Pendahuluan
Buku
Self Driving : menjadi Driver atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald
Kasali, berkaitan erat dalam kepemimpinan atau leadhership, sebab
kepemimpinan selalu ada dalam setiap lini kehidupan, proses untuk meraihnyapun
akan berbeda-beda melihat apa, siapa dan dimana seseorang untuk dijadikan
pemimpin bagi kelompoknya atau lingkungannya, boleh jadi di lingkungan tertentu
seseorang menajdi Passanger akan tetapi pada komunitas berbeda dialah
sebagai Driver, maka buku ini sangat menarik untuk ditelaah karena tentang kepimpinan dimintakan
pertanggungjawaban bagaimana anda memimpin dan bagaiaman cara anda meraih jadi
pemimpin disana.
Nilai-nilai kepemimpinan dalam buku Self
Driving : menjadi Driver atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald
Kasali, terbagi menjadi tiga yaitu nilai sosial, nilai politik dan nilai agama.
Nilai sosial berkaitan erat dengan
manusia yang merupakan mahluk sosial tentunya memiliki mental saling membantu orang
lain agar mereka berhasil juga, karena seoarang driver hidup saling
berinteraksi, maka kemampuan untuk mengembangkan orang lain agar orang tersebut
memiliki kualitas lebih baik. Nilai tertinggi yang terdapat disini adalah kasih
saying antar manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang antara
kehidupan yang individualistic dengan alturistik (sifat seseorang yang selalu
mengutamakan kepentingan orang lain). Sikap tidak berpraduga jelak terhadap
orang lain, sosialibilitas, keramahan dan perasaan simpati dan empati merupakan
perilaku yang menjadi kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial. Dalam
psikologi sosial, nilai sosial yang paling ideal dapat dicapai dalam konteks
hubungan interpersonal, yaitu ketika seseorang dengan yang lainnya saling
memahami. Sebaliknya, jika manusia tidak memiliki perasaan kasih dan sayang dan
pemahaman terhadap sesamanya, maka secara mental ia hidup tidak sehat. Nilai sosial banyak dijadikan pegangan
hidup bagi orang yang senang begaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia
atau yang dikenal sebagai sosok filantropik (berdasarkan cinta kasih terhadap
sesamanya).
Nilai politik digambarkan bahwa driver
dapat dan bisa berperan dimanapun berada, baik diperusahaan/kantor tempat
dia bekerja, disekolah tempat medidik peserta didik maupun di pemerintahan
sebagai pejabat atau abdi negara. Nilai tertinggi dalam nilai politik adalah
kekuasaan, karena itu kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh
yang rendah sampai pada pengaruh yang tinggi (otoriter) . Kekuasaan
merupakan factor penting yang berpengaruh terhadap pemilikan nilai pada diri
seseorang. Sebaliknya, kelemahan adalah bukti dari seseorang yang kurang
tertarik pada nilai ini. Ketika persaingan dan perjuangan menjadi isu yang kerap terjadi dalam kehidupan
manusia, para filsuf melihat bahwa kekuatan (power) menjadi dorongan utama dan berlaku universal
pada diri manusia. Namun apabila dilihat dari kadar pemilikannya nilai politik
memang menjadi tujuan utama orang tertentu, seperti para politisi atau
penguasa.
Nilai agama ini berkaitan erat dengan
Tuhan ketika meminjamkan kendaraan pada manusia agar dimanfaatkan dalam
kehidupan balangsung yang tentunya akan
mengantarkan setiap manusia menuju impian-impian yang tertakdirkan. Secara
hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang
paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber
dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan, cakupan nilainya pun lebih
luas. Struktur mental manusia dan kebenaran mistik-transedental merupakan dua
sisi unggul yang memiliki nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang harus
dicapai adalah kesatuan (unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan
semua unsur kehidupan, antara kehendak manusia dengan perintah Tuhan, antara
ucapan dan Tindakan, atau antara I’tiqad dengan perbuatan. Bahwa pada sisi
nilai nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat dicapai. Diantara
kelompok manusia yang memiliki orientasi
kuat terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang sholeh. Nilai
agama atau nilai religius juga diartikan sebagai sesuatu yang dianggap berharga
dan mengandung manfaat menurut tinjauan keagamaan. Dengan kata lain sejalan dan
sejajar dengan pandangan dan ajaran agama.
Sehingga ketika seorang manusia
memahami akan arti kepemimpinan maka dia tidak akan sewenang-wenang menggunakan
kekusaannya demi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka bagi individu
manusia dia harus faham nilai kepimimpinanya, sebagaimana dalam ajaran agama
Islam bahwa manusia sebagai khalifah adalah untuk menjaga dan bertanggungjawab
atas dirinya, sesama manusia dan alam yang menjadi sumber penghidupan. Dalam
terminologi khalifah di muka bumi manusia memiliki dua sunatullah yang harus
dilakukan yaitu kewajibannya antara manusia dengan tuhannya, antara sesama
manusia dan antara manusia dan ekosistemnya.
Berkaitan dengan kepimimpinan maka
dibutuhkan kekuatan maksudnya adalah kekuatan/kemampuan manusia untuk
mempengaruhi orang lain, mempengaruhi bawahanya untuk mau bekerja bersama-sama
dengan jujur, amanah, ikhlas dan professional.
Self Driving : menjadi Driver
atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, memaparkan prinsip-prinsip
seseorang pemimpin dalam hubungan dengan bawahannya disertai dengan
kejadian-kejadian nyata yang dialami oleh beberapa orang sehingga akhirnya
dapat menjadi seorang pemimpin.
Bab I
Berisi
tentang penjelasan dan pengertian atas konsep self drifing. Bahwa setiap
manusia dianugerahi kendaraan untuk mengejar setiap mimpinya. Kendaraan itulah
dirinya sendiri.
Bab
II
Rhenal
Kasali menyampaikan bahwa manusia sebenarnya adalah mahluk yang selalu
berfikir, hanya saja lingkungan dan kebiasaan membuat mereka berhenti berfikir.
Misalkan, orang tua yang melarang anaknya bepergian keluar negeri sendiri tanpa
menggunakan tour guide atau sopir
yang nyaman menikmati kemacetan tanpa mencoba rute-rute baru. Saat manusia
terjebak dalam kondisi inilah sebenarnya mereka telah berhenti mencari hal-hal
yang baru, seperti juga seorang ASN dalam kondisi yang nyaman membuat tidak
kreatif dalam berinovasi dibandingkan dengan para pekerja swasta yang selalu
berfikir bagaiman meningkatkan omset penjualan tau bagaimana laba agar terus
naik.
Bab
III
Rhenal
Kasali bertutur seputar Pendidikan di Indonesia dan hakekat Pendidikan itu
sendiri. Dalam perspekti beliau, Pendidikan adalah sebuah proses yang berjalan
secara terus menerus tanpa henti. Beliau menyayangkan bahwa banyak para lulusan
perguruan tinggi bertitel S-1 atau S-2 yang bingung saat ditanya buku apa yang
terakhir mereka baca, padahal pengetahuan yang didapt diluar jalur ijazah
berkembang jauh lebih pesat. Seharusnya lulusan perguruan tinggi tersebut
dengan penuh inisiatif menambah pengetahuan dengan banyak membaca.
Kesimpulan
1. Nilai-nilai
kepemimpinan dalam buku Self Driving : menjadi Driver atau Passenger
karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, antara lain: nilai sosial, nilai politik
dan nilai agama. Nilai sosial yakni seseorang hendaknya memiliki mental untuk
membantu orang lain agar mereka berhasil juga, karena seorang driver hidup saling berinteraksi. Seorang driver juga
hendaknya mampu mengembangkan orang lain sehingga orang lain tersebut memiliki
kualitas yang lebih baik. Nilai politik yakni seseorang driver bisa
berperan dimanapun berada, baik diperusahaan tempatnya bekerja, sekolah
tempatnya mendidik peserta didik maupun di pemerintahan sebagai pejabat atau
ASN (Aparat Sipil Negara). Nilai agama yakni, seorang driver hendaknya
mampu mengendarai kendaraan yang dipinjampak Tuhan selama kehidupan
berlangsung yang akan mengantarkan setiap manusia menuju impian-impiannya.
2. Relevansi
nilai-nilai kepemimpinan dalam buku Self Driving : menjadi Driver
atau Passenger karya Prof. Dr. Rhenald Kasali, terhadap ASN Kementerian
Keuangan dalam nilai sosial bahwa pemimpin harus mengembangkan bawahan untuk
berkualitas sehingga dapat mengantarkan bawahan untuk jenjang karir lebih baik
atau menjadi driver pada kesempatan berikutnya. Secara nilai politik
bahwa ASN Kemenkeu mampu berperan dimanapun berada diunit eselon I dalam crossfunction,
atau dapat mampu berkreatif dan inovatif ketika di tempatkan pada seluruh
wilayah Indonesia. Yang terakhir Nilai agama, tentunya ASN Kemenkeu memilik
tugas dan fungsi yang sangat mulia maka kendaraan tersebut jangan dijadikan
alat untuk mencoreng muka sendiri dengan cara korupsi. Sebab jika terjadi hal
demikian maka tidak akan sampai tujuan untuk mensejahterakan masyarakat
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar