Selasa, 26 Agustus 2014

Ini judulnya history off the travelling

      Sebuah cerita menjadikan orang bisa membaca sekaligus bisa merenungkan posisi kita pada waktu itu kemudian sampai hari ini dan entah sampai kapan kita bisa terus menulinya.
Ada yang menarik jika kita berbicara masalah cerita bahwa "ndopokan" dalam bahasa cilacap mungkin tidak berguna membuang waktu atau hanya menjalani waktu itu entah sampai kapan, namun bahwa 'ndopokan' itu menjadi bermakna jika memang isi dan materi ndopokan memiliki relevansi tertentu dalam hidup ini.
         Kenapa dalam setiap rumah jaman dahulu selalu ada ruang di depan  yang cukup luas? bahkan disediakan tempat duduk atau lincak, atau amben kecil? ini mengartikan bahwa manusia itu lebih suka ngeriung berdiskusi diluar rumah atau di teras, menjadi berbeda pada masa sekarang dimana rumah minimalis, tanah dengan 60 M2 tidak ada tempat lagi untuk bercengkerama, tidur saja susah apalagi menyediakan tempat teras untuk sekedar ber-ndopokan  untuk memecahkan masalah yang ringan bahkan sampai yang sangat penting. Sesungguhnya berbagai masalah bisa juga diselesaikan di teras tersebut, artinya ini menandakan bahwa formalitas yang biasa terjadi dilingkungan kita jika berdiskusi di ruang khusus menjadi mentah atau bahkan cenderung tidak selesai dan cenderung saling mempertahankan argumentasinya yang sesungguhnya tiada berdasar tiada berpijak pada aturan, coba selesaikan di teras rumah, kita beranggapan bahwa berbicara yang formal itu berada diruang tamu atau di tempat khusus, atau di ruang rapat atau ditempat-tempat formal lainya untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah tertentu, tapi hasilnya adalah tidak semua masalah bisa dengan mudah terselesaikan dengan rapat di ruang-ruang khusus tadi.

Jumat, 15 Agustus 2014

Ayah Aku Pinjam Uang Sepuluhribu



Pada suatu hari seorang Ayah pulang dari bekerja pukul 21.00 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah. Sepertinya ia sudah menunggu lama.
“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.
Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja, dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.
“Aku menunggu Ayah pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”, kata sang anak.
“Lho, tumben, kok nanya gaji ayah segala? Kamu mau minta uang lagi ya?”, jawab sang Ayah.
“Ah, nggak yah, aku sekedar pengin tahu aja… “ kata anaknya. “Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji ayah satu bulan berapa, hayo ?”, tanya sang ayah.
Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.
Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.
“Jadi kalau satu hari Ayah dibayar Rp. 400.000,- untuk  10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp. 40.000,- dong ! “
“Kamu pinter….., sekarang tidur ya… sudah malam !”
Tapi sang anak tidak mau beranjak. “ Ayah, aku boleh pinjam uang Rp. 10.000,- nggak ?”
“ Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur”
“ Tapi ayah…”
“ Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapanya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp. 30.000,-.
Sambil mengelus kepala sang anak, ayahnya berkata “ Maafin ayah ya kenapa kamu minta uang malam-malam begini..
Besokkan masih bisa jangankan Rp. 10.000, lebih dari itu juga boleh. Kamu pakai buat beli mainan khan?”
“ Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam… nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”
“Iya… iya…  tapi buat apa ?? “ tanya sang Ayah.
“ Aku menunggu ayah pulang hari ini dari jam 8. Aku mau ajak ayah main ulat tangga. Satu jam saja yah, aku mohon. Ibu sering bilang, kalau waktu Ayah sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Ayah. Aku buka tabunganku, tapi Cuma ada uang Rp. 30.000,-. Tadi Ayah bilang , untuk satu jam Ayah dibayar Rp. 40.000,-. Karena uang tabunganku hanya Rp. 30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp. 10.000,- dari Ayah ,” sang Ayah Cuma terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Ayah langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis…
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil mengis dan minta maaf pada sang anak…
“Maafkan Ayah saying….” ujar sang Ayah.
“ Ayah telah khilaf, selama ini ayah lupa untuk apa ayah bekerja keras. Maafkan ayah anakku” kata sang Ayah ditengah suara tangisnya.
Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Ayah.
 

Sudaraku sekalian, kisah ini sebuah kisah yang inspiratif mungkin juga anda pernah membaca bebarapa kisah lain yang lebih dari sekedar kisah ini tapi mari kita sekedar mengingat ingat seberapa besar peran serta kita sebagai ayah dalam pola pembentukan kepribadian anak-anak kita, penulis yakin anda semua adalah ayah-ayah teladan yang bisa bersama-sama bunda anak-anak kita bahu membahu membentuk dan mengarahkan sampai menjelang dewasa.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadany: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mepersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman (31) ayat 13 )
Ayat ini, bersama dengan ayat-ayat serupa (al-Baqarah 132, Yusuf 67) bercerita tentang para ayah (Luqman, Nabi Ya’kub, dan Nabi Ibrahim) yang sedang mendidik anak-anaknya.
Ternya proses pendidikan dalam keluarga, yang digambarkan melalui al-Qur’an dilakukan oleh para ayah. Tidak ada satu ayatpun yang memotret momen pendidikan dari para Ibu ( Ibu ada peran lain yang tidak kalah hebat he he he ), kecuali adanya perintah menyusui tanpa menafikan tugas amar maruf nahi mungkar yang sifatnya umum, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
 
Dalam sebuah hadist Rasulallah Muhammad SAW pernah bersabda, “ Seorang Ayah yang mendidik anak-anaknya adalah lebih baik daripada bersedah sebesar 1 sa’ di jalan Allah.” Nabi pun mencontohkan, bahkan ketika beliau sedang disibukan dengan urusan menghadap Allah SWT (shalat), beliau tidak menyuruh orang lain (atau kaum perempuan) untuk menjaga  kedua cucunya yang masih kanak-kanak, Hasan dan Husein.
Mari kita cermati sejarah Islam dalam pendidikan anak, dalam buku ‘al-Muhaddithat; The Women Scholars In Islam, Mohammad Akram Nadwi memberikan banyak contoh bagaimana para ulama kita menyediakan waktu untuk pendidikan putra-putrinya sebagaimana mereka meluangkan waktu untuk tugas-tugas lainnya.
Abu Bakar Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah al-Baghdadi (350H), misalnya senantiasa mantau pendidikan putrinya, Amat as-Salam (Ummu al-Fath, 390 H) ditengah kesibukannya sebagai hakim, hafalan hadist Amat as-Salam bahkan selalu dicatat oleh sang ayah.
Contoh lain bisa kita dapati dari riwayat pakar pendidikan Islam Ibnu Sahnun (256 H). Disebutkannya, Hakim Isa  bin Miskin selalu memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari al-Quran dan ilmu pengetahuan lainnya.
Demekian pula dengan Asad bin al-Furah, panglima perang yang menaklukan kota Sicily, ternyata juga mendidik sendiri putrinya. Nama lain yang tercatat dalam sejarah adalah Syaikh al-Qurra, Abu Dawud Sulayman bin Abi Qasim al-Andalusi (496 H) dan Imam ‘Ala al-din al-Samarqandi (539 H).

Bagaimana dengan kondisi masyarakat kita hari ini ? semua pengurusan anak dibebankan pada istri, dan menghabiskan waktunya untuk urusan di luar rumah?. Seorang dokter yang sangat sibuk  ternyata begitu antusias mendidik para mahasiswa kedokterannya dan bahkan berceramah keliling nusantara, namun  bagaimana mungkin  dia menjadi loyo dan beralasan tidak punya waktu ketika harus mendidik anak-anaknya sendiri ?.

Apakah ini juga berbanding lurus dengan kenakalan remaja dan kerusakan generasi menjadi kian parah, sebab para ayah hebat kita – pengacara terkenal, hakim agung, pengusaha sukses, termasuk beberapa ustadz yang luar biasa dalam dakwah – terlalu sibuk mendidik orang lain dan menyepelekan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.
Mari dihari ulang tahun Kemerdekaan Rebublik Indonesia 17 Agustus 2014 ini, bantu Bunda mendidik anak-anak, karena ia asset sangat berharga, #saveIndonesia.

*) disarikan dari berbagai sumber

Metro Lampung, 15 Agustus 2014

Rabu, 07 Mei 2014

PENJAJAH ENDHASE IRENG



- Jika memang politik itu adalah kotor, tapi kenapa setiap Negara melakukan pemilu?
- Jika memang politik itu adalah licik, tapi kenapa setiap Negara selalu memelihara kelicikan untuk menguasai Negara lain.
- Jika memang politik itu busuk, tapi kenapa yang busuk itu selalu dipelihara untuk mengimbangi wanginya kamboja.
- Jika memang politik itu sama dengan keserakahan untuk menguasai sesuatu, tapi kenapa yang serakah-serakah itu selalu yang menang.
- Jika politik itu ibarat seperti gadis yang cantik, maka semua laki-laki selalu ingin mendekatkan dengan berbagai cara, licikpun dilakukan.
Memang tidak boleh pegawai negeri berbicara politik? Lah yang menaikan gaji dan atau menyetujui itu adalah para DPR yang nota bene produk politik ! apakah kemudian PNS bisa demo untuk minta gaji naik atau tunjangan naik? Tak bisa kan? Sementara DPR yang bukan dari PNS itu adalah produk politik yang tentunya taka mau gubris masa bodo kek, PNS mau gajinya naik atau tidak itu gak peduli ? terus para PNS mau mengadu kesiapa jika gaji dan tunjangannya tidak naik2 sementara semua rekening para PNS  itu harus dilaporkan di LP2P setiap tahunnya. Wis karepmu lah… arep ngomong apa?
Itulah salah satu obrolan ala warung kopi diseberang sana mengingatkan kembali tentang buku berjudul “TOGOG MENGGUGAT NEGERI MALING” karya Djoko B.
Pun demikian bahwa sebuah dongeng akan menjadi kenyataan jika memang dongeng itu adalah kenyataan itu sendiri, bagaimana tidak sebuah perhelatan lima tahun sekali tercoreng dengan hambur-hamburan uang entah darimana uang-uang itu didapatkan hanya untuk sebuah kursi legeslatif, tapi itulah politik bahwa pengorbanan akan dilakukan untuk eksistensinya sebuah isme tertentu, karena systemnya adalah demokrasi maka ikutilah sampai menghasilkan sebuah demokrasi yang mendewasakan bangsa yang tetap tegakan kibar Sangsaka Merah Putih, Save Indonesia.
“Merdeka 100 %,” Sutan Ibrahim Gelar Datuk Tan Malaka dalam buku Tan Malaka Pergulatan menuju Republik 1897-1925 karya Harry A Poeze.
“ Jika negeri hendak selamat, jika kerajaan hendak sentosa, haruslah pengadilan berderajat tinggi. Hakim-hakim wajib menunjukan sikap kebesaran yang anggun,” Agus Salim di Harian Fadjar Asia, 26 Juni 1928.
Nek sampeyan kabeh pada bingung wis nonton disit kiye ya, ben mudheng gonjang-ganjing Indonesia siki kuwe janjane rebutan apa jajal? Ora usah ethok-ethok ora ngerti, nek wis pada kepenak ya ora pada mudeng apa wis pada sumun bukmun ngumnyun fahum la yar ji’un apa ya.. monggo dinikmati disit
Perhelatan politik Indonesia itu sudah sarat dengan berbagai macam kepentingan, antara nasionalis dan agamis sejak dahulu sudah berlangsung, saling sikut antara partai nasionalis dengan agamis tetap akan terus berlangsung sampai Demokrasi Indonesia semakin dewasa, yang nasionalis tambah faham agama yang agamis tambah faham tentang nasionalisme versi kalangan nasionalis, karena nasionalisme yang terbentuk dalam bingkai Agama sudah memang ada sejak pertama kali Al-Quran diturunkan banyak ayat2 yang membahas tentang bernegara bermsyarakat, bermusyawarah, untuk menciptakan tujuan kemasylahatan umat, apalagi jika merujuk bahwa Islam itu adalah Rahmatan Lil alamin wis pokoke keIslamana seseorang tak perlu diragukan lagi terkait Nasionalismenya, perlu bukti? Siapa Bung Tomo dengan teriakan Allahu Akbar membakar semangat arek-arek Suroboyo mengusir penjajah? Siapa Jenderal Sudirman aktifis Muhammadiyah pernah di Cilacap (kampungku he he) ? dan seabrek pahlawan nasional yang nota bene adalah kalangan pesantren para kyai, bahkan ribuan para santri yang gugur mempertahankan Indonesian dari penjajah dan tidak tertulis dalam sejarah atau tidak disebut sebagai Pahlawan. Jal pada waras mbok?
Dadi kemutan maning ular-ular Ramaku Mbah Botakke anak-anakku, ngesuk apa kapan ana jaman sing disebut jaman irig-irigan sing brojol dudu sing cilik dudu sing alus-alus tapi sing gede-gede, sing gede duwite, sing gede sogokane, sing gede dilatane meng majikane, sing gede umuke, sing gede-gede kuwe sing pada brojol, jajal UN SMP dan SMU 2014 kiye be ana titipan soal susupan, maksude apa kuwe koh? Nek udhu nggo nglomboni para kawula enom faktane di wolak walik, sing bener ora dimunculna kebenerane sing salah kaprah dibener-benerna ben keton mlowes pisan koh, ya mbok? Berani Jujur Hebat, sing penting aja gelem di lomboni nganggo pencitraaan tok. Wani piro ben Barkley hengkang sekang Indonesia hayo, engko tek adol Pulau Nusakambangan ndisit he he.
Aja ngasi penjajah endhase ireng bersekongkol karo penguasa akhire rakyat sing pada tewas, nek kedadean kaya kuwe, ya wis jorna bae penjajah endhase ireng mengko modar dewek.
Akhirya bahwa kekuasaan sesungguhnya ada di tanggan Allah SWT, tingkat keimanan seseorang atau suatu bangsalah yang nantinya menentukan kesuksesan seseorang atau bangsa tersebut, mari kita buka mata buka telinga buka hati bahwa Indenoseia harus segera diselamatkan dari mala bahaya, Save Indonesia. 
Sebagai indikator sebuah kemenangan adalah milik orang-orang ber Iman berikut sebuah Sirah Nabawiyah proses kekalahan telak Heraklius atas pasukan Muslimin :

Al-Walid bin Muslim berkata, Telah berkata kepadaku orang yang langsung mendengar dari Yahya al-Ghassani yang mendengar cerita dari dua orang lelaki dari kaumnya, keduanya berkata, “Ketika Kaum Muslimin turun memasuki Jordania, kami saling berkata sesama kami bahwa Damaskus akan dikepung. Kamipun berangkat berusaha mendapatkan informasi yang sebenarnya. Ketika kami dalam keadaan demikian tiba-tiba datanglah utusan pendeta menyuruh kami untuk menghadapnya, kami segera datang menemuinya. Dia bertanya kepada kami, “Apakah kalian berdua dari warga Arab?” Kami menjawab, “Ya!”
 Kemudian dia bertanya lagi, “Apakah kalian berdua beragama Nasrani?” Kami menjawab, “Ya!” Dia berkata, “Hendaklah salah seorang dari kalian pergi mencari informasi mengenai kaum muslimin dan lihat bagaimana kondisi mereka? Sementara yang lainnya hendaklah bersiap-siap menjaga harta saudaranya.” Salah seorang dari kami masuk mengintai. Tak berapa lama dia kembali kepada pendeta memberitahukan apa yang dilihatnya sambil berkata, “Aku datang membawa berita kepadamu tentang suatu kaum yang lembut. Mereka mengendarai kuda yang telah tua dan lemah, pada malam hari mereka laksana rahib-rahib ahli ibadah dan di siang hari mereka adalah penunggang kuda yang tangguh. Mereka sibuk memperbaiki anak panah dan meruncingkan tombak. Jika engkau mengajak teman dudukmu untuk berbicara maka ia tidak akan paham apa yang engkau katakan disebabkan riuh-rendahnya suara mereka membaca al-Qur’an dan berdzikir.”

Setelah itu sang pendeta berkata kepada para sahabatnya, “Telah datang kepada kalian suatu kaum yang tak mungkin dapat kalian kalahkan.”Ahmad bin Marwan al-Maliki meriwayatkan dalamal-Mujalasah, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Ismail at-Tirmizi, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Muawiyah bin Amru dari Abu Ishaq, dia berkata, “Tidak satupun musuh yang dapat duduk tegar di atas untanya ketika berhadapan dengan para sahabat Nabi. Ketika berada di Anthakiyah, Heraklius bertanya kepada para pasukan Romawi yang kalah perang, “Celakalah kalian, beritahukan kepadaku tentang musuh yang kalian perangi. Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?”Mereka menjawab, “Ya!” Heraklius kembali bertanya, “Apakah jumlah kalian lebih banyak daripada jumlah mereka atau sebaliknya?” Mereka menjawab, “Jumlah kami lebih banyak berlipat ganda dari jumlah mereka di setiap tempat.” Heraklius bertanya lagi, “Jadi kenapa kalian kalah?”
Maka salah seorang yang dituakan dari mereka menjawab, “Kami kalah disebabkan mereka shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mengajak kepada perbuatan ma’ruf mencegah dari perbuatan mungkar dan saling jujur sesama mereka. Sementara kita gemar meminum khamr, berzina, mengerjakan segala yang haram, menyalahi janji, menjarah harta, berbuat kezhaliman, menyuruh kepada kemungkaran, melarang dari apa-apa yang diridhai Allah dan kita selalu berbuat kerusakan di bumi.”Mendengar jawaban itu Heraklius berkata, “Engkau telah berkata benar.
Bagaimana? Semoga kita menjadi faham bahwa kemenangan diberikan pada orang dan bangsa yang memahami atas eksistensi Tuhannya. Wallahu Alam




Metro Lampung, Mei 2014

Jumat, 21 Maret 2014

Kalau "korupsi" ajak saya dong.

          Judul tersebut tidak lumrah untuk dibaca, apalagi kemudian langsung dipraktekan tambah di cokok sama penyidik di institusi Berani Jujur Hebat, maka bahwa memang benar pada kurun waktu pasca reformasi korupsi menjadi hal yang sangat menakutkan oleh kalangan pegawai pemerintahan wong setiap tahun harus malaporkan dalam LP2P dengan lampiran DHK harta yang didapat pada setiap tahunnya harus di catat, kapan menerima dan dibeli dengan cara apa, bukan suatu hal yang aneh jika kemudian setiap tahun kepemilikan harta seseorang bisa bertambah atau bahkan bisa berkurang seiring dengan perkembangan naik atau turunya penghasilan seseorang.
Sehingga sepeda onthel pun selayaknya harus dimasukan dalam DHK seseorang, karena pada 10 tahun kedepan menjadi barang antik dengan harga berlipat-lipat lihat tulisan saya "Onthel itu kolonial".
dan tulisan saya "Tikus piti anata baris".
( nanti dilanjutkan)

Jumat, 21 Februari 2014

"BANTER TAN MBANCANGI DHUWUR TAN NGUNGKULI" DI JAWA UTARA




Kira-kira apa maksud dari judul tersebut boleh dong anda semua menjadi bingung dan merasa bertanya-tanya apakah memang ada Jawa Utara atau ini hanya sekedar akal-akalan agar menarik perhatian pembaca, ternyata kalimat terakhir itu yang benar. bahwa memang dibuat sedemikian rupa agar ketertarikan seseorang tidak hanya pada lawan jenisnya saja…. huss.
Bumi Nusa Antara=Nusantara ini perkembangngannya tidak terlepas dari kolonis yang di buat oleh penjajah waktu itu, lagi-lagi kolonial apa tak ada yang lain ditulis salain kolonial, justru itulah maka tulisan ini lahir juga karena saya orang jawa masih dianggap kolonial oleh saudara kita di belahan pulau lain, oleh sebab itu maka jadilah kolonial yang mencerdaskan masyarakat itu lebih bermartabat daripada kolonial membuat masyarakat sekarat, ngomong-ngomong ada juga yang bukan kolonial tapi membuat rakyat juga lebih sekarat, para koruptor yang belum dipenjara dan masih enak ngupi-ngupi di luar negeri hebatnya masih bisa mengalirkan dana segar ke kocek mereka hmmm nyaman.
Seiring dengan perkembangan Indonesia menjadi indah untuk segera dinikmati ketika jaman kemerdekaan telah tiba, suka cita dimana-mana menandakan babak baru sebuah perhelatan mengelola Negara Indonesia telah dan akan segera dimulai itu kira-kira harapan sebelum merdeka, isilah kemerdekaan ini dengan membangunnya bukan meruntuhkan kembali ke titik nol seperti sebelum merdeka.
“Banter tan mbancangi dhuwur tan ngungkuli” sebuah prinsip hidup orang Jawa sarat makna jika diterapkan mengelola keluarga masyarakat ataupun bangsa akan menjadi kuat tahan banting “semedulur “ tanpa harus mengeluarkan senjata pamungkasnya orang jawa yaitu KERIS.
Coba kita lihat apa yang dikatakan oleh salah seorang Presiden Amerika Abraham Lincoln waktu itu dalam pidatonya kira-kira begini ,” Anda tak dapat memperkuat si lemah dengan melemahkan si kuat, Anda tak dapat menolong si miskin dengan menghancurkan si kaya, Anda tak dapat membantu orang dengan cara mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakannya sendiri silahkan sandingkan dengan kaedah jawa tadi sama tak pemaknaanya?
        Maka kemudian menilik prinsip hidup orang jawa Banter tan mbancangi dhuwur tan ngungkuli,  penjajah waktu itu tau benar arti dan makna tersebut maka memindahkanlah orang-orang jawa ke daerah kolonis Trimurjo 4 April 1936 yang sekarang bernama Metro Lampung ( Jawa Utara he he he). Jika demikian indah bukan bahwa konsep hidup Banter yang dalam arti bahasa Indonesianya adalah Kencang, Tan Mbancangi = tapi tak mendahului,
 Dhuwur=tinggi tan Ngungkuli= tidak merasa lebih tinggi atau berusaha membuat orang lain lebih rendah, maka banter tan mbancangi dhuwur tan ngungkuli = seseorang yang memiliki kelebihan keunggulan maka tak perlu menonjolkan memamerkan bahkan sampai unjuk diri pada khalayak bahwa saya punya kelebihan kelebihan yang luarbiasa, artinya hidup itu tak melulu berkisar pada masalah mengunguli atau membuat orang lain lebih rendah tapi bagaimana agar sekeliling kita melihat bahwa kita adalah manusia biasa yang bisa bermanfaat bagi orang lain dengan tidak menonjolkan kelebihan atau menonjolkan kehebatan kedigdayaan kepada orang lain. Ini  adalah merupakan hakekat pemahaman atas titah Rasulallah Muhammad SAW.
     Sepertinya enak sekali jika pada tataran perikehidupan setiap manusia mengetahui tugas dan fungsinya dengan baik, walau salah maka akan cepat bisa untuk segera diperbaiki, kalaulah kehidupan ini hanyalah membuat orang lain menjadi susah, atau membuat orang lain merasa terbebani dengan keberadaan kita, tentunya konsep pengelolaan diri pada diri kita akanlah menjadi hambar jika sekitar kita saja merasa gerah jika kita berada disitu. Bukun mujur tapi hancurlah diri kita dihadapan masyarakat sekitar atau lingkungan dimana kita berada.
    Banter tan mbancangi dhuwur tan ngungkuli adalah kaidah jawa yang membuat diri seorang jawa tidak membebani orang disekitar walau sebagai pendatang atau penduduk transmigran kolonis, tapi bahkan membuar wilayah tersebut menjadi maju makmur gemah ripah loh jinawi, silahkan tengong Metro Lampung masyarakatnya berkembang lebih cepat lebih aman, lebih tertata rapi dan yang paling utama adalah menjadi dhuwur tan ngungkuli putra daerah. wallah alam

Rabu, 29 Januari 2014

ONTHEL ITU KOLONIAL


      Jika judul tersebut membuat pembaca atau para onthelis merasa terhenyak maka maksud saya berhasil yaitu menarik perhatian, bagaimana tidak bahwa ternyata sejarah sepeda onthel di Indonesia sesungguhnya berbanding lurus dengan penjajahan di bumi Nusantara, sepeda Gazelle produk Nederland, Hercules produk Inggris, Betavus Dames, Simplek siquid, Norton, Releight, Humber dan masih banyak lagi.
      Tahun pembuatannya pun bersamaan dengan berdirinya VOC di Indonesia, coba cek  Gazelle seperti foto di atas ini punya bulik saya di Kebumen sudah ditawar sama kolektor saya bilang "aja gelem lik" dalam hati  "engko nggo enyong bae" itu perasaan hati mudah2an ada rejeki lagi untuk silaturahmi dan diberikan kesehatan semuanya, nah  kalau begitu boleh dong saya berkesimpulan hasil bumi kita yang di bawa kesono dibalikin jadi sepeda onthel begitulah kira-kira logika orang awam.
       Sebetulnya gambaran ini menjadi penting buat pencinta onthel jangan sampai ada persepsi terbalik bahwa kita akan kembali ke jaman dahulu lagi kemudian berlomba-lomba membumikan keadaan dahulu yang serba terbatas, atau karena kehidupan sudah semakin hedonis, sumpek, ruwet, lelah, capai, runyam, permasalahan bangsa ini tidak beres-beres, saling sikut antar anak bangsa, dan akhirnya menyalahkan demokrasi wah tambah runyam, maka untuk membuat urat-urat syaraf ini kendor fres kembali dalam berpikir onthel adalah sebuah pilihan, ' enak to jamanku' sebuah tulisan di kaos anak saya bergambar seseorang yang sangat terkenal, tapi ada juga balasan dari tulisan itu dari seorang ibu yang sangat terkenal juga tulisannya '......' penyeimbang bukan sebagai kontra terhadap tulisan si bapak di kaos tadi, artinya sesungguhnya kita semua manusia mendambakan hidup yang teratur tenang tanpa hiruk pikuk, berjalan sesuai aturan yang ada, yang salah dihukum, yang benar jangan dicari kesalahannya untuk dihukum, media juga obyektif, aparat juga jangan jadi alat kekuasaan tertentu, inilah yang kemudian membuat menjamur komunitas-komunitas seperti onthel, nanti pasti ada komunitas undur-undur (sebuah binatang kecil hampir langka jalannya mundur, dan hanya hidup di tanah yang lembut membuat lubang seperti galian besarnya sesuai dengan besar tubuh dia), atau komunitas ngapak, bahkan kita buat  Ngapak Merdeka, dalam pewayangan BARLINGMASCAKEB (Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen) yang terkenal dengan Ngapak adalah terwakili oleh Werkudara atau Bima wis pokoke ora usah mbulet hajar, ya rivalnya adalah  JOGLOSEMAR ( Jogjakarta, Solo dan Semarang ) blangkonnya saja beda, senjatane juga beda, kok jadi kesini, nanti deh kita bahas lain waktu.  ternyata ini kan tahun politik 2014.
     Ah masak bodo dengan tahun politik, yang penting onthel jalan terus Kata Einstein,' Hidup ini ibarat bersepeda, agar kita tetap SEIMBANG dan TAK AKAN JATUH tetap lah meng-Gowes", prinsip-prinsip keseimbangan dalam hidup sesungguhnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan t ribuan tahun sebelum Eintein lahir yaitu TAWAZUN, keseimbangan inilah faktor kunci kesuksesan di dunia dan akherat.
     Kembali ke onthel tadi, bahwa ternyata komunitas ini kemudian membuat anggotanya menjadi guyup rukun itu memang benar tapi bolehlah kita berfikir, kira-kira sepeda onthel yang kuno ini dahulu apakah dipakai oleh penjajah untuk membunuh pejuang Indonesia apa tidak ya? jangan tersinggung dulu, artinya jika kemudian dahulu memang iya, sekarang kita gunakan untuk hal yang baik-baik pergi ke masjid, pergi gereja, pergi ke wihara, pergi ke pure, pergi ke klenteng, menggunakan onthel tersebut, pergi ke kantor juga bisa mencari nafkah yang halal,  inilah sesungguhnya Tawazun secara sederhana dalam kepemilikan barang apa sajalah, mobil, motor nanti di akherat pasti ditanyakan kamu punya mercy, hammer, lexus, lamborgini, dipakai untuk apa sih? terus apa jawab kita? roda ban mobil dan tanah yang terinjak pada saat ini bisu, tapi diakherat akan bercerita, lah onthelnya di pakai untuk membuduh Pejuang Indonesia, tapi setelah merdeka onthelnya di pakai untuk ke tempat ibadah....
        Sederhana sekali bukan? bahwa konsep Tawazun yang Rasulallah tanamkan pada umatnya adalah menyeimbangkan segi kehidupan, baik fikriyah/polapikir, jazadiah/jasmani maupun ruhiyah/roh  semua mempunyai hak untuk diseimbangkan dengan aktifitas tertentu, sehingga wajar kalau komunitas onthel itu menjamur karena memang pemenuhan jazadiah olah raga dan kepuasan batin ruhiyah, kemudian akan menyehatkan fikriyah pola berfikir yang benar, begitulah kira-kira. 
         Ternyata tidak sekedar itu saja ketika pemenuhan keseimbangan , masih perlunya kontinyuitas lah yang sebetulnya sangat dominan, wong Rasulallah menegur sahabat yang Dzikir (ruhiyah) terus seharian di Masjid, Rasul juga menegur sahabat yang tidak mau menikah (jazadiah), maka kontinyuitas dan prosentase untuk memenuhi keseimbangan dalam fikriyah, jazadiah dan ruhiah ini menjadikan kita jangan terlalu dominan ngontel tapi tidak sholat, atau sebaliknya dzikir tapi  sakit-sakitan, oleh sebab itu maka diri kita sendirilah yang bisa mengatur prosentase keseimbangan fikriyah jazadiah dan ruhiyah semoga kita menjadi umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang selalu menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.

Wallahu 'alam bishawab


Metro Lampung 29 Januari 2014
     


Rabu, 01 Januari 2014

01011999 - 01012014 KEPALKAN TINJUMU

       Boleh jadi sebuah perjalanan akan mengalami tingkat terendah dalam menjalani kehidupan, bahkan terpuruk sampai kelaintai dasar pun bisa, semua ini bergantung pada usaha dan tentunya doa yang selalu dipanjatkan, seiring dengan itulah maka emosional seseorang bisa terakumulasi dalam setiap langkah untuk mensukseskan doa-doa yang dipanjatkan.
     Bagaimana tidak, sekaliber Thomas Alva Edison yang sesunggunya bukan penemu utama lampu pijar tapi Sir Josept Wilson Swan ahli fisika dan kimia, Mbah Edison adalah seorang manusia yang begitu gigih untuk mencapai prestasi terwahid dalam melanjutkan ciptaan Sir Wilson,  sampai ribuan kali peneletian baru berhasil, ribuan yang gagal itu sesungguhnya bukan kegeniusannya tapi keringat dan kerja kerasnya, hasilnya adalah sebuah statement  Mbah Edison yaitu ," Genius itu 1% inspirasi dan 99 % adalah keringat " alias kerja keras. Betapa banyak orang yang menyerah padahal hanya perlu beberapa langkah lagi untuk sampai pada keberhasilan," kata Mbah Edison dalam kesempatan lain.
     Artinya bahwa keberhasilan sesungguhnya bukan pat gulipat, bim salabim langsung bisa berhasil walau dalam posisi keterbatasan, baik keterbatasan materi, keterbatasan fasilitas, atau keterbatasan waktu, dan yang terpenting jangan sampai keterbatasan Aqidah, ini yang fatal. Karena doa yang selalu kita panjatkan ini merupakan demensi aqidah sebagai penguat terhadap langkah dan keinginan yang selalu dipanjatkan dalam rangka merealisasikan keingan tersebut. Akumulasi atau gabungan antara doa dan keinginan ini menciptakan kerja keras tanpa kenal lelah, wajar kalau Mbah Edison berhasil karena tak pernah menyerah walau telah gagal 1000 kali percobaan.
     Disinilah letak maha Arrahman dan Rahimnya Allah SWT kepada segenap manusia, jika seseorah berusaha maksimal walau tidak muslim Allah SWT akan diberikan keberhasilan sebagai sifat kasihnya pada semua manusia, hanya Muslimlah yang akan memperoleh kasih dan sayang-Nya, dari asng Khaliq baik di dunia maupun di akherat kelak.
     Sangat relevan ucapan sahabat Rasullah Abdullah bin Amr tentang menyikapi dunia fana ini yaitu " Bekerjalah kamu untuk kepentingan dunia seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akherat seolah-olah engkau akan mati besok", ini bukan hadist tapi perkataan sahabat nabi dan tidak bisa dikategorikan sebagai hadist, tentu saja bahwa perkataan tersebut adalah untuk memberikan motivasi pada diri kita adalah benar, karena persoalah mati dan hidup adalah ditangan Allah SWT sementara mengisi hidup dan mempersiapkan mati inilah tugas kita sesungguhnya.
     Maka jadilah orang yang mengisi hidup dengan prestasi prestasi gemilang, untuk mencapai akherat dengan penuh semangat, coba kita lihat Hadist dibawah ini : 
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Apabila sesuatu menimpamu janganlah berkata, ‘Seandainya dahulu aku berbuat demikian niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Itulah ketetapan Allah dan terserah Allah apa yang dia inginkan maka tentu Dia kerjakan.’ Dikarenakan ucapan ’seandainya’ itu akan membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim [2664] lihat Syarh Nawawi, jilid 8 hal. 260).


            Mukmin yang kuat artinya kuat ekonomi, kuat intelaktualnya kuat tahan menghadapi cobaan, pintar, cerdas, berani karena benar, KEPALKAN TINJUMU walau kau seorang wanita, selamat ulang tahun 01011999.

Batam, 01012014