Berawal
dari sebuah pilihan untuk setiap siswa jelang lulus kuliah diberikan kemudahan
untuk menentukan tempat penempatan pertama bekerja setelah sekian lama
digembleng pada kawah canradimuka Kampus Jurangmangu, ya tiga tahun sudah kami
di berikan ilmu tentang pengelolaan keuangan negara dari perencanaan sampai
pada pelaporan dan pemeriksaan atas pekerjaan pelaksanaan APBN, munkin bagi ku
yang datang dari kampung pinggiran Jawa Tengah tepatnya Kabupaten Cilacap
sangat terkesiap ketika harus menempung pendidikan yang sangat ketat
disiplinnya, tepat 1989 aku lulus dari SMEA jurusan Akutansi, dapat diterima
sebagai Mahasiswa dengan Program Studi Anggaran atau terkenal dengan Prodip/Program
Diploma III Keuangan Spesialis Anggaran, wah keren nih batinku.
Maka
jelang lulus tahun 1992 kami semua diberikan keleluasaan memilih penempatan tiga
tempat, yang ku pilih Bandung, Ujung Pandang dan Pelembang, ternyata penempatan
pertama adalah Bandung sesuai dengan pilihanku dan tepatnya adalah PPDIA (Pusat
Pengelohan Data dan Indoformasi Anggaran) Gedung Dwi Warna sekarang menjadi
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, dari 20 ( dua puluh ) orang
penempatan di PPDIA aku sendiri yang sudah punya pendamping, soalnya cerita
tentang Bandung membuat aku segera untuk
mencari pasangan hidup agar berkah begitulah kira-kira jawaban atas
pertanyaan teman-teman kok buru-buru nikah.
Di PPDIA
inilah sesungguhnya awal mulanya aku bekerja sebagai Abdi Negara, memang pada
mulanya mengalami beberapa kesulitan, antara teori perkuliahan dengan pekerjaan
yang dihadapi berbeda, tetapi disinilah sesungguhnya penempaan awal dan
pembentukan karakterku dimulai sebagai Abdi Negara, di sinilah sesungguhnya
mentalku diuji dengan pekerjaan-pekerjaan berkaitan pengolahan data dan
informasi anggaran, semua hasil pekerjaan KPPN dan KTUA (Kantot Tata Usaha
Anggaran) dikirimkan ke PPDIA baik SPM ataupun Laporan P6 dan P7 ( Laporan
Penerimaan dan Pengeluaran Negara) produk dari KTUA, bahkan ditahun-tahun
1990-an ada seloroh yang mampir ditelingaku bahwa kepanjangan KTUA itu adalah
Kerja Terus Untuk Apa, praktis kerja dan out put mereka hanya data dan
verifikasi atas SPM KPPN, jadilah P6 dan P7 tadi.
Dan yang
paling mengesankan ditengah kesibukan sebagai pengolah data aku mendapatkan 5 (
lima ) anak ketika di PPDIA, berkah yang luar biasa lagi selesai studi Sajanaku
juga ketika anak ketigaku lahir di PPDIA wah lengkap sudah sebagai seorang
ayah.
Ditengah
pengelolaan Laporan P6/P7 sumbernya dari KTUA yang selalu terlambat diterima
oleh PPDIA timbul ide untuk percepatan penyampaian pelaporan tersebut ke PPDIA,
ide ini awalnya hanya seloloh saja aku sampaikan ke Kepala Seksiku waktu itu,
bagaimana kalau penyampaian laporan P6 dan P7 di buat rangking dan diumumkan ke
seluruh Indonesia Pak, wah gayung bersambut akhirnya Kasiku membawa ke rapat
pimpinan terkait ideku tersebut, dan menjadi pembicaraan nasional inovasi
percepatan penyampaian P6/P7 KTUA, dengan formula yang aku ciptakan akhirnya
hari-hari selanjutnya laporan P6/P7 semakin tidak terlambat dan KTUA
berlomba-lomba menyampaikan loporan tersebut sampai akhirnya di penguhujung
tahun 1999 tanpa ada angin tanpa ada hujan SK Mutasi pegawai pun dikeluarkan,
akupun harus meninggalkanpekerjaan inovasi yang sudah dirintis sekian lama ke
sebuah tempat Palopo Sulawesi Selatan, ya perjalanan Bukit Siguntang pun
dimulai.
Kerena
memang dalam rangka tanggung jawab sebagai insan Abdi Negara maka berangkatlah
aku dengan kelima anak-anakku menggunakan Kapal Bukit Siguntang melalui
Pelabuhan Tanjung Periuk, waktu itu anaku pertama baru kelas 2(dua) Sekolah
Dasar dan anak kedua ku baru kelas 1(satu), kebayang bukan anak ke 3, 4 dan 5,
aku gendong kelima istriku gendung ke empat, karena anak ke 4 dan lima
perempuan, tiga anak jalan dilorong Bukit Siguntang masuk dalam kamar yang
sudah aku pesan dengan disiasati, Istriku dan anak pertamaku yang dibelikan
tiket kelas kamar, aku dan tiga anakku beli tiket ekonomi, kalau pemeriksaan
aku dan tiga anakk keluar, kalau malam kami masuk kamar semua ha ha ha,
perjuangan belum selesai untuk mencapai Palopo, karena kami harus menginap
dahulu sebelum besok hari naik bis ke Palopo tujuh jam perjalanan sampailah ke
Kota Palopo, Bumi Saweri Gading, langsung aku bayar kontrakan untuk empat tahun
kedepan karena saat itu tidak ada kepastian kapan aku akan pindah mutasi
kembali.
Ternyata
tahun 2002 aku dipercaya untuk detasering KPPN Makale Tana Toraja, wah sebuah
penghargaan yang cukup menantang sebab hanya aku alumni Jurangmangu untuk bedah
kantor KPPN Makale Tana Toraja, walau aku tempuh 80 km dari Kota Palopo ke
Kabupaten Toraja tepatnya Kota Makale., karena aku alumni PPDIA maka dipercaya
untuk seting komputer dari awal masuk SPP diloket, sampai di Seksi Perbendaharaan
waktu itu dan ke Seksi Bank, ternyata walau banyak pegawai yang detasering dari
Makassar, tetapi proses penerimaan SPP di loket, sampai masuk ke Seksi
Perbendahraaan dan sampai membuat Laporan pada Seksi Bank aku diberikan amanah
untuk mengerjakan pada saat awal operasi KPPN Makale sekitar tahun 2002
pertengahan.
Sampai
akhirnya aku dipercaya menjadi Korpel Tata Usaha dan Keuangan KPPN Makale
sebagai Bendahara, disini pekerjaan baru
dalam melayani internal pegawai KPPN Makale ada yang membuatku merasa bersalah
jika saat pembayaran TKPKN ternyata serupiah hak para pegawai dikarenakan
didibayarkan tunai tidak dapat merekan terima hanya karena tidak ada uang kembalian
recehan, bagi mereka sih tidak apa-apa tapi bagi seorang Bendahara satu rupiah
harus diberikan pada yang berhak, maka saat KPPN membayarkan dengan tunai TKPKN
aku diskusi dengan Bank penyalur TKPKN pegawai bagaimana caranya agar uang yang
serupiah haknya tidak mengalami berkuran, maka aku sampaikan daftar pegawai
beserta nomor rekening dan jumlah besaran TKPKN untuk setiap pegawai, sehingga
di tahun 2003 aku sudah menerapkan sistem giralisasi secara sederhana, tidak
ada pegawai yang merasa dirugikan karena berkurangnya TKPKN serupiah, bahkan sangat memudahkan para pegawai tidak
dikurangi serupiah karena pembulatan atau karena tidak ada uang kecil.
Aku
berprinsip bahwa sesuai agama yang aku anut
bahwa “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)
Jadi
perintahnya adalah sangat jelas bekerjalah, bukan untuk menunggu dari hasil kerja, hasil kerja kita nanti Allah
yang akan memberitakan kapan dan dimana akan diberikanNYa pada kesempatan
pertama dan tidak akan tertukar.
Ya KMP
Bukit Siguntang menjadi saksi pejalanan ini, sampai bertemu kembali dilain
waktu dan kesempatan 5 (lima) anaku sekarang sudah selesai strata satu, 2007
mutasi kembali dari KPPN Makale ke
Direktorat PKN dan berkah nya adalah istriku hamil ke enam dari Makale disusul anak
ketujuh lahir di Bogor, yang pasti
adalah bahwa jalan ini masih panjang, tak sepanjang umur kita.