Senin, 19 Juni 2023

WALI SONGO ADALAH INSPIRATOR KEMERDEKAAN INDONESIA

 

    Sangat menarik dan perlu mengkaji lebih lanjut atas keberadaan Walisanga dalam sejarah perkembangan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tentunya dengan berbagai bukti yang ada sampai sekarang menunjukan bahwa para wali penyebar agama Islam di Indonesia itu memang ada dan nyata.

          Bagi pembaca yang lahir di tahun 1970-an ke bawah, maka tidak asing lagi dengan cerita dalam radio transitor single band, Ketoprak Mataraman dalam bahasa Jawa yang kental dengan Kejawaannya dan kental dengan seni dakwah para wali yang digambarkan dalam ketoprak tersebut dengan sebutan Wong Agung, kita memang agak sulit untuk menemukan literasi atau buku yang memang digubah oleh asli orang Indonesia tentang sejarah Mataram Islam, sampai perjanjian Giyanti, memang ada tapi tidak  banyak, dan berhasa Jawa, seperti Babad Tanah Jawa, Babad Giyanti dalam bentuk tembang jawa.

          Semua tentang Babad Tanah Jawa, yang menuangkan jejak langkah para Wali Sanga menginspirasi atas kemerdekaan Indonesia, kenapa demikian? Karena persatuan antar raja-raja tanah jawa itu menyebabkan , penjajah VOC harus mengeluarkan dana, prasarana dan tentara yang tidak sedikit, seperti bagaimana pertempuran yang dikomandoi oleh Pengeran Samber Nyawa membuat penjajah kalang kabut, dan Perlawanan Pangeran Diponegoro 5 (lima) tahun dapat membikin kas VOC tekor, nyaris bangkrut.

          Dari situlah kemudian inspirasi terbentuk dalam kancah perpolitikan Indonesia, untuk saling bersatu padu mengusir penjajah, sampai kepada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia  17 Agustus 1945.

          Nah alangkah baiknya kita lihat peran para Wali Sango ini seperti apa dan bagaimana cara beliau mendakwahkan ajaran agama Islam, ditengah mallyoritas pemeluk Hindu dan Budha, mari kita lihat :

     1.  Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 M

Dikenal juga bernama Mahdum Ibrahim al Samarkandy, Syeh Maghribi, masyarakat menyebut Kakek Bantal. Pada masa awal dakwahnya, Maulana Malik Ibrahi memulai kegiatan dengan membuka warung menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang murah. Secar khusus Maulana Malik Ibrahim menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secar gratis.

Selain keahlian tersebut, Syeh Maghribi juga mengajarkan cara-cara bercocok tanam. Dalam dakwah sosialnya, ia sangat dekat dengan masyarakat bawah-kasta yang disisihkan dalam Hindu. Oleh karenanya, dengan berbagai strategi tersebut, ia sangat disegani dan dicintai oleh masyarakat. r Untuk menyokong gerakannya, Maulana Malik Ibrahim kemudian membangun tempat belajar agama di Leran , Gresik.

2.  Sunan Apel 1401 - 1481 M

    Ampel Denta (Surabaya dan Madura)

Raden  Rahmad dikenal sebagai Sunan Ampel. Yang diidentikan dengan nama tempat di mana ia lama bermukim, yakni di daerah Ampel Denta yang kini menjadi bagian dari Surabaya.

Ampel Denta merupakan daerah yang dihadiahkan oleh Raja Majapahit ke Sunan Apel, yang saat itu masih berupa rawa-rawa. Di tepat inilah Sunan Ampel membangun pondok pesantrennya, yang pada abad ke-15 menjadi pusat pembelajaran Islam Nusantara. Santrinya tidak hanya terdiri dati orang-orang Nusantara, namun juga berasal dari manca negara.

Sunan Apel bermahzab Hanafiah. Akan tetapi, dalam pembelajaran ia hanya menekankan penanaman aqidah dan ibadah secara sederhana. Untuk memberantas penyakit moral masyarakat Sunan memperkenalkan istilah Mo Limo (Moh Main, Moh Ngambek, Moh Ngumbe, Moh maling, Moh madat, Moh madon.Atau seruan untut tidak berjudi, tidak minum-minuman keras, tidak mencuri, tidak mengunakan narko tga dan tidak berzina.

3. Sunan Giri

Sunan Giri semula memiliki nama Raden Paku dan juga Muhammad Ainul Yaqin, juga disebut sebahgai Jaka Samudra, yang dikaitkan dengan pembuangan dirinya ketika masih bayi oleh keluarga Raja Blambangan.

Masa kecilnya dihabiskan dengan nyantri di tempat misannya, Sunan Ampel. Tempat dimana Raden Fatah/Jing Bun (yang kemudian menjadi Sultan I Demak) juga belajar. Kemudian ia berkelana sampai ke Malaka/Malaysia dan Pasai/Samudra Pasai guna menuntut ilmu. Kemudian setelah dirasa  cukup ia mendirikan pesantren di perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Bukti dalam istilah Jawa disebut dengan "giri" sehingga ia kemudian dijuluki sebagai Sunan Giri.

Pesantrennya selain difungsikan sebagai tempat pendidikan agama, juga dipergunakan secara fungsional sebagai pusat pengembangan masyarakat. Karena kekhawatiran Raja Majapahit, Sunan Giri memiliki potensi pemberontakan, maka kemudian Sunan Giri diberi keleluasan untuk mengatur pemerintahan.  Sehingga pesantren tersebut kemudian juga berfungsi sebagai pusat kekuasaan yang disebut sebagai Giri Kedaton, yang darinya kemudian Kasultanan Demak banyak mengadopsi sistemnya.

Sebagai pemimpin pemerintahan Sunan Giri dikenal dengan sebutan Prabu Satmata, yang menunjukan kelebihannya sebagai penguasa dalam arti fisik, sekaligus memiliki kekuasaan dibidang kerohanian.

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa waktu itu. Ketika Raden Fatah melepaskan diri dari Majapahit yang memasuki keruntuhan (sirno ilang kertaning bhumi/1400 M), Sunan Giri kemudian bertindak sebagai penasehat dan panglima militer Kasultanan Demak. Hal ini tercatat dalam Babad Demak. Pada masa-masa berikutnya, Demak tidak lepas dari pengaruh Gri Kedaton. Suanan giri kemudian diakui sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, pemegang rambu-rambu syari’ah se-Tanah Jawa.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun, yang salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh yang paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada abad ke-18 pada masa inilah setelah kematian Pangeran Singosari pada tahun 1679, Giri Kedaton kemudian surut oleh rongrongan dan gempuran bertubi-tubi kerajaan Mataram yang berkoalisi dengan VOC Belanda.

Dalam keagamaan, Sunan Giri dikenal karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fiqih. Sehingga kemudian ia dikenal dengan sebutan Sultan Abdul Fakih. Ia juga pencipta karya seni yang andal. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, Lir-Ilir, dan cublak cublak suweng disebut sebagai kreasi seni religius Sunan Giri. Demikian pula gending Asmaradana dan Pucung – kesenian bernuansa Jawa namun syarat dengan subtansi ajaran Islam.

BERSAMBUNG

Minggu, 18 Juni 2023

ARUS ITU DERAS ANAKU

     Ketika layar sudah terkembang pantang diturunkan sebelum sampai ke tujuan, ketika dayung sudah masuk kedalam air, pantang untuk diangkat sampai perahu menuju arah yang akan diinginkan.

    Kita mesti waspada bahwa, arus itu deras dan tidak terlihat dengan jelas, maka teruslah layar terkembang, dayung dikayuh agar arus dapat dijinakkan dan jalan tetap lapang sampai tujuan.

    Kalau hanya arus pasti kau bisa lampaui, tapi arus kadang dibarengi dengan gelombang, badai dan derasnya hujan, tetaplah mendayung anaku, agar tidak terbawa arus dan terbanting oleh gelombang, tetaplah pasang layarmu, agar badai dan hujan tidak menghalangi sampai tujuan.

    Perlu diingat bahwa arus, hujan dan gelombang adalah benda cair, dayung, layar dan perahu adalah benda padat anaku, pakailah benda padat itu untuk menjinakan benda cair, karena tekad yang padat bulat dan utuh dapat mencairkan suasana, walau arus badai dan ombak merajalela, dan perjalanan ini akan sampai tujuan sesuai apa yang kita tekadkan bersama-sama.

    Biarlah arus itu deras, gelombang dan badai itu ganas karena dia sedang menjalankan tugas Illahi, tapi layar tetap terkembang dan dayung tetap dikayuh.




Palangka Raya, Bumi Tambun Bungai

dini hari 03.00 WIB 18 Juni 2023

Cucu-cucu pada mbangunin Mbah untuk tahajud.