Senin, 18 April 2011

Fii Maa

Dalam sebuah kegiatan pengelolaan pemerintahan atau apapun yang berkaitan dengan orang banyak organisasi, partai politik, perusahaan, LSM, ataupun organisasi keagamaan pasti ada salah seorang yang ditunjuk untuk menjadi pemimpin, atau manajer dalam perusahaan.
Karena kegiatannya adalah memimpin, mangarahkan meneladani maka orang yang ditunjuk menjadi pemimpin adalah individu  yang memiliki kapabilitas, kualitas melebihi daripada yang lainnya, manajerialnya, atitutenya, dan yang lebih penting adalah pengalaman dalam mengelola konflik.
Apakah seorang pemimpin itu dipilih secara langsung ataupun dipilih sesuai dengan perwakilan anggota atau karena dia adalah anak raja, keturunan darah biru atau demokrasi tetapi dalam terminonoli kepemimpinan dia harus lebih mengayomi, menjadi teladan, sekaligus memberikan contoh terbaik bagi yang dipimpin, maka dia akan berhasil dalam mengelola kepemimpinannya itu.
Sepak terjang pemimpin seperti ini akan menjadi panutan oleh pengikutnya, susah sama dipikul, senang sama dijunjung, atau berjuang bersama baik dalam keadaan susah ataupun dalam konsisi normal, sehingga keringat yang dikucurkan ketika memimpin akan menjadi buliran-buliran nilai positif, atau buliran amal ibadah yang dapat dipertanggungjawaban dihadapan Sang Maha Berkuasa Allah SWT.
Sangat mudah untuk dilihat jika seseorang itu memimpin dengan gaya otoriter atau seorang dengan gaya demokrasi atau pemimpin dengan gaya teokrasi, liberal, atau kepemimpinan dengan gaya jawa sendiko dawuh...
Pun demikian semua pemimimpin dengan gaya apapun pastilah akan dimintakan pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt.
Maka empati adalah salah satu cara yang bisa bahkan harus dilakukan oleh seorang pemimpan jika ia ingin menjadi pemimpin yang berkah dunia akherat...
Mari kita tengok kepemimpinan Rasulullah SAW :
Ketika Perang Badar sudah diambang pertarungan nyata... beliau telah mengintruksikan kepada pasukan badar, telik sandi telah dipasang, pasukan sudah diarahkan, sumur badar sudah dikuasai.. ada satu kejelian seoarang pemimpin seperti Rasullah SAW, beliau turun langsung menjadi telik sandi untuk mencari tau keberadaan lawan, berapa jumlahnya, posisi lawan ada dimana, berapa hari lagi sampai, maka ditemani oleh sahabat Abu Bakar Assidiq beliau menerobos masuk hampir ke jantung lawan tanpa diketahui oleh musuh yaitu dengan bertanya kepada Badui qurais kira-kira dialognya seperti ini dalam terjemahan bebas :
Rasullah : " wahai badui tolang kasih tau aku, tentang keberadaan pasukan quraish...
Badui : " akau tidak akan memberi tahu sebelum engkau menjelaskan engkau siapa ?
Rasulullah : " baiak akan akan aku kasih tau jika engkau memberikan informasi terlebih dahulu" (siasah yang luar biasa/kecerdikan beliau)
Badui : " baik aku dengar dari seseoarang bahw Muhammad keluar di hari fulan, dan jika dia jujur berarti Muhammad sudah di tempat fulan (yaitu tempat dimana Rasulullah berada waktu itu) aku dengar bahwa quraish keluar pada hari fulan dan jika orang itu jujur berarti sekarang Qurais sudah berada di tempat fulan (yaitu tempat dimana pasukan Quraish watku itu berada ), sekarang kalian dari mana ..
Rasulullah menjawab : Fii Maa (kami dari air ) Rasul dan sahabat langsung meninggalkan Badui.
Badui : " Fii maa maa yang di Iraq?
Luar biasa Tauriyah yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah SAW, dalam berempati dan dalam siasah, beliau terjun langsung padahal kondisi sudah genting menjelang pertempuran Badar.

Ini sebuah gambaran pemimpin yang empati dengan kondisi masyarakat yang dipimpinannya. sehingga kepemimpinan beliau terus berkembang sampai seluruh jazirah arab, disegani oleh Romawi dan Yunani..
Sampai pada futtuh Mekkah. wallahu alam.







Dan kalau orang yang memberitahuku jujur, berarti hari ini mereka telah sampai di tempat fulan (yaitu di tempat di mana Rasulullah SAW ketika itu berada). Dan aku mendengar bahwa Quraisy keluar pada hari fulan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar