Seperti
biasanya sebagai seorang abdi negara sejak tahun 1992 sampai dengan hari ini
yang memang harus mengikuti perintah penugasan dimanapun berada harus tetap
dijalankan dengan lapang dada dan penuh semangat walau umur sudah menjelang
kepala lima.
Kebetulan
tempat ku kerja kurun waktu dua tahun delapan bulan ini bisa ditempuh dengan
jalan darat dan laut kurang lebih tujuh jam perjalanan untuk sampai ke lokasi, dengan
jalur “ngeteng” dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera, kok ada jalur bernama”ngeteng”
ya, perasaan tidak pernah ada dalam sejarah transportasi Indonesia menyebut
jalur ngeteng?.
Memang betul, bahwa jalur ngeteng ini adalah
istilah bagi kami yang harus menemui keluarga di Pulau Jawa selama sepekan atau satu bulan bahkan mungkin
tiga bulan meninggalkannya, coba saja anda lihat banyak dijumpai para abdi
negara yang berseragam loreng biasa saya bertemu dan bercengkerama dengan
mereka ketika berada di kapal penyeberangan Merak Bakauheni.
Ternyata
ngeteng adalah hiburan tersendiri ketika “dihantam” kepenatan bekerja sementara
anak istri tidak berada disandingan hu hu hu sedih nian..., dan sesungguhnya!
ngeteng ini adalah spirit untuk ngirit alias menghemat karena saya secara
pribadi memiliki beberapa dapur, eh jangan negatif dulu ya, sebab anak pertama
UNJ Jakarta, kedua UNSOED Purwokerto, ketiga UNTIRTA Banten, keempat STEI DEPOK,
kelima UNSOED Purwokerto, ke enam dan tujuh SDIT kelas tiga dan empat bersama Istri
tercinta di Bogor, kemudian saya sendiri berada di salah satu kota yang berjarak
137,2 km dari Bakauheni, dua jam lima puluh menit dari pelabuhan tersebut lewat
jalur timur Sumatera.
Kalau
tidak didasari kejujuran ketika menjadi abdi negara sejak 1992 sampai hari ini,
entah akan jadi apa anak 7 tersebut, he he he inilah yang saya maksud dapurnya
banyak.
Tapi
sesungguhnya tidak akan saya bahas ini, nanti lain waktu perlu bab khusus untuk
pendalaman lebih lanjut.
Bermula ketika harus berangkat kembali
menuju pulau Sumatera, seperti biasa hari Minggu selepas Isa KRL Bogor turun
Tanjung Barat, naiklah saya angkot nomor 19 warna merah menuju Kampung
Rambutan, ada enam penumpang di dalam angkot tersebut tiga disamping pintu
lelaki semua, dan saya dengan satu penemupang lain berhadapan dengan mereka
bertiga, sementara ada satu orang penumpang di dekat sopir, tiba di salah satu
Universitas swasta penumpang yang berada didekat pintu turun, ketika dia turun
sekelebatan mata saya melihat sesuatu dibekas tempat duduk penumpang yang turun
tadi, ternyata naik pula penumpang seorang bapak yang cukup berumur membawa
dagangan seperti kacang, tahu, dll yang dibungkus dengan plastik berendengan,
bertopi kelihatan kelelahan mungkin sudah seharian berkeliling menjajakan
makanan kecil tersebut, dan dengan duduk ditempat yang terlihat sesuatu itu
maka tertutuplah apa yang saya lihat secara tidak sengaja, memang saya agak
ngantuk karena cukup capai atau memang kebiasaan ya kalau di perjalanan saya
gunakan untuk istirahat alias ngantuk atau bahkan sengaja tidur kalau jarak
jauh, jadi barang yang saya lihat tadi saya anggap ah mungkin mainan anak-anak
yang jatuh terselip dibelakang jok penumpang agak menyumbul karena terbantu
oleh bodi yang nonjol untuk ban mobil.
Singkat cerita dua orang penumpang
yang disamping pak tua tadi turun di Rumah Sakit Pasar Rebo, dan Bapak Tua
turun di depan halte pasar rebo yang banyak berderet penjual buah-buahan dan
banyak penumpang menunggu bis antar kota, sementara satu penumpang di depan
turun di jalan baru sebelum terminal Kampung Rambutan, akhirnya tinggal saya
sendiri menuju terminal Kampug Rambutan, baru saya sadar ternyata barang yang
seperti mainan tersebut adalah HP dengan merk tertentu yang terkenal dengan
Galaxy, maka saya ambillah ketika turun menjelang masuk terminal.
Dua minggu sebelum menemukan HP
tersebut, Sabtu sore menjelang buka puasa ramadhan biasa lah anak-anak yang
pada kuliah pada datang Jakarta, Banten, Depok, kecuali dua anak yang kuliah di
Purwokerto tidak pulang, biasa mereka minta uang jatah mingguan mantepkan?,
disela-sela ngobrol di ruang tengah, karena rumahnya memang adanya ruang tengah
gabungan ruang tamu dan ruang keluarga maka saya sebut saja ruang tengah-tangah
ha ha ha... salah seorang anak saya nyeletuk,” Pak ini HP saya sudah dari kelas
2 SMA loh Pak, dan belinya pun pakai uang saya sendiri dari hasil bea siswa.
Memang benar anak saya yang satu ini alumni SMAN 2 Favorit , dan di
sekolah tersebut dia dikumpulkan dalam satu kelas anak-anak yang pintar di
angkatannya, sekarang alhamdulillah sudah semester 3 dan sekali lagi dia dapat
bea siswa 50 % untuk membayar UKT.
“Ya sudah nanti doakan saja Bapakmu
dapat rejeki yang halal dan berkah, sekarang selama masih bisa dipakai,
dipergunakan saja dahulu secara maksimal,” Kata saya. Kejadian ini semua adalah
pada masa Ramadhan 1437 H, maka saya bilang ,” Bapakmu akan nambahin untuk
ganti HP, tapi kamu usaha sendiri untuk meringankan beli HP.
Nah diakhir Ramadhan anak saya ini
ikut menjaga boat Zakat salah satu lembaga zakat nasional, maka saya hubungi
semua kolega, teman-teman di seluruh nusantara he he.. bermula dari tidak tega
saja pada anak saya ini, karena pagi-pagi berangkat ke suatu tempat di wilayah
bisnis Sudirman Jakarta, kondisi puasa lagi untuk jaga boat zakat, ternyata rata-rata
teman-teman saya sudah menjatahkan zakatnya pada tempat tertentu, ya sudah
tawakal saja, manjada wajada kata ku dalam hati buat anak saya ini, ternyata
lumayan dapat hasil tidak dari jaga boat saja ada kegiatan sosial mengajar anak-anak SD diwilayah Cibinong
dia ikut dapat honor juga, kumpul dikumpul cukuplah untuk menambahin beli HP baru
dan dikasihkanlah ke Istri saya sampai ada rejeki tambahan dari Bapaknya.
Kemudian kejadian menemukan HP
tersebut dua pekan setelah lebaran sementara belum ada dana tambahan untuk
mengganti HP baru, saya mendapatkan godaan menemukan HP Galaxy diperjalanan menuju
Kampung Rambutan, antara pemenuhan keinginan anak dengan kenyataan sesuatu yang
sudah di depan mata persis apa yang diingini anak tetapi HP ini bukan milik
kita ! Bro...
Sesampai di Pelabuhan Merak dan di
dalam kapal saya pun merenung, ada juga godaan, bisikan mahluk halus he he,
sudah ambil saja HP tersebut, cabut kartunya, recovery ulang ke konter HP,
paling bayar berapa, nah terus kasihkan ke anakmu bilang ini HP penggantinya,
luar biasa bukan, dia atas kapal terapung menuju Bakauheni malam-malam
menjelang pukul 23.00, antara ngantuk dan tidak tidur, breksek lu umpatan saya, kalau sama setan jangan sopan-sopan ya.
Langsung saya WA istri, Mi cie cie Mamih kali, saya panggil istri saya Mi maksudnya Ibu,” saya nemu HP di angkot tadi sore, posisi off, bagaimana pendapat Mom, saya panggil istri saya sekenaknya. Apa jawab istri, saya langsung di semprot, nyamuk kali ya.... ,” Kenapa tidak di on kan dari tadi, itu pasti yang punya telpon semaleman ! , nah luar biasa pendamping yang kayak gini dijaman sosmed merajalela, jarang ada deh. Mohon doa yak biar langgeng 1992 saya nikah sampai hari ini, Aminin dong. He he.
Langsung saya WA istri, Mi cie cie Mamih kali, saya panggil istri saya Mi maksudnya Ibu,” saya nemu HP di angkot tadi sore, posisi off, bagaimana pendapat Mom, saya panggil istri saya sekenaknya. Apa jawab istri, saya langsung di semprot, nyamuk kali ya.... ,” Kenapa tidak di on kan dari tadi, itu pasti yang punya telpon semaleman ! , nah luar biasa pendamping yang kayak gini dijaman sosmed merajalela, jarang ada deh. Mohon doa yak biar langgeng 1992 saya nikah sampai hari ini, Aminin dong. He he.
“Sudah cepat on kan, atau dicas di
kapal, wa istriku berapi-api. Saya tidak capture obrolannya ya he he..
“Besok saja kalau sudah sampai di
tempat kerja saya cas, lagian kalau dikapal sekarang ini, cas bayar,’ kataku.
“ Ya sudah,’ wa balasan istriku.
Besok
harinya saya cas HP tersebut, ternyata memang banyak sekali pesan masuk, wa,
line, fb, sms, semua sosmed ada, dalam hati saya ini yang punya apa kerjaanya
sosmedan mulu apa ya? Dan saya sendiri tidak bisa membukanya karena dikunci
dengan pola menghubungkan sebuah titik titik.
Telpon pun berdering, berkali kali,
saya tidak angkat karena tidak ada muncul nama dalam layar HP tersebut hanya
nomor saja, tidak kurang akal bagi saya maka seharian hampir mantengin HP tersebut
nomor mana yang masuk dengan paling sering, baru saya angkat, ternyata suara
perempuan di seberang sana,” Maaf Pak ini saya pemilik HP yang hilang dari hari
Minggu sore, saya jawab sekaligus balik bertanya,” kalau memang ini HP anda
silahkan kontak Bapak/Saudara atau siapa saja untuk menelpon kembali ke HP ini yang ketika muncul ada namanya
tersimpan pada kontak HP anda, baru saya percaya dan akan saya kembalikan, begitu tegasnya kayak penyidik KPK. ha ha ha
Sore hari baru muncul panggilan dengan
nama Babe, nah baru saya angkat ,” Assalamualaikum, suara laki-laki dengan suara
barito nada dalam dengan jelas ini pasti orang jawa, “saya orang tua dari anak
saya yang kehilangan HP sedang kuliah di Keparawatan salah satu perguruan
tinggi di Jakarta dan sedang Praktek di Rumah Sakit di Pasar Rebo.
Hmm karena nada Jawa maka saya ajak
langsung pakai Bahasa Jawa Kromo Inggil, akhirnya nyambung lah, walau saya dari
Jawa Ngapak he he tapi jangan salah mau kromo inggil atau ngapak bleketaket ya
bisa loh.
Ternyata beliau tinggal di Kalianda,
Lampung Selatan sambil masih pakai bahasa jawa kromo inggil, Mas Njenengan
mampir saja ke Kalianda, sekalian pulang ke Bogor pas hari Jumat sore, tak
jadikan Saudara. Bagaimana? Ya, ya terima kasih terima kasih,” denggan bahasa Jawa Kromo inggil
saya jawab.
Ya dijadikan saudaranya... hmmmm
Kemudian saya kirim HP tersebut dengan kiriman kilat, sehingga permintaan untuk diantar dan pengin ketemu dengan saya akhirnya tidak bisa saya penuhi, sampai hari ini pun belum pernah bertemu dengan beliau, maaf belum bisa memenuhi pertalian Saudara, saya berkeyakinan bisa bertemu di akherat, menjadi pemberat timbangan kebaikan buat saya dan keluarga kelak.
Kemudian saya kirim HP tersebut dengan kiriman kilat, sehingga permintaan untuk diantar dan pengin ketemu dengan saya akhirnya tidak bisa saya penuhi, sampai hari ini pun belum pernah bertemu dengan beliau, maaf belum bisa memenuhi pertalian Saudara, saya berkeyakinan bisa bertemu di akherat, menjadi pemberat timbangan kebaikan buat saya dan keluarga kelak.
Dan bersyukur anak kami yang ternyata
ingin ganti HP, sudah dapat yang diinginkan semakin aktif anak ini di Kampus
begitu juga anak Bapak yang kehilangan HP, sepertinya kegembiraan menemukan HP
yang hilang, sama halnya dengan kegembiraan menerima HP baru dari sedikit jerih
payah anakku.
Bukan begitu Saudara.... Kecil tapi berdampak besar, yaitu bertemu di akherat sebagai pemberat kebaikan... Subhanallah.
Bukan begitu Saudara.... Kecil tapi berdampak besar, yaitu bertemu di akherat sebagai pemberat kebaikan... Subhanallah.