Asap hitam mengepul tebal di
angkasa.
Api merah menyala menyambar,
melalap apa yang ada.
Gedung, rumah, bangunan, kendaraaan
hangus hitam legam.
Bau sangit, daging terbakar,
menyeruak menyesakan dada.
Tubuh manusia, terkapar, terbakar,
legam tak bernyawa.
Di jalan, di dalam gedung,
penjarahan makin merajalela.
Pertikaian antar saudara
bagai Bharatayuda, menyisakan luka menganga.
Entah siapa mengadu domba
Bhineka.
Kita semua terluka, menganga,
belumlah kering luka ini,
Benturan hampir terjadi kembali.
Srikandi pergi mengembara,
bersemedi, asah jemparing menggendong gendewa.
Tak lama, Srikandi menjadi
Senopati.
Angkat Gendewa Julurkan
Jemparing, arahkan pada Bisma.
Panah Hrusangkali, menaklukan
Bisma pada medan Kurusetra.
Tandure olo, wahyune bakal
sirno.
Pandawa tetaplah pertapa,
Senopati Srikandi, Iso
nggelar lan iso nggulung.
Suatu saat nanti, Srikandi
dikenang walau hampir hara-kiri.
Menorehkan batu prasasti
bahwa
Keuangan Negeri, dijaga
sampai mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar