromo inggil saya jawab.
          Ya dijadikan saudaranya... hmmmm   
         Kemudian saya kirim HP tersebut dengan kiriman  kilat, sehingga permintaan untuk diantar dan pengin ketemu dengan saya akhirnya tidak bisa saya penuhi, sampai hari ini pun belum pernah bertemu dengan beliau, maaf belum bisa memenuhi pertalian Saudara, saya berkeyakinan bisa bertemu di akherat, menjadi pemberat timbangan kebaikan buat saya dan keluarga kelak.
          Dan bersyukur anak kami yang ternyata ingin ganti HP, sudah dapat yang diinginkan semakin aktif anak ini di Kampus begitu juga anak Bapak yang kehilangan HP, sepertinya kegembiraan menemukan HP yang hilang, sama halnya dengan kegembiraan menerima HP baru dari sedikit jerih payah anakku. 
         Bukan begitu Saudara.... Kecil tapi berdampak besar, yaitu bertemu di  akherat sebagai pemberat kebaikan... Subhanallah.