Jumat, 06 Desember 2024

SELF DRIVING

 

Pendahuluan

Buku Self Driving : menjadi Driver atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, berkaitan erat dalam kepemimpinan atau leadhership, sebab kepemimpinan selalu ada dalam setiap lini kehidupan, proses untuk meraihnyapun akan berbeda-beda melihat apa, siapa dan dimana seseorang untuk dijadikan pemimpin bagi kelompoknya atau lingkungannya, boleh jadi di lingkungan tertentu seseorang menajdi Passanger akan tetapi pada komunitas berbeda dialah sebagai Driver, maka buku ini sangat menarik untuk ditelaah karena  tentang kepimpinan dimintakan pertanggungjawaban bagaimana anda memimpin dan bagaiaman cara anda meraih jadi pemimpin disana.

          Nilai-nilai kepemimpinan dalam buku Self Driving : menjadi Driver atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, terbagi menjadi tiga yaitu nilai sosial, nilai politik dan nilai agama.

          Nilai sosial berkaitan erat dengan manusia yang merupakan mahluk sosial tentunya memiliki mental saling membantu orang lain agar mereka berhasil juga, karena seoarang driver hidup saling berinteraksi, maka kemampuan untuk mengembangkan orang lain agar orang tersebut memiliki kualitas lebih baik. Nilai tertinggi yang terdapat disini adalah kasih saying antar manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang antara kehidupan yang individualistic dengan alturistik (sifat seseorang yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain). Sikap tidak berpraduga jelak terhadap orang lain, sosialibilitas, keramahan dan perasaan simpati dan empati merupakan perilaku yang menjadi kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial. Dalam psikologi sosial, nilai sosial yang paling ideal dapat dicapai dalam konteks hubungan interpersonal, yaitu ketika seseorang dengan yang lainnya saling memahami. Sebaliknya, jika manusia tidak memiliki perasaan kasih dan sayang dan pemahaman terhadap sesamanya, maka secara mental ia hidup tidak  sehat. Nilai sosial banyak dijadikan pegangan hidup bagi orang yang senang begaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia atau yang dikenal sebagai sosok      filantropik (berdasarkan cinta kasih terhadap sesamanya).

          Nilai politik digambarkan bahwa driver dapat dan bisa berperan dimanapun berada, baik diperusahaan/kantor tempat dia bekerja, disekolah tempat medidik peserta didik maupun di pemerintahan sebagai pejabat atau abdi negara. Nilai tertinggi dalam nilai politik adalah kekuasaan, karena itu kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah sampai pada pengaruh yang tinggi (otoriter) . Kekuasaan merupakan factor penting yang berpengaruh terhadap pemilikan nilai pada diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan adalah bukti dari seseorang yang kurang tertarik pada nilai ini. Ketika persaingan dan perjuangan menjadi  isu yang kerap terjadi dalam kehidupan manusia, para filsuf melihat bahwa kekuatan (power)  menjadi dorongan utama dan berlaku universal pada diri manusia. Namun apabila dilihat dari kadar pemilikannya nilai politik memang menjadi tujuan utama orang tertentu, seperti para politisi atau penguasa.

          Nilai agama ini berkaitan erat dengan Tuhan ketika meminjamkan kendaraan pada manusia agar dimanfaatkan dalam kehidupan balangsung  yang tentunya akan mengantarkan setiap manusia menuju impian-impian yang tertakdirkan. Secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan, cakupan nilainya pun lebih luas. Struktur mental manusia dan kebenaran mistik-transedental merupakan dua sisi unggul yang memiliki nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang harus dicapai adalah kesatuan (unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak manusia dengan perintah Tuhan, antara ucapan dan Tindakan, atau antara I’tiqad dengan perbuatan. Bahwa pada sisi nilai nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat dicapai. Diantara kelompok  manusia yang memiliki orientasi kuat terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang sholeh. Nilai agama atau nilai religius juga diartikan sebagai sesuatu yang dianggap berharga dan mengandung manfaat menurut tinjauan keagamaan. Dengan kata lain sejalan dan sejajar dengan pandangan dan ajaran agama.

          Sehingga ketika seorang manusia memahami akan arti kepemimpinan maka dia tidak akan sewenang-wenang menggunakan kekusaannya demi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka bagi individu manusia dia harus faham nilai kepimimpinanya, sebagaimana dalam ajaran agama Islam bahwa manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan bertanggungjawab atas dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi sumber penghidupan. Dalam terminologi khalifah di muka bumi manusia memiliki dua sunatullah yang harus dilakukan yaitu kewajibannya antara manusia dengan tuhannya, antara sesama manusia dan antara manusia dan ekosistemnya.

          Berkaitan dengan kepimimpinan maka dibutuhkan kekuatan maksudnya adalah kekuatan/kemampuan manusia untuk mempengaruhi orang lain, mempengaruhi bawahanya untuk mau bekerja bersama-sama dengan jujur, amanah, ikhlas dan professional.

          Self Driving : menjadi Driver atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, memaparkan prinsip-prinsip seseorang pemimpin dalam hubungan dengan bawahannya disertai dengan kejadian-kejadian nyata yang dialami oleh beberapa orang sehingga akhirnya dapat menjadi seorang pemimpin.

Bab I

Berisi tentang penjelasan dan pengertian atas konsep self drifing. Bahwa setiap manusia dianugerahi kendaraan untuk mengejar setiap mimpinya. Kendaraan itulah dirinya sendiri.

Bab II

Rhenal Kasali menyampaikan bahwa manusia sebenarnya adalah mahluk yang selalu berfikir, hanya saja lingkungan dan kebiasaan membuat mereka berhenti berfikir. Misalkan, orang tua yang melarang anaknya bepergian keluar negeri sendiri tanpa menggunakan tour guide  atau sopir yang nyaman menikmati kemacetan tanpa mencoba rute-rute baru. Saat manusia terjebak dalam kondisi inilah sebenarnya mereka telah berhenti mencari hal-hal yang baru, seperti juga seorang ASN dalam kondisi yang nyaman membuat tidak kreatif dalam berinovasi dibandingkan dengan para pekerja swasta yang selalu berfikir bagaiman meningkatkan omset penjualan tau bagaimana laba agar terus naik.

 

Bab III

Rhenal Kasali bertutur seputar Pendidikan di Indonesia dan hakekat Pendidikan itu sendiri. Dalam perspekti beliau, Pendidikan adalah sebuah proses yang berjalan secara terus menerus tanpa henti. Beliau menyayangkan bahwa banyak para lulusan perguruan tinggi bertitel S-1 atau S-2 yang bingung saat ditanya buku apa yang terakhir mereka baca, padahal pengetahuan yang didapt diluar jalur ijazah berkembang jauh lebih pesat. Seharusnya lulusan perguruan tinggi tersebut dengan penuh inisiatif menambah pengetahuan dengan banyak membaca.

 

Kesimpulan

1.    Nilai-nilai kepemimpinan dalam buku Self Driving : menjadi Driver atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, antara lain: nilai sosial, nilai politik dan nilai agama. Nilai sosial yakni seseorang hendaknya memiliki mental untuk membantu orang lain agar mereka berhasil juga, karena seorang driver  hidup saling berinteraksi. Seorang driver juga hendaknya mampu mengembangkan orang lain sehingga orang lain tersebut memiliki kualitas yang lebih baik. Nilai politik yakni seseorang driver bisa berperan dimanapun berada, baik diperusahaan tempatnya bekerja, sekolah tempatnya mendidik peserta didik maupun di pemerintahan sebagai pejabat atau ASN (Aparat Sipil Negara). Nilai agama yakni, seorang driver hendaknya mampu mengendarai kendaraan yang dipinjampak Tuhan selama kehidupan berlangsung yang akan mengantarkan setiap manusia menuju impian-impiannya.

2.    Relevansi nilai-nilai kepemimpinan dalam buku Self Driving : menjadi Driver atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, terhadap ASN Kementerian Keuangan dalam nilai sosial bahwa pemimpin harus mengembangkan bawahan untuk berkualitas sehingga dapat mengantarkan bawahan untuk jenjang karir lebih baik atau menjadi driver pada kesempatan berikutnya. Secara nilai politik bahwa ASN Kemenkeu mampu berperan dimanapun berada diunit eselon I dalam crossfunction, atau dapat mampu berkreatif dan inovatif ketika di tempatkan pada seluruh wilayah Indonesia. Yang terakhir Nilai agama, tentunya ASN Kemenkeu memilik tugas dan fungsi yang sangat mulia maka kendaraan tersebut jangan dijadikan alat untuk mencoreng muka sendiri dengan cara korupsi. Sebab jika terjadi hal demikian maka tidak akan sampai tujuan untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar