Senin, 28 Oktober 2019

KAPAL LAUT BUKIT SIGUNTANG MENGHANTARKAN KU KE NEGRI SEBRANG



            Berawal dari sebuah pilihan untuk setiap siswa jelang lulus kuliah diberikan kemudahan untuk menentukan tempat penempatan pertama bekerja setelah sekian lama digembleng pada kawah canradimuka Kampus Jurangmangu, ya tiga tahun sudah kami di berikan ilmu tentang pengelolaan keuangan negara dari perencanaan sampai pada pelaporan dan pemeriksaan atas pekerjaan pelaksanaan APBN, munkin bagi ku yang datang dari kampung pinggiran Jawa Tengah tepatnya Kabupaten Cilacap sangat terkesiap ketika harus menempung pendidikan yang sangat ketat disiplinnya, tepat 1989 aku lulus dari SMEA jurusan Akutansi, dapat diterima sebagai Mahasiswa dengan Program Studi Anggaran atau terkenal dengan Prodip/Program Diploma III Keuangan Spesialis Anggaran, wah keren nih batinku.
            Maka jelang lulus tahun 1992 kami semua diberikan keleluasaan memilih penempatan tiga tempat, yang ku pilih Bandung, Ujung Pandang dan Pelembang, ternyata penempatan pertama adalah Bandung sesuai dengan pilihanku dan tepatnya adalah PPDIA (Pusat Pengelohan Data dan Indoformasi Anggaran) Gedung Dwi Warna sekarang menjadi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, dari 20 ( dua puluh ) orang penempatan di PPDIA aku sendiri yang sudah punya pendamping, soalnya cerita tentang Bandung membuat aku segera untuk  mencari pasangan hidup agar berkah begitulah kira-kira jawaban atas pertanyaan teman-teman kok buru-buru nikah.
            Di PPDIA inilah sesungguhnya awal mulanya aku bekerja sebagai Abdi Negara, memang pada mulanya mengalami beberapa kesulitan, antara teori perkuliahan dengan pekerjaan yang dihadapi berbeda, tetapi disinilah sesungguhnya penempaan awal dan pembentukan karakterku dimulai sebagai Abdi Negara, di sinilah sesungguhnya mentalku diuji dengan pekerjaan-pekerjaan berkaitan pengolahan data dan informasi anggaran, semua hasil pekerjaan KPPN dan KTUA (Kantot Tata Usaha Anggaran) dikirimkan ke PPDIA baik SPM ataupun Laporan P6 dan P7 ( Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Negara) produk dari KTUA, bahkan ditahun-tahun 1990-an ada seloroh yang mampir ditelingaku bahwa kepanjangan KTUA itu adalah Kerja Terus Untuk Apa, praktis kerja dan out put mereka hanya data dan verifikasi atas SPM KPPN, jadilah P6 dan P7 tadi.
            Dan yang paling mengesankan ditengah kesibukan sebagai pengolah data aku mendapatkan 5 ( lima ) anak ketika di PPDIA, berkah yang luar biasa lagi selesai studi Sajanaku juga ketika anak ketigaku lahir di PPDIA wah lengkap sudah sebagai seorang ayah.
            Ditengah pengelolaan Laporan P6/P7 sumbernya dari KTUA yang selalu terlambat diterima oleh PPDIA timbul ide untuk percepatan penyampaian pelaporan tersebut ke PPDIA, ide ini awalnya hanya seloloh saja aku sampaikan ke Kepala Seksiku waktu itu, bagaimana kalau penyampaian laporan P6 dan P7 di buat rangking dan diumumkan ke seluruh Indonesia Pak, wah gayung bersambut akhirnya Kasiku membawa ke rapat pimpinan terkait ideku tersebut, dan menjadi pembicaraan nasional inovasi percepatan penyampaian P6/P7 KTUA, dengan formula yang aku ciptakan akhirnya hari-hari selanjutnya laporan P6/P7 semakin tidak terlambat dan KTUA berlomba-lomba menyampaikan loporan tersebut sampai akhirnya di penguhujung tahun 1999 tanpa ada angin tanpa ada hujan SK Mutasi pegawai pun dikeluarkan, akupun harus meninggalkanpekerjaan inovasi yang sudah dirintis sekian lama ke sebuah tempat Palopo Sulawesi Selatan, ya perjalanan Bukit Siguntang pun dimulai.
            Kerena memang dalam rangka tanggung jawab sebagai insan Abdi Negara maka berangkatlah aku dengan kelima anak-anakku menggunakan Kapal Bukit Siguntang melalui Pelabuhan Tanjung Periuk, waktu itu anaku pertama baru kelas 2(dua) Sekolah Dasar dan anak kedua ku baru kelas 1(satu), kebayang bukan anak ke 3, 4 dan 5, aku gendong kelima istriku gendung ke empat, karena anak ke 4 dan lima perempuan, tiga anak jalan dilorong Bukit Siguntang masuk dalam kamar yang sudah aku pesan dengan disiasati, Istriku dan anak pertamaku yang dibelikan tiket kelas kamar, aku dan tiga anakku beli tiket ekonomi, kalau pemeriksaan aku dan tiga anakk keluar, kalau malam kami masuk kamar semua ha ha ha, perjuangan belum selesai untuk mencapai Palopo, karena kami harus menginap dahulu sebelum besok hari naik bis ke Palopo tujuh jam perjalanan sampailah ke Kota Palopo, Bumi Saweri Gading, langsung aku bayar kontrakan untuk empat tahun kedepan karena saat itu tidak ada kepastian kapan aku akan pindah mutasi kembali.
            Ternyata tahun 2002 aku dipercaya untuk detasering KPPN Makale Tana Toraja, wah sebuah penghargaan yang cukup menantang sebab hanya aku alumni Jurangmangu untuk bedah kantor KPPN Makale Tana Toraja, walau aku tempuh 80 km dari Kota Palopo ke Kabupaten Toraja tepatnya Kota Makale., karena aku alumni PPDIA maka dipercaya untuk seting komputer dari awal masuk SPP diloket, sampai di Seksi Perbendaharaan waktu itu dan ke Seksi Bank, ternyata walau banyak pegawai yang detasering dari Makassar, tetapi proses penerimaan SPP di loket, sampai masuk ke Seksi Perbendahraaan dan sampai membuat Laporan pada Seksi Bank aku diberikan amanah untuk mengerjakan pada saat awal operasi KPPN Makale sekitar tahun 2002 pertengahan.
            Sampai akhirnya aku dipercaya menjadi Korpel Tata Usaha dan Keuangan KPPN Makale sebagai Bendahara,  disini pekerjaan baru dalam melayani internal pegawai KPPN Makale ada yang membuatku merasa bersalah jika saat pembayaran TKPKN ternyata serupiah hak para pegawai dikarenakan didibayarkan tunai tidak dapat merekan terima hanya karena tidak ada uang kembalian recehan, bagi mereka sih tidak apa-apa tapi bagi seorang Bendahara satu rupiah harus diberikan pada yang berhak, maka saat KPPN membayarkan dengan tunai TKPKN aku diskusi dengan Bank penyalur TKPKN pegawai bagaimana caranya agar uang yang serupiah haknya tidak mengalami berkuran, maka aku sampaikan daftar pegawai beserta nomor rekening dan jumlah besaran TKPKN untuk setiap pegawai, sehingga di tahun 2003 aku sudah menerapkan sistem giralisasi secara sederhana, tidak ada pegawai yang merasa dirugikan karena berkurangnya TKPKN serupiah,  bahkan sangat memudahkan para pegawai tidak dikurangi serupiah karena pembulatan atau karena tidak ada uang kecil.
            Aku berprinsip bahwa sesuai agama yang aku anut bahwa “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)       
            Jadi perintahnya adalah sangat jelas bekerjalah, bukan untuk menunggu dari  hasil kerja, hasil kerja kita nanti Allah yang akan memberitakan kapan dan dimana akan diberikanNYa pada kesempatan pertama dan tidak akan tertukar.
            Ya KMP Bukit Siguntang menjadi saksi pejalanan ini, sampai bertemu kembali dilain waktu dan kesempatan 5 (lima) anaku sekarang sudah selesai strata satu, 2007 mutasi kembali dari KPPN Makale ke  Direktorat PKN dan berkah nya adalah  istriku hamil ke enam dari Makale disusul anak ketujuh lahir di Bogor,  yang pasti adalah bahwa jalan ini masih panjang, tak sepanjang umur kita.