Rabu, 20 November 2024

ELA ELO


<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1491679037234797"

     crossorigin="anonymous"></script>

<!-- Cobalah kopi Kind Cup Hari ni -->

<ins class="adsbygoogle"

     style="display:block"

     data-ad-client="ca-pub-1491679037234797"

     data-ad-slot="4670613065"

     data-ad-format="auto"

     data-full-width-responsive="true"></ins>

<script>

     (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

</script>

ELA ELO

SAWO DIPANGAN ULER

ELA ELO

WONG BODO NGAKU PINTER


        Ini adalah sepenggal dari lagu Koes Plus Pop Jawa pada volume 1 tahun 1970, sepertinya saya menafsirkan atas lagu ini adalah sebagai gambaran sejak tahun 1970 atau sejak manusia ada di dunia ini, orang bodoh mengaku pinter sudah ada dan mungkin menggejala sehingga Koes Plus sebagai pemusik dia menggurui malalui seni, tanpa dibarengi dengan emosi membuat seni tarik suara menjadi pelampiasan atas ketidak mapanan situasi pada saat itu, sekaligus perwakilan keresahan masyarakat yang makin membesar maka musik adalah alat untuk meredamnya.

        Dari lagu tersebut ternyata banyak manusia yang bodoh mengaku pintar, dengan rasa tidak bersalah, ini menrik parikan/pantun yang dilontarkan oleh Group Musik legendaris Koes Plus dan tentu saja ini menjadi pertanda tidak baik di lingkunan masyarakat dan Negara.

        Tahun 1970 hal parikan atau pantun jawa tersebut sudah disindir dan didendangkan dengan lantunan musik sederhana tapi sangat mendayu dan enak didengan mudah dihapal bahkan sampai hari ini 2024 lagu tersebut terasa bankit kembali mengingatkan pada kita semua tentang jangan mengaku pinter kalau tidak tau, katakan saja terus terang kalau tidak tau, atau cukup diam saja tidak perlu komentar kalau memang tidak mengetahui permasalahan.

        Namun diera digilatisasi hal ini menjadi jamak sebab tehnologi telah memanjakan kita semua, dengan mudah dapat dicari menggunakan AI (artificial intelligence)  semua dapat dengan mudah didapatkan, tentu saja era AI tidaklah membuat bahwa kepintaran tidak perlu belajar, kecardasan tidak perlu pendidikan, sopan santun tidak perlu contoh, cukup dengan sekali browsing sudah ada di depan mata, maka AI itu sendiri tidak dapat memetakan apa isi hati setiap manusia, hanya sebuah dugaan secara tehnologi saja dan sebagai alat bantu.

        Maka jangan sampai kita merasa pintar hanya karena AI, atau mengaku pintar dengan menggunakan AI, sebab otak manusia tidak dapat berbohong atas kemampuan masing-masing orang, apalagi ketika dihadapkan dengan sebuah UTBK ( Ujian Tenis Berbasis Kompetensi) apakah AI dapat menjawabnya karena otak manusia yang unik inilah kemudian dapat mencermikan tentang kecerdasan seseoarang.

        Bagaimana jaman 70-an Koesplus sudah memprediksi dengan terawangan yang sangat cerdas bahwa suatu saat ada orang yang mengaku pintar padahal dia tidak pintar alias bodo, suatu lagu yang diciptakan sangat brilian pada masa itu, terbukti di saat sekarang banyak orang bodo mengaku pintar, hanya mengandalkan AI padahal sesungguhnya dia tidak memahami AI lah yang menjelaskan menuntun orang tersebut sehingga nampak dia pintar.

        Berkenaan dengan hal tersebut tentunya kita semua sebagai manusia tetap harus mencerdaskan otak kita dengan pendidikan formal maupun informal karena pendidikan merupakan ciri negara atau masyarakat beradab dan maju, andai pendidikan tidak diajarkan tentang bagaimana berbuat baik pada sesasama, berbuat baik pada negara apajadinya masyarakat kita, gampang diadu domba, sengaja dibuat bodoh sehingga gampang dihasut ditipu, dibodohi oleh orang lain atau oleh negara lain.

        Oleh karena itu mari kita renungkan lagi lagu Koes Plus tahun 1970, apakah kita merasa pintar, jika belum maka belajarlah dengan baik, tekun teliti dan sabar sehingga saatnya tiba kita sudah memiliki ilmu untuk berbuat baik pada siapun, jangan ela elo ngaku pintar padahal tidak mengenyam pendidikan formal.

selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar