Jumat, 30 Agustus 2024

Panah Hrusangkali

 

Asap hitam mengepul tebal di angkasa.

Api merah menyala menyambar, melalap apa yang ada.

Gedung, rumah, bangunan, kendaraaan hangus hitam legam.

 

Bau sangit, daging terbakar, menyeruak menyesakan dada.

Tubuh manusia, terkapar, terbakar, legam tak bernyawa.

Di jalan, di dalam gedung, penjarahan makin merajalela.

 

Pertikaian antar saudara bagai Bharatayuda, menyisakan luka menganga.

Entah siapa mengadu domba Bhineka.

Kita semua terluka, menganga, belumlah kering luka ini,

Benturan hampir terjadi kembali.

 

Srikandi pergi mengembara, bersemedi, asah jemparing menggendong gendewa.

Tak lama, Srikandi menjadi Senopati.

Angkat Gendewa Julurkan Jemparing, arahkan pada Bisma.

Panah Hrusangkali, menaklukan Bisma pada medan Kurusetra.

Tandure olo, wahyune bakal sirno.

 

Pandawa tetaplah pertapa,

Senopati Srikandi, Iso nggelar lan iso nggulung.

 

Suatu saat nanti, Srikandi dikenang walau hampir hara-kiri.

Menorehkan batu prasasti bahwa

Keuangan Negeri, dijaga sampai mati.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar